"Bukannya, kita ga boleh ketemu? Kamu ..., kenapa nyuruh aku ke sini?" Tanya Devan sambil menarik kursi itu untuk dia duduk. Dia menatap Vanya yang sudah lebih dulu duduk di depannya.
"Aku ga pernah buat larang ketemu." Sanggah Vanya, dia menghela napas halus, "yang ga boleh itu, kalo kamu jemput aku di kantor." Lanjut cewek itu.
Devan sudah salah paham, ya? Dia pikir memang sudah tidak bisa untuk bertemu lagi, lalu kenapa Devan masih berharap ingin terus di dekat cewek itu?
"Makannya. Mas, jangan langsung berpendapat kayak gitu. Aku jadi merasa ga enak." Kata Vanya lagi yang membuat Devan sedikit mengusap lehernya merasa gugup.
"Kalo emang ga boleh juga, ga masalah. Aku emang pantas mereka curigai, soalnya 'kan aku ga tinggal daerah sana juga." Ucap Devan yang tidak sekali 'pun protes.
Vanya meringis, dia yang menimbulkan Devan salah arti. Cewek itu benar – benar merasa bersalah pada cowok di depannya.
"Maaf, Mas. Aku ga bermaksud buat bikin kamu salah faham." Cicit Vanya.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com