webnovel

8. Tamu Tak Diundang

Kaki kecil berlapis sendal kulit melangkah menginjak rumput. Tubuh putih dan montok berjalan terhuyung-huyung, seolah akan jatuh kapan saja. Namun, menapaki tanah tidak rata, batita montok tidak pernah terjatuh. Justru lincah bergerak di bawah naungan pepohonan yang rimbun.

Tap.

Berhenti di suatu tempat, bocah kecil yang gemuk mendapati sesuatu yang menarik. Sepasang kelereng biru menatap fokus ke arah bunga berwarna ungu yang memiliki tinggi sama seperti tubuh kecilnya. Bunga dengan lima kelopak terbuka, memamerkan warna ungu dengan gradiasi kuning yang menawan. Seandainya Leo tidak melihat kuncup hijau selayaknya bunga yang belum mekar berada tepat di atas bunga ... bocah ini benar-benar akan menganggap ini adalah bunga raksasa biasa yang indah.

Yah ... ini adalah salah satu tanaman yang berevolusi. Dulu, ukuran tanaman ini hanya 30cm, tetapi sekarang ... oh, bahkan bunganya memiliki diameter lebih dari 50cm! Leo dengan semangat mengamati. Ia tidak menyentuh, hanya memperhatikan setiap detail tanaman yang ada di hadapannya. Sungguh, bila bukan karena tubuh ini masihlah lemah secara fisik, sosok itu pasti sudah mengambil tanaman ini untuk diteliti!

Sayang, ini adalah tanaman Karnivora. Bunga indah ini hanya untuk menarik beberapa serangga dan hewan kecil. Ketika mangsa menyentuh kelopak bunga, seperti tembakan, kuncup di atasnya langsung terbuka dan menelan mangsa bulat-bulat.

Leo menghela napas. Meski sosok Naga di kejauhan telah melingkupinya dengan pelindung udara hingga ia tidak akan menyentuh beberapa hal yang memberikan reaksi alergi atau racun, Leo masih cukup sayang nyawa. Ia tidak mau coba-coba dengan tubuh lemah ini.

Tunggu sampai cukup kuat ... bagaimanapun, ia masih memiliki banyak waktu. Planet ini adalah miliknya, Naga yang mengaku sebagai seorang Ayah, merawat dengan baik dan selalu bertingkah naif. Jadi, Penyihir tua bertubuh batita ini tidak merasa terburu-buru.

Namun ... dimana Micro? Leo agak gelisah dengan kepergian robot lebah itu. Bagaimanapun, ini pertama kali Micro aktif dan melakukan upgrade, tidak tahu berapa lama waktu yang diperlukan. Namun ... ini sudah lebih dari satu bulan dan ia tak kunjung berkabar dengan dunia luar.

Berapa lama lagi harus menunggu?

Sungguh, bila bukan karena asisten adalah satu-satunya jalan untuk berkomunikasi dengan dunia luar, Leo pasti sudah mengambil alternatif lain. Cemberut, sosok batita berbalik dan melangkah menuju ke tempat lain. Ia tidak tertarik dengan tanaman karnivora itu lagi. Saat ini, yang menjadi fokusnya adalah—oh!

Langkah kaki si kecil berhenti. Sepasang iris biru itu membola sempurna.

.

.

.

Cosmos tahu bahwa ada beberapa tanaman dan hewan yang sepertinya menarik minat si kecil lagi. Kebiasaan ini akan berulang kali terjadi. Bayinya akan berhenti melangkah, memperhatikan sesuatu dengan mata besar penuh dengan tanya, lalu memalingkan wajah dan mencoba mencari sesuatu yang kembali menarik minatnya. Si kecil tidak akan menyentuh atau berada di jarak yang terlalu dekat dengan apapun yang menurutnya aneh, tetapi mata besar akan terus memperhatikan benda aneh itu dari jarak tertentu.

Baby suka sekali bermain sendiri. Cosmos menghela napas. Sejujurnya, ia ingin mengajak Babynya bermain bersama. Namun, si kecil selalu menolak dengan tegas—membuat sang Naga bingung.

Hm?

Dalam persekian detik, udara membawa aroma yang akrab. Sesuatu yang tidak pernah Cosmos lupakan. Hal itu membuat sepasang iris emas terbuka. Kepala Naga terangkat, menoleh menatap arah bayinya berada. Sepasang kelereng emas secara perlahan berubah menjadi semerah darah.

Aroma ini ...

Dalam persekian detik, tekanan energi meledak.

[MENJAUH DARI ANAKKU!] auman kemarahan sang Naga membahana. Sepasang sayap perak mengepak—bergerak cepat menuju hutan. Dilingkupi oleh cahaya, tubuh besar yang kokoh berubah menjadi wujud manusia yang memiliki sepasang sayap. Terbang bak anak panah yang dilepaskan melewati pepohonan hingga hanya menyisakan sekelebat warna putih.

Di dalam pikiran Cosmos hanya ada satu tujuan. Berdering bak alarm tanda bahaya.

AMBIL BAYINYA!

Tidak perlu waktu lama untuk menemukan Leo. Sosok kecil itu berdiri memunggungi dan terlihat sangat rapuh. Kecemasan sang Naga semakin meningkat. Dengan panik, Cosmos mengulurkan tangan dan meraih si kecil. Ketika merasa bayinya telah aman, Naga perak menghela napas lega. Namun persekian detik kemudian, senyumannya memudar. Sepasang netra semerah darah mendelik tajam, menoleh menatap objek yang menjadi musuh bebuyutan.

Sosok lebah sekecil lalat terlihat. Berwarna hitam dan emas—terbang dan mengepakkan sepasang sayapnya dengan lembut. Mengekori mereka dengan gesit. Namun yang membuat Cosmos terkejut adalah ukuran tubuh serangga yang pernah mencuri anaknya. Bagaimana mungkin makhluk itu berubah sekecil ini? Ataukah ... ini anak dari monster serangga itu?

Namun Cosmos tetap waspada. Sepasang kelereng semerah darah menyipit—menatap lebah dengan penuh curiga. Bahkan sang Naga telah meniupkan angin—berharap lebah akan tersapu. Namun sayangnya, serangga pengganggu itu cukup tangguh—tidak terlihat terpengaruh sama sekali dengan hembusan angin yang dengan sengaja ditiupkan.

Leo menelan liur paksa. Sepasang kelereng biru menatap Micro yang keras kepala mengikuti.

Jujur saja ...

Permusuhan Cosmos membuat Leo merasakan yang namanya harap-harap cemas. Bagaimana tidak? Micro baru saja upgrade! Lalu bila Ayahnya menyerang dan lepas kendali, bukankah berarti ia harus memperbaiki Micro lagi?! Terlebih, fluktasi energi ini ... Leo tahu. Cosmos, sekali lagi, masuk ke dalam Anomali!

[Papa!] tidak ingin Micro rusak, dengan lembut Leo menepuk-nepuk tangan besar yang melilitnya. Hal ini berhasil, perhatian Naga yang tengah mengalami Anomali, kembali kepada si kecil. [Jangan menyakitinya, dia punya Baby!]

Cosmos membeku. Sepasang kelereng merah secara perlahan berubah menjadi kuning keemasan. Ia menunduk, menatap wajah kecil bayinya. [Baby menginginkannya?]

Leo menggelengkan kepala. [Belhenti dulu, tulun! Jangan telbang!]

Cosmos menurut. Apapun permintaan babynya, ia akan memenuhi. Namun, meski ia tidak kembali terbang dan telah menapak di atas tanah, sosok Naga yang agung masih melindungi bayi kecilnya yang rapuh. Sepasang netra melirik, menatap penuh permusuhan ke serangga aneh yang menyebalkan.

Kembali, tangan kecil nan gemuk menepuk-nepuk tangan besar sang Naga. Cosmos berkedip, kembali menunduk dan menemukan sepasang kelereng biru yang bundar dan berkilau cerah. [Namanya Miclo, dia punya Baby. Papa, Papa tidak boleh melucaknya, okay?]

Sang Naga mengerti. Maksud bayinya, serangga ini ... adalah milik bayi kecilnya? Peliharaannya? Apakah serangga ini sebenarnya sudah dijinakkan? Cosmos agak ragu, tetapi pada akhirnya mengangguk. Bila diingat-ingat, hewan ini memang tidak pernah menyakiti bayi kecilnya.

[Baby menyukainya?]

Leo mengangguk.

Sang Naga terdiam selama beberapa detik, kemudian terlihat ragu. [Bagaimana bila ... Baby bermain dengan Papa saja? Tidak perlu bermain dengannya.] alasan kenapa Babynya menyukai serangga aneh ini, pasti karena serangga aneh ini bisa menemani Babynya bermain.

TIDAK!

Dalam 0,01 detik, otaknya menjawab dengan sangat cepat. Leo tidak tahu permainan apa yang bisa dilakukan, tetapi hal itu pasti buruk! Tidak perlu memikirkannya, Leo tidak mau membayangkan. Seekor Naga primitif yang bertahan hidup seorang diri sejak menetas dari telur, bagaimana bisa memiliki permainan yang aman?!

Sepasang mata bulat itu melotot marah. Lalu dalam satu gerakan, menggigit lengan Ayahnya.

Cosmos kaku. Menyadari bahwa si kecil marah lagi. [Baby ... jangan gigit, okay? Nanti gigi Baby sakit ... ssshh ... sshhh ... tidak apa-apa, Baby bisa bermain dengannya, Papa tidak melarang] ujarnya panik—mencoba menjauhkan tangan dari kepala kecil yang nakal.

Leo tidak benar-benar menggigit, tetapi mengetahui bahwa setiap kali menggigit dan Naga yang keras kepala akan langsung mengalah, si kecil merasa negosiasi tidak diperlukan sama sekali selama ada jalan pintas seperti ini. Karena itu, ia melepaskan gigitan dan mendengus jengkel.

Sang Ayah dengan kikuk menurunkan bayi kecilnya. Namun sedikit pun, tidak berniat pergi. Takut bahwa bayi kecil ini akan mengalami kecelakaan karena lebah aneh yang sempat menculik bayinya. Sungguh, siapa yang akan mempercayai orang yang pernah menculik anak mereka? Meski ukurannya berubah, tetapi napas itu nyata, jadi ia tetap curiga.

Leo tidak nyaman dengan keberadaan Cosmos, tetapi mengingat bahwa Naga ini tidak mengerti bahasanya ...

Yah, mungkin ini adalah hal yang bagus.

"Aku cudah bica pakai Asisten?" bagaimanapun, tujuan utama Micro melakukan upgrade adalah agar Tuannya bisa menggunakan Asisten. Akan aneh bila Asisten tidak digunakan tetapi masih ada pengaturan upgrade, terlebih waktu selama Micro upgrade cenderung sangat lama.

"Sudah, Tuan," Micro menjawab kalem. Suara yang sebelumnya selalu dingin dan monoton, kini berubah menjadi suara yang cenderung bernada. Mirip seperti suara anak perempuan yang lucu dan menggemaskan. Perubahan ini sangat kentara. Apakah hasil dari upgrade?

Micro ingin terbang mendekati Tuannya, tetapi mendapati sepasang iris emas yang memandang dengan tajam, robot lebah itu memilih untuk menjaga jarak. Bagaimanapun, kecerdasan buatan cukup bijaksana untuk tidak mengundang pertempuran di antara Naga dan Robot.

"Oke, kamu bica pelgi," tanpa ampun, Leo langsung mengusir lebah robot begitu mendengar jawaban yang ingin diketahui. Hal ini membuat Micro terdiam selama beberapa detik, menatap wajah bulat batita itu, lalu beberapa saat kemudian, mematuhi sang Tuan. Berbalik dan pergi begitu saja.

Leo langsung membuat gerakan. Begitu Micro tidak terlihat, ia memindahkan sosok robot ke dalam Ruang Jiwa—memastikan bahwa robot ini tidak akan ke mana-mana. Tindakan ini membuat Cosmos membelalak tidak percaya. Naga perak melangkah menuju ke tempat Micro sebelumnya pergi, memandang ke kanan dan ke kiri seraya mengendus udara. Kebingungan jelas terpancar dari sepasang iris emas itu.

Leo harus menahan tawa melihat reaksi yang diberikan Ayahnya. Namun si kecil masih harus memasang ekspresi bingung. Bagaimanapun, keberadaan Ruang Jiwa adalah rahasia. Meski Leo tahu bahwa Ayah angkatnya ini tidak akan tahu apa itu Penyihir, Kesatria dan Zero, tetapi ia yakin Naga konyol ini tidak akan ragu merasa aneh dengan kemampuannya.

Cosmos, adalah sosok terkuat di Planet ini. Hanya dengan berpura-pura menjadi anaknya, Leo masih bisa hidup dan bahkan bertahan hingga sekarang. Karena itu, ia perlu memanfaatkannya dengan baik. Namun ...

Menelan liur paksa, sosok kecil itu merasa tidak nyaman untuk semua perhatian dan kelembutan pria muda itu. Menganggapnya sebagai anak, melindungi dengan tulus, merawatnya dengan baik. Cosmos yang bodoh dan naif ... tingkah ini membuat perasaan Leo terasa seperti dicubit oleh rasa bersalah. Namun persekian detik kemudian, si kecil menggelengkan kepala. Ekspresi polos dengan senyuman lucu kembali mengembang di wajah mungil batita itu.

[Papa] kembali menarik perhatian Cosmos, sepasang iris emas yang semula bingung dan bergerak liar memandang ke sekitarnya, mendadak tenang. Sosok jangkung berbalik, melangkah lebar mendekati si kecil dan mengangkatnya ke dalam pelukan. Leo dengan terampil memegang bahu bidang sang Naga.

[Baby sudah lapar?] hari sudah beranjak siang, mereka belum mencari makan. Meski Cosmos tidak merasa lapar, tetapi bayi kecilnya memerlukan makan tiga kali sehari. Mengingat porsi makan yang begitu sedikit, bukan hal yang aneh bila si kecil mudah sekali lapar.

Leo mengangguk. Ekspresi boneka kecil itu cemberut, dengan bibir merah yang mengerucut. Kedua tangan gempal menepuk-nepuk perutnya dengan ekspresi kesal. [Baby sangat lapal]

[Okay, Baby yang lapar harus makan] mengusap kepala lembut bayi kecilnya, sosok pria dengan rok kulit binatang itu tersenyum lembut. [Baby mau makan apa?]

Eskpresi bayi kecil itu berubah. Dari kejutan, menjadi ekspresi yang sangat serius. Alis halus itu terajut, bergumam selama beberapa detik sebelum akhirnya menampilkan ekspresi secerah matahari. [Hali ini, kita belbulu bulung!]

[Oke] tanpa ragu, Cosmos langsung setuju. [Burung seperti apa yang ingin Baby makan?]

Leo tanpa ragu mulai menggambarkan perihal seekor burung. Warna bulu dan bentuk fisiknya. Sepasang Naga dan bayi kecil itu mengobrol, saling timpal balik membahas makan siang yang tertunda, seolah-olah kehadiran tamu tak diundang sebelumnya, hanya sebuah angin lalu.

Selamat tahun baru!

Okaay~ ini kupersembahkan Leo untuk menyambut tahun baru kalian!

AoiTheCielocreators' thoughts
Siguiente capítulo