"Ada apa, Bell?" Alanis masuk rumah dan mendapati Bella di kamarnya yang tidak terkunci.
"Ah, tidak ada apa-apa," jawab Bella.
"Mengapa Kau menangis?"
Sebelumnya Bella tidak pernah terpergok menangis sampai wajahnya sembap. Alanis duduk lebih dekat lagi di kasur yang ditempati Bella.
"Aku hanya menangisi mertuaku yang meninggal, sedangkan Vincent koma," ucap Bella. Ia tidak sanggup untuk terus membohongi diri sendiri. Andai Ia bohong, suatu hari nanti pasti akan terbongkar juga.
"Astaga. Kau akan melayat?" ucap Alanis setengah tidak percaya.
"Tidak, meninggalnya sudah dua setengah tahun lebih," suara Bella terdengar sangat lemah.
Kini Alanis tidak hanya terkejut, Ia benar-benar linglung dengan apa yang didengarnya. Sejak pertama kali Bella berkunjung, hal yang didengarnya tentang lelaki itu adalah menikahi wanita lain dan menyembunyikan Bella. Tetapi naasnya gadis itu malah bertemu pecandu narkoba yang tergila-gila padanya.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com