Malam semakin larut sedangkan lelaki yang pamitnya pergi ke kantor sejak tadi pagi belum kembali sampai jam digital tepat menujukkan angka dua puluh satu. Bella bersandar di sofa sembari menyetel televisi, hati kecilnya mengkhawatirkan lelaki itu meskipun jika Ia pikir-pikir lagi tak ada gunanya. Vincent bisa mengurus dirinya sendiri. Bella tak seharusnya mengkhawatirkan apakah lelaki itu sudah makan atau belum, apakah mobilnya macet atau tidak.
Keringat dingin menyerang tubuhnya bersama dengan rasa nyeri di punggung bagian bawah, Bella mengernyitkan dahi. Belum reda sakit di kepala yang menderanya sejak sore tadi, kini kram di beberapa tubuhnya kembali menyerang.
"Dari mana saja, Kau?" ucap Bella saat pintu ruang tamu Vincent terbuka dan menampakkan lelaki itu dengan setelan jas yang lengkap.
"Ah, panas sekali. Mengapa Kau mematikan AC di ruangan seperti ini?" ujar Vincent.
"Aku tidak menyukai hawa dingin. Dari mana saja Kau, Vin?" Bella mengulang pertanyaannya.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com