webnovel

A.13 THE DANGEROUS GIRL

Vincent kalang kabut gara-gara foto-fotonya yang sedang disorot publik di media sosial. Sekarang Ia takut pada Bella, gadis itu tidak bisa disepelekan. Akun Instagramnya diserang nitizen, komentar dan direct message semakin membanjiri akunnya setelah Ia memposting fotonya dan foto Bella secara terpisah di satu feed. Beberapa reporter gosip menemuinya secara langsung dan menanyakan hal-hal yang menjengkelkan. 

"Sejak kapan Bapak Netflix & Chill bersama Nona Arabella? Tenang saja, ini off the record, kok."

Sial!

Untuk apa hal menjijikan itu ditanyakan, ingin rasanya Ia menjitak kepala reporter yang menyodorkan micnya. Vincent tersenyum menahan amarahnya dan menjawab dengan tenang. 

"Saya tidak kenal Arabella itu siapa, saya juga baru tahu di dunia ini ada yang namanya Arabella setelah akun-akun fake itu memposting foto saya," ucap Vincent sambil menutup pintu mobilnya.

"Lho, Pak. Bukannya Bapak jatuh cinta pada wanita itu?" Seru reporter yang berada di bagian belakang.

"Itu postingan ajakan Bapak untuk …"

"Untuk apa? Saya hanya ingin melihat reaksi yang memposting foto saya dan membuat caption tidak senonoh," potong Vincent dengan sedikit geram. Ia menutup jendela mobilnya.

"Pak, Pak, tunggu. Bukankah Nona Arabella itu karyawan Bapak sendiri, ya?" teriak salah satu reporter saat mobil yang dikendarai Vincent mulai melaju. Reporter yang lain menoleh dan beberapa mereka membuka handphone.

Vincent merutuk dalam hati selama perjalanan menuju ke kantornya. Gadis itu harus diberi pelajaran, jika tidak, Ia akan semakin menjadi-jadi. Chelsea keluar dari ruangan CEO setelah semua berkas yang diperlukan Vincent hari ini beres. Perempuan mengangguk sopan tapi tidak juga mendapat balasan dari Vincent.

Ia marah pada situasi ini, posisinya bisa terancam jika keluarganya tahu. Mereka tidak akan menerima dalih 'hanya bercanda' jika Vincent beralasan Arabella hanyalah teman akrabnya dan mereka sedang bercanda. Tidak ada istilah bercanda dalam kamus hidupnya, keluarganya mendidiknya dengan keras hingga Ia berada di posisi seperti sekarang. 

Vincent mengeluarkan handphone-nya dan menghapus feed yang menampilkan foto Bella. Ia mengirimkan pesan pada Bella sekali lagi.

"Bella, please hapus semua akun fake-mu. Gajimu akan kunaikan satu setengah kali lipat kalau kamu mau," chatnya.

"Maaf, Pak. Saya sedang bekerja, jangan ganggu," balas Bella.

"Ffffff," desis Vincent. 

Gadis itu masih saja bisa membuatnya jengkel. Sekali lagi, Ia mengingatkan diri sendiri agar hati-hati karena gadis itu bisa sangat nekat kapan saja. Ia tersenyum simpul saat memiliki ide untuk membajak akun-akun itu, mengapa tidak sejak kemarin Ia menggunakan cara ini. Dipanggilnya Chelsea melalui interkom.

Tangan Vincent kembali mundur saat teringat bahwa aksinya bisa terekam oleh IT perusahaan dan keluarganya akan tahu. Akhirnya Ia memilih menelpon Chelsea menggunakan handphone-nya. Persetan jika perempuan itu merasa bingung sekarang.

"Chelsea, tolong carikan jasa hacker  Instagram sekarang. Gunakan biaya dengan rekening pribadi saya," ujarnya.

Secuil permasalahan beres. Setidaknya akun-akun yang Bella buat tidak bisa beraksi lagi. Vincent bisa melanjutkan rapat-rapatnya dengan tenang hari ini. CEO muda yang brilian dan berkarisma tidak boleh goyah hanya karena ulah seorang gadis. Vincent harus menang.

Namun naas, sore harinya saat Ia akan kembali ke mansion, para reporter sudah bergerombol di depan pintu lift tempatnya biasa keluar. Untung saja, security memberi tahu Chelsea. Vincent menggunakan kesempatan itu untuk mangkir ke divisinya Meghan untuk menemui gadis kecilnya.

Staf-staf di ruang kantor yang jauh lebih kecil dari pada ruangannya menunduk hormat saat berpapasan dengannya. Gadis itu masih sibuk di depan layar monitor meski jam kerja sudah berakhir. Vincent mendekatinya dengan langkah yang tidak bisa diinterupsi hingga Ia berada tepat di depan gadis itu.

Pandangan mereka bertemu, Bella tampak ragu di depannya. Vincent menyeringai puas, akhirnya gadis itu gentar juga. Ia membuka mulutnya lalu berucap, "Ada apa, Pak?"

"Ada apa katamu, kamu pandai sekali berpura-pura, ya," seringai Vincent. "Saya tidak terima atas apa yang kamu lakukan pada saya," geramnya

"Saya juga tidak terima atas apa yang Bapak lakukan kepada saya," tanggap Bella.

"Kamu bisa terjerat pelanggaran UUITE," ucap Vincent. 

Bella tertawa, mengundang perhatian beberapa staf yang sedang berkemas-kemas di kantornya. Kapan CEO mereka mau berepot-repot ke ruangannya, apalagi untuk ribut dengan pekerja baru yang masih ingusan. Mereka yang sudah melihat keributan di medsos dan gosip di grup karyawan, menguping diam-diam percakapan Bella dan CEO mereka.

"Saya juga bisa menjerat Bapak dengan kasus pelecehan seksual beberapa kali. Jangan kira saya tidak bisa mendapatkan rekaman CCTV dari restoran itu," ujar Bella.

"Saya sudah bisa menarik masa, akan ada orang-orang yang bersaksi tentang apa yang Bapak lakukan kepada saya di lampu lalu lintas waktu itu. Banyak saksi masa meskipun mereka belum ada yang buka mulut," lanjut Bella.

'Sudahlah, Vin. Jangan mengaduk air yang sudah keruh. Baunya akan semakin menyengat,' bisik kata hati Vincent.

Benar, karyawan-karyawan senior yang sudah kenal dan loyal pada pemilik perusahaan ini bisa mengadu. Vincent memilih untuk menghentikan adu mulutnya dengan Bella sehingga gadis itu merasa menang. 

Malamnya Farell menelpon Vincent, tidak ada pembicaraan sama sekali, Farell hanya tertawa terbahak-bahak. Teman-teman laknat itu sudah pasti menceritakan nasib Vincent kepada Farell. Belum juga mulai bicara, Farell sudah tertawa terlebih dahulu dan membuat Vincent jengkel.

"Sialan Kau, Rel," umpat Vincent. Ia mematikan teleponnya. Beberapa detik kemudian Farell menelpon lagi, Vincent membiarakan dering handphone-nya membuat kamarnya bising.

"Kau hanya perlu berusaha menidurinya, Vin," ujar Farell melalui voice note-nya.

Jika dipikirkan dengan akal sehat, Ia sangat hina di depan Bella. Ia membuat pengakuan palsu kepada teman-temannya bahwa Ia telah menikmati tubuh gadis itu. Lalu petaka itupun terjadi.

"Bella, kalau kamu mau bekerja sama dengan baik. Gajimu akan kunaikan satu setengah kali lipat, kamu tidak mau?" Vincent kembali mengirimkan pesan kepada gadis itu. Ia tidak mau gosip ini terus berlanjut merusak nama dan membahayakan dirinya. 

"Bukan urusan saya kalau Bapak viral, itu salah Bapak sendiri. Saya tidak butuh gaji banyak yang penting saya bekerja," balas gadis itu. Lagi-lagi Vincent harus menggeram frustasi, Ia melemparkan handphone-nya sembarangan dan membenamkan wajahnya di selimut.

Keesokan paginya gosip tentang Vincent dan Bella lenyap begitu saja, membuat Vincent lega sekaligus heran. Bagaimana bisa gosip itu lenyap dalam sekejap? Tidak hanya akun-akun fake yang dibuat Bella yang hilang, tetapi semua postingan tentangnya di akun gosip juga hilang.

Apakah gadis itu sendiri yang menghilangkannya? Tidak mungkin. Bella tidak memiliki kekuatan apapun. Ia hanya seorang gadis baru lulus kuliah dan bekerja sebagai sekretaris divisi belum ada satu bulan. Di sisi lain, apakah orang-orang ayahnya yang melenyapkan gosip itu? Kalau begitu, orangtuanya sudah tahu Ia berulah dan jabatannya sebagai CEO muda sedang terancam. Ayahnya bisa mencabutnya dan kembali menjabat atau melemparkan jabatan itu kepada sepupunya. 

"Sudahlah Vin, gadis itu memang tidak penting. Tidak ada untung bagi media untuk menyorotnya," hibur Geisha.

"Kalau mereka tahu tidak ada untungnya, mengapa kemarin-kemarin diliput?" sanggah Vincent.

***

Siguiente capítulo