webnovel

BROKEN HEART

Maaf ya agak lama updatenya.

Akan diusahakan dua hari sekali untuk update

Semoga nggak mengalami writter block

Tetap dukung penulis dengan comment dan votenya.

Love you all

⭐⭐⭐⭐

Happy reading♥️

Anak-anak GCK dan Rizky sedang menghabiskan weekend di villa milik keluarga Cilla di daerah Lembang. Beberapa hari lagi Cilla akan mengakhiri masa lajangnya dengan menikahi pujaan hatinya, si asdos ganteng. Sementara itu mami dan papi Cilla yang ikut mendampingi mereka lebih memilih menghabiskan waktu di bungalow yang ada di dekat villa mereka. Sepertinya mereka tidak mau mengganggu acara anak muda. Mengawasinya cukup dari jauh juga. Sekalian mereka bisa honeymoon tanpa terganggu oleh anak-anak itu.

"Ya ampun Cil, elo bentar lagi bakal nikah sama pria impian lo. Gimana perasaan lo? Nggak stress kayak Ipah dulu kan?"

"Yeee.... kenapa jadi bawa-bawa gue sih?" omel Ifa yang duduk sambil bersandar pada Rizky. Mereka saat itu sedang berkumpul di pinggir kolam renang.

"Emangnya dulu dia berat ya mau kawin sama gue?" tanya Rizky sambil memeluk Ifa. Tangannya keduanya saling bertaut, menghasilkan pemandangan yang uwu dan membuat orang lain iri dan dengki. Sesekali Riky mencium puncak kepala Ifa atau Ifa yang membelai-belai lengan suaminya.

"Ky, bisa nggak lo kurangin dikit kadar kemesraan kalian di depan gue. Sakit mata dan hati gue ngeliatnya. Kalau nggak ingat elo sepupu gue dan Ipah sahabat gue, sudah dari tadi lo berdua gue tenggelemin di kolam." omel Meta yang kebetulan duduk menghadap kedua sejoli itu.

"Dih, kenapa jadi elo yang kayak cacing kepanasan sih Nyet? Elo kan dan biasa liat kita begini." sahut Rizky malah sengaja mencium leher Ifa yang terekspos karena rambutnya dikuncir tinggi. Mendapat perlakuan seperti itu Ifa hanya bisa berusaha menahan desahan dari bibirnya. "Suruh aja Guntur nyusul kesini. Makanya buruan kawin, biar elo nggak ngiri sama kita. Tuh Cilla aja yang belum setahun kenal sama Athar berani ambil keputusan kawin. Elo sama Guntur sudah pacaran sejak kapan? SMA? Kelamaan tuh. Jangan sampai nggak jadi, Nyet."

"Bujug tuh mulut kagak ada remnya ya. Pengen gue olesin pake sambal geprek ya," Meta mulai emosi menghadapi sepupunya ini. "Elo ngedoain gue dan Guntur bubaran?"

"Bukan ngedoain. Justru gue meng-encourage elo supaya buruan kawin sama Guntur. Kalau dia nggak mau, mending lo putusin trus cari gantinya."

"Woy, laki gue itu lagi sibuk ko-as. Nggak mungkin kan gue kejar-kejar buat kawinin gue. Reseh lo!!"

"Sudah.. sudah.. kenapa elo pada jadi berantem sih. Kita kumpul disini kan mau senang-senang melepas masa lajang Cilla." Alana mencoba menengahi.

"Wah bakalan ada stripper dong," celetuk Rizky. Semua mata langsung melotot ke arahnya, termasuk Ifa. "Eh, kenapa elo pada melotot sih? Ada yang salah sama omongan gue?"

"Ooh.. jadi dulu waktu lo mau kawin sama gue, bachelor party lo ngedatangin stripper?" tanya Ifa sambil mencubit pinggang Rizky dengan kencang.

"Yang... yang... sakit dong.... lepasin dong yang." pinta Rizky memelas sambil menahan sakit. "Kagak ada bachelor party kok. Elo kan tahu gue kayak gimana, Yang. Nggak mungkin lah gue panggil stripper. Waktu itu gue cuma kumpul sama sobat-sobat gue, si Dandy, Bimo, Tedi, Ernest dan Irham plus bang Zayyan. Kalau ada Irham ya nggak mungkin ada yang aneh-aneh. Dia kan primus (pria mushola). Apalagi kan ada abang lo."

"Nggak percaya. Modelan kalian nggak mungkin cuma kumpul-kumpul biasa." Ifa mulai kesal membayangkan dulu Rizky mengadakan bachelor party yang aneh-aneh, seperti di film-film yang pernah ditontonnya.

"Elo boleh cek ke bang Zayyan deh. Waktu itu kita cuma kumpul biasa di cafenya Tedi sambil nyanyi-nyanyi. Nggak ada yang aneh-aneh."

"Sudah Pah, enggak usah mikir yang aneh-aneh. Sudah lewat juga kan. Saling percayalah. Itu penting lho." Kali ini Cilla yang mengeluarkan pendapatnya. Amazing, benar-benar dewasa banget sobat gue yang satu ini, batin Ifa. "Sekarang kita ngobrol-ngobrol aja. Al, bang Zayyan nyusul kesini nggak? Met, Guntur gimana?"

"Bang Zayyan paling baru besok pagi kesininya. Lagi bikin laporan kunjungan dan harus selesai hari ini." jawab Alana.

"Guntur nggak bisa nyusul. Dia kebagian tugas di IGD dua hari berturut-turut, sekalian menggantikan temannya yang ibunya mendadak masuk RS."

"Yo wis, kalau gitu nggak ada yang ngomel ya kalau gue mesra-mesraan sama istri gue."

"Babang Chico, kali kini Cilla yang minta supaya babang Chico mengurangi keuwuan terhadap Ipah. Itu sangat menggerus perasaanku yang saat ini sedang menahan kangen kepada babang Atharku yang tampan." Kali ini Rizky menyanggupi permintaan Cilla. Demi calon pengantin yang jangan sampai dibuat stress menjelang pernikahannya.

"Athar nggak kesini Cil?" tanya Rizky. "Tadi sebelum berangkat gue nggak bisa hubungi dia. Kemarin sih dia ngundang gue buat kumpul-kumpul dengan teman-teman SMA di rumahnya. Kalau nggak salah tiga hari lagi acaranya."

"Bang Athar lagi ada proyek audit perusahaan ayahnya. Makanya Cilla sedih banget nih melihat keuwuan kalian."

"Yuk kita main TOD aja biar nggak bosan dan nggak ngeliat kemesraan dua makhluk ini," ajak Onit yang sedari tadi diam saja. Tampaknya ada yang sedang ia pikirkan.

"Nit, are you fine?" tanya Ifa saat mereka menuju ke dalam vila. "Gue liat dari tadi elo diam saja."

Onit memandang Ifa dengan mata berkaca-kaca. Ifa langsung menyuruh Rizky berjalan lebih dahulu dan kemudian ia menarik Onit ke dalam pelukannya. Begitu berada dalam pelukan Ifa, Onit langsung menangis tersedu-sedu sehingga membuat para sahabatnya menghampiri dirinya. Rizky langsung mengerti dan memilih masuk kamar. Pasti terjadi sesuatu pada Onit. Biarin deh mencoba menenangkan sahabatnya itu. Mendingan gue tiduran di kamar, batin Rizky.

"Onit, elo kenapa sayang?" tanya Alana sambil mengelus punggung Onit yang masih tersedu dalam pelukan Ifa. Ini adalah suatu hal yang belum pernah terjadi. Selama ini Onit dikenal sebagai orang yang paling logis dan paling tegar di antara mereka. Bila Onit sampai menangis seperti ini, pastilah masalah yang dihadapi tidak ringan.

"Nih, minum dulu." Meta menyodorkan segelas air putih hangat setelah mereka duduk berkumpul di ruang tengah. Onit menerima gelas yang disodorkan dan menghabiskan isinya.

"Elo nangis gara-gara haus ya, Nit?" tanya Cilla polos dan langsung dapat pelototan dari yang lain. "Lho, emangnya pertanyaan gue salah? Tuh air segelas besar habis sekali tenggak. Berarti dia haus banget kan sampai nangis kayak gitu."

"Hadeeeuh Cilla... kenapa mendadak bolot lagi. Baru aja gue bangga karena pemikiran lo akhir-akhir ini dewasa banget. Nggak taunya itu hanya sementara," ucap Ifa.

"Nggak usah peduliin Cilla ya, Nit. Coba cerita sama kita, ada masalah apa elo sampai nangis begini? Nggak biasa-biasanya elo nangis begini." tanya Meta. "Keluarga lo baik-baik saja kan? Atau elo lagi butuh duit? Cerita sama kita, siapa tahu kita bisa bantu."

"Mas Reza, Met..... Mas Reza..... "

"Reza kenapa? Dia sakit? Elo mau susul dia ke Magelang? Kapan lo mau berangkat, biar gue minta papi pinjemin mobil dan supir buat lo berangkat kesana." sambar Cilla. Anak satu ini walau kadang bolot dan manja, tapi sangat murah hati apalagi kalau ada temannya yang butuh bantuan.

"Nggak, mas Reza baik-baik saja.... gue harap. Semalam gue chatting sama dia." Onit mengambil nafas dan menghapus air maatanya yang kembali menetes di pipinya. "Dia kasih tau gue kalau setelah lulus dia akan ditempatkan di luar Jawa. Dia tanya apakah gue bersedia ikut sama dia. Gue jawab bahwa gue mau selesaikan kuliah dulu, setelah itu baru kita akan bahas lebih lanjut."

"Terus apa tanggapan dia?" tanya yang lain penasaran

"Sampai sekarang dia nggak jawab apa-apa. Tapi tadi gue liat postingan di IGnya kayak gini." Onit memperlihatkan akun IG Reza. Di postingan terakhir terlihat gambar seorang pria terduduk di lantai dan menunduk, sepertinya lelah. Captionnya yang membuat semuanya terkejut. 'Entah mana yang lebih menyakitkan, kehilangan kamu ataukah digantungin terus sama kamu. #lelah #ended #goodbye'

Semuanya saling berpandangan melihat foto yang diposting 8 jam yang lalu. Onit kembali meneteskan air mata dan tersedu. Alana langsung menarik Onit ke dalam pelukannya. Sementara yang lain tidak bisa berkata apapun, mereka dapat merasakan sakit dan sedihnya perasaan Onit saat itu.

"Kayaknya gue dan dia nggak bisa lanjut," ucap Onit ditengah isakannya. "Gue harus melepaskan dia yang tak sanggup menunggu."

"Jangan su'udzon dulu Nit. Mungkin bukan itu maksud dia. Lebih baik lo coba omongin baik-baik sama dia lewat telepon. Atau elo mau kita antar ketemu sama dia? Kalau memang lo mau ketemu sama dia, kita bersedia antar elo ke Magelang, setelah acara pernikahan gue dan bang Athar. Gue bisa minta papi sediain kendaraan, supir dan akomodasi selama disana."

"Kalau bukan itu maksud dia, terus apa makna postingan ini. Mungkinkah dia lelah menunggu gue? Mungkin gue memang nggak berjodoh sama dia. Gue harus terima kenyataan itu. Mungkin Allah memang menginginkan gue untuk fokus sama keluarga gue dulu dan nggak boleh egois memikirkan kebahagiaan gue sendiri."

"Jangan ambil kesimpulan apapun sebelum elo mendapat jawaban yang pasti dari Reza. Jangan pernah berprasangka buruk kepada apa yang telah Allah tetapkan buat kita." Tiba-tiba Rizky ikutan bicara. "Jalan terbaik adalah sekarang elo ambil air wudhu dan shalat dua rakaat. Curhat sampai puas sama DIA. Minta diberi petunjuk apa yang terbaik menurutNya dan terima keputusanNya walau mungkin tidak sesuai dengan keinginan lo."

"Benar apa yang Rizky bilang, Nit. Sana ambil wudhu, shalat sunnah dan ngadu sepuasnya sama Allah. Kita selalu ada buat elo. Tapi sebaik-baiknya tempat bersandar adalah Allah. Pasrahkan semua sama dia." timpal Ifa.

"Wah elo bisa bijak juga ya Ky. Nggak nyangka gue," puji Meta sambil menonjok pelan lengan sepupunya itu.

"Thank you guys for your support. Gue bersyukur punya sahabat kayak kalian" Onit dan yang lainnya berpelukan. Sementara itu Rizky merangkul bahu istrinya dan mengecup kening Ifa. Kali ini tidak ada yang protes, karena mereka sibuk menenangkan Onit.

"Sudah yuk jangan lama-lama sedih untuk sesuatu yang belum jelas. Mendingan sekarang kita barbeque-an. Tuh mami papi sudah nyiapin semuanya buat kita." ajak Cilla. "Gue mau malam ini kita lupain semua masalah yang ada dalam hidup kita. Gue mau malam ini elo semua bantuin gue biar semakin yakin dan nggak stress ngadepin hari pernikahan gue."

Siguiente capítulo