webnovel

NO HUG, NO KISS

Sudah seminggu sejak hari pernikahan mereka. Tidak ada yang aneh dari pernikahan mereka kecuali hingga saat ini mereka masih belum melakukan hubungan suami istri.

Mereka tinggal di paviliun. Sengaja emak meminta babe membolehkan mereka tinggal disitu karena nggak mau jauh-jauh dari anak kesayangannya.

"Ipah, mana kemeja gue yang warna putih? Gue mau pakai buat ketemu dosen pembimbing." Teriak Rizky dari dalam kamar. Saat itu Ifa sedang berada di dapur mempersiapkan sarapan buat mereka berdua.

"Ada di lemari. Kemarin sudah gue masukin kesitu." Walau pernikahan mereka terkesan pura-pura tapi Ifa tetap melayani suaminya kecuali urusan kasur.

"Ky, sarapan dulu. Gue sudah siapin juice wortelnya. Bekal buat makan siang lo juga sudah gue siapin."

Rizky keluar dari kamar sudah berpakaian rapi. Ifa memperhatikan suaminya yang pagi itu seperti biasa selalu terlihat tampan. Wajahnya yang mirip Chico Jericho lah salah satu alasan yang membuat Ifa menerima perjodohan mereka. Semua sahabat Ifa tahu kalau dia nge-fans berat sama babang Chico.

"Gimana Pah? Gue sudah ganteng belum?" Tanya Rizky sambil mendekati Ifa dan hendak memeluknya.

"Eits... mundur.. mundur... mau ngapain lo?"

"Ya mau meluk elo lah."

"Elo lupa perjanjian kita. No hug, no kiss, kecuali terpaksa di depan orang tua kita."

Rizky garuk-garuk kepala teringat perjanjian yang mereka buat sebelum menikah. Perjanjian yang sangat merugikan dirinya. Bagaimana dia bisa mengabaikan istrinya yang cantik dan mulus ini. Tidur seranjang tanpa bisa melakukan apapun sudah merupakan siksaan untuknya. Apalagi akhir-akhir ini Ifa sering menggunakan celana pendek saat tidur.

"Ipah, masa lo tega sih sama gue," Rizky berusaha merayu Ifa yang pagi itu sudah terlihat rapi. "Gue kan pengen meluk elo, istri gue. Gue pengen cium kening lo, cium bibir lo yang seksi itu."

"Apa-apaan sih elo, Ky? Please deh nggak usah lebay. Elo kan sudah setuju dengan perjanjian kita. Toh gue tetap melayani elo."

"Ya tapi elonya juga jangan menggoda gitu dong. Masa tidur pakai celana pendek. Gue nggak kuat liat paha lo yang mulus."

"Siapa yang menggoda elo? Kalo gue tidur nggak pakai celana baru deh bisa dibilang gue ngegodain elo. Nah elo aja yang pikirannya mesum. Dari dulu elo juga biasa liat gue pakai celana pendek."

"Waktu itu kita kan masih bocah, Pah. Elo belum secantik sekarang." Kembali Rizky mengeluarkan rayuannya disertai tatapan mautnya yang biasanya bisa membuat cewek-cewek bertekut lutut.

"Sudah ah, nggak usah lebay. Ayo buruan berangkat. Gue ada kuliah pagi nih. Jangan lupa sarapannya lo habisin dulu. Piring dan gelas kotornya taruh aja disitu. Biar nanti pulang kuliah gue yang cuci. Oh ya, nanti sore kita ketemuan di supermarket ya."

"Mau ngapain ke supermarket? Bukannya kemarin sudah belanja bulanan?" Tanya Rizky saat mereka berada di dalam mobil.

"Bunda pesan kue buat dibawa ke pengajian besok siang."

"Emangnya elo ada waktu buat bikin kue?"

"Kebetulan besok gue libur. Dosennya dinas ke luar negeri."

"Besok gue ikutan libur ya."

"Ngapain ikutan libur? Kerjaan lo gimana?"

"Halah, gue tinggal ijin aja sama om Ridwan pasti diijinin deh."

"Alasan lo apa buat ijin?"

"Mau honeymoon sama elo." Ujar Rizky sok seksi sambil tangannya yang bebas meraih tangan Ifa. Kali ini Ifa tidak menolak. Karena memang dalam perjanjian mereka boleh berpegangan tangan.

"Masih belum nyerah bang? Honeymoon dalam mimpi aja ye, bang."

Bukannya marah, Rizky malah mencium punggung tangan Ifa sebelum Ifa sempat menarik tangannya. Tubuh Ifa merinding begitu merasakan bibir hangat Rizky menempel di kulitnya. Ya elah ngapain pake cium segala sih. Kan gue jadi deg-degan, bisik Ifa sambil melempar pandangan ke jendela.

Tak lama keduanya tiba di kampus Ifa. Saat hendak turun, Rizky masih belum melepaskan tangan Ifa. Hanya ini privilege yang ia dapat saat ini sebagai suami seorang Akifah Sa'diyyah. Makanya ia enggan melepaskan tangan istrinya.

"Bang Chico, gue mau kuliah dulu. Lepasin tangan gue. Gimana gue bisa kuliah kalau tangan gue dipegangin terus. Kalau nih tangan bisa gue lepas, gue pinjemin deh buat elo. Sayangnya tangan gue nggak pake resleting, jadi gak bisa dilepas."

Rizky tersenyum mendengar namanya dirubah menjadi Chico. Ia sudah tau sejak dulu kalau Ifa fans berat aktor pemeran Filosofi Kopi. Ia tidak keberatan dibilang Chico Jericho wanna be. Berarti Ifa mengakui kegantengannya. Lumayanlah daripada lumanyun.

"Cium kening boleh ya?" Rizky kembali merayu. Ifa menengok jam tangannya yang menunjukkan pukul 07.30. Gawat bentar lagi tuh dosen killer masuk kelas. Biar cepat Ifa pun mengangguk. Mendapat peluang mencium kening istrinya lebih langka daripada mendapat hadiah 200 juta. Rizky pun mencium kening Ifa sambil memejamkan mata. Lama... seolah tak ingin kebahagiaan itu cepat berlalu. Tiba-tiba ada yang menggedor mobilnya. Saat ia membuka mata, tampaklah Charlie'a Angels di depan mobilnya. Wait... itu bukan cewek-cewek jagoan. Tapi itu genk CK yang cengar cengir nggak jelas dapat tontonan gratis. Ifa pun kaget melihat kehadiran para sahabatnya. Ia malu sendiri karena sepertinya ia pun terhanyut dengan kecupan Rizky. Buru-buru ia mengambil tas dan bukunya kemudian mencium tangan suaminya dan segera keluar dari mobil. Belum sempat keluar, tiba-tiba Rizky mencium punggung tangannya dan kemudian mengedipkan sebelah matanya.

"Ciee ciee.... bang kita juga mau dong dicium jidatnya." Riuh rendah suara cewek-cewek itu meledek sahabatnya.

"Bang, jangan lama-lama dong ciumnya. Nanti hati adek meleleh kayak salju kena sinar matahari."

"Jangan kebanyakan kedip-kedip ya bang, nanti disangkain cacingan."

"Yang, nanti siang aku jemput kamu buat makan siang bareng ya." Seru Rizky sebelum menjalankan mobilnya.

"Cieee... sekarang pangggilannya 'yang' nih. Yaaang... peyang.. kepala abang pucing niiih. Sudah seminggu abang nggak dapat jatah." Ledek Meta sambil mengikuti langkah para sahabatnya.

"Si***n lo Met, kurang kencang ngomongnya. Nggak sekalian lo umumin pake toa masjid?" Tanya Ifa kesal. "Mimpi apa gue sodaraan sama elo."

"Mimpi kawin sama babang Chico." Jawab Meta sambil kabur karena Ifa sudah ambil ancang-ancang mau nyakar mukanya.

"Ipah, serius tuh omongan si Meta? Lo belum diperawanin sama babang Chico?" Tanya Onit penasaran.

"Emangnya elo kagak ngiler ngeliat perut dia yang kotak-kotak gitu? Kalo gue mah nggak pake dipaksa pasti langsung menyerahkan diri ke babang Chico." Kali ini Cilla yang bersuara. "Haduuuh ngebayangin tidur dipeluk babang ganteng bikin gue lapar. Ke kantin yuk."

"Woy, lo lupa hari ini quiz matkul statistika?" Tanya Onit sambil menarik baju Cilla. "Lo mau nilai C?"

"Bentaran doang Onit."

"Kagak pake bentaran. Waktu kita sudah terbuang banyak gara-gara ngeliatin sinetron di parkiran tadi. Ayo buruan."

"Kepala gue kagak bisa dipake mikir kalo gue lapar, Nit." Cilla masih berusaha membujuk Onit. "Gue tadi pagi cuma minum susu. Mami gue tadi pagi kagak masak, gara-gara berantem sama papi."

"Makan pake tempe dan tumis kangkung aja sok-sokan manggil mami papi. Kagak cocok Cil. Lagipula dari dulu kepala lo kan emang jarang dipake." Ledek Ifa. "Nih gue bawa roti. Elo makan deh di kelas. Ayo buruan."

"Ipah, roti buatan lo enak." Puji Cilla di dalam kelas. "Kalo elo open PO lebihin buat gue ya."

"Tumben elo mau pesan roti sama si Ipah. Biasanya juga elo cari gratisan kan." Meta memberi komentar.

"Yang bilang gue mau pesan siapa pe'a. Gue kan bilang dilebihin. Nah lebihan itu gratisin dah buat gue." Cilla tersenyum sok manis.

"Ah, dasar koplak lo Cil."

⭐⭐⭐

Kok Ifa betah ya berteman dengan mereka. Teman-teman yang ajaib

Apakah readers juga punya teman seperti mereka?

Yuk vote dan comment

Siguiente capítulo