webnovel

Berita Kaile

Keesokan harinya,

Matahari bersinar terang, suara nyanyian burung kecil yang terbang berpasangan hingga di atas dahan pohon tinggi dan memulai aksi mereka, angin lembut berhembus melambai daun pohon yang lebat mengajak semua pohon tinggi, rumput yang tinggi hijau dan bunga beraneka rupa dan warna di halaman yang mengitari istana Gao bergoyang bak menari dengan gemulai.

Kretek kretek.

Suara barang yang dibongkar dalam lemari.

NuEr dan Sun yang berdiri di belakang Hong yang merundukkan tubuhnya membongkar barang dalam lemari dan kotak pakaiannya saling berpandangan sejenak, melihat apa yang hendak dicari pangeran muda itu sejak tadi sibuk sendiri.

"Ehem, Yang Mulia, apa ada yang bisa kami bantu Carikan?" Tanya Sun.

Hong menegakkan tubuhnya, menggaruk kepalanya dengan alis berkerut dalam.

"Em, itu kak, ikat rambut Hong yang warna biru kemana? Kok tidak kelihatan yah"

Dua pelayan kecil itu melirik ke dalam lemari dan kotak yang sudah berantakan, bingung dengan apa yang akan dilakukan pangerannya mengumpulkan banyak barang kesukaannya di atas meja.

"Em yang biru, ada di dalam kotak perhiasan sepertinya, hamba akan carikan dulu yah" NuEr menuju ke arah meja tak jauh di dekat jendela, sementara Sun merapihkan benda pribadi pangerannya yang banyak di atas meja.

"Yang Mulia kenapa mengeluarkan semua barang ini? Memangnya mau dikemanakan?" Tanya Sun.

"Kak Sun ini, Hong harus membawanya nanti kalau Hong bosan Khan bisa Hong keluarkan, em istana kaisar itu seperti apa yah?" Hong merapihkan pakaiannya saat duduk di atas kursi, Sun membantu merapihkan rambut pangerannya yang agak berantakan sedikit, sejak diberitahu oleh putra mahkota kalau ia juga bisa ikut ke istana Kekaisaran Hong sudah tidak sabar bangun pagi dan memilih semua pakaian yang akan dibawanya.

"Memangnya, Yang Mulia kapan mau ke istana? Apa Yang mulia mau meninggalkan Sun dan NuEr?"

Hong menoleh, melambaikan tangannya cepat.

"Tidak kak, Hong pasti akan mengajak kak Sun dan kak Nu, kalau tidak nanti yang menyisir rambut Hong siapa? Hong bisa seperti hantu nanti tidak terurus"

Sun menahan tawa, wajah pangeran muda itu sangat imut, NuEr mendekat sambil membawa lipatan pita biru metalik dan menaruhnya perlahan ke atas meja.

"Ini Yang Mulia pitanya"

Mata Hong berbinar melihat pita itu, dua pelayannya segera merapihkan dan memasukkan semua ke dalam tas agak besar yang dibuat dengan kain tebal kualitas tinggi khas Hua yang memiliki banyak bordir dengan kombinasi benang emas, Hong sudah bersiap sepertinya, padahal belum tentu jadi pergi juga, tapi ia memang senang sekali mendengar akan keluar istana Gao dan melihat dunia luar, itu yang sangat ia inginkan.

"Yang mulia, mau berapa lama kita tinggal di istana kekaisaran?" Tanya NuEr.

Hong mengerutkan dahinya berpikir.

"Emm, tidak tahu juga, kak Yang bilang sampai urusannya selesai, em, kak Nu, apa, kaisar itu, galak yah? Bagaimana kalau beliau tidak suka sama Hong? Emm apa Hong harus bawa hadiah yah untuk beliau? Beliau sukanya apa? Kue, atau bunga atau"

Dua pelayan kecil tertawa kecil melihat sikap pangerannya.

"Heheh Yang Mulia tenanglah, beliau pasti suka melihat pangeran ku yang sangat tampan dan manis ini" ujar NuEr.

Sun mengangguk, walau ia sendiri tidak tahu bagaimana sifat kaisar itu, tapi menurut semua orang Putra Mahkota lebih galak darinya, bahkan putra mahkota saja suka sekali dengan adiknya apalagi Kaisar, pikirnya.

Hong merengutkan wajahnya saat sadar dua pelayannya sepertinya menggodanya.

"Akh kakak"

............

Di kamar FeiEr.

Fei terlihat bersiap mengenakan pakaian terbaiknya di depan cermin, DaHuang membantunya mengenakan ikat pinggangnya dan menyodorkan pedangnya.

"Tuan muda, apa kita akan ikut ke istana Kekaisaran? Bukannya situasi belum bisa kita pastikan, ini, sama saja masuk ke sarang harimau" ujar DaHuang.

Fei merapihkan ikatan di pergelangan tangannya, wajahnya yang tampan tak butuh banyak usaha semakin berkilau di balik pakaian baru yang diberikan Putra Mahkota padanya untuk pertemuan kali ini, Fei sendiri tidak yakin apa yang akan terjadi tapi satu yang sangat ia yakini kalau ia tidak bisa membiarkan adik kesayangannya pergi sendiri tanpa dirinya.

"Kita mungkin bisa mencari waktu yang tepat untuk melarikan diri DaHuang, ini kesempatan kita, dan kalaupun tidak berhasil, setidaknya kita harus tetap ada di samping adik Hong bagaimanapun caranya"

DaHuang mengangguk pelan.

"Benar apa kata tuan muda, heh, situasi ini sangat mengkhawatirkan, musuh dalam gelap dan kita dalam terang, sama sekali tidak bisa melihat apa yang ada di sekitar kita, dan negeri ini memiliki banyak sekali misteri yang tidak pernah terpikirkan oleh kita, menurut hamba untuk saat ini kita memang harus tetap bersama, dan pula, dari pandangan hamba, Yang Mulia Putra Mahkota bukan orang yang memiliki rencana jahat, beliau dengan sepenuh hati melindungi tuan muda kedua"

Fei mengangguk.

"Yah aku pikir juga begitu DaHuang, tapi, tetap saja aku merasa ada yang disembunyikan nya, kita tetap harus membuka mata lebar-lebar bagaimanapun kondisinya"

Saat keduanya sudah bersiap untuk keluar, dari arah pintu AhLei berlari masuk buru-buru.

"Tuan muda! Tuan muda ada berita" wajah AhLei terlihat serius, Fei menunggu apa yang akan disampaikan pemuda itu, ia hanya menunjuk ke luar.

"Itu, ada kejadian di hutan Arwah, ayo tuan muda ini penting sekali" tanpa menunggu Fei dan DaHuang yang masih melihat dengan bingung AhLei menarik tangan FeiEr keluar.

"Ayo tuan muda cepat"

"Ada apa AhLei pelan-pelan" tanya Fei yang mau tak mau menurut saat diseret AhLei.

.......................

Pengawal Song menerima pengawal FaHua yang menaiki kuda dengan kondisi terluka di gerbang depan, secepatnya mengajak pengawal yang terakhir mengikuti Pangeran KaiLe untuk misi penangkapan pemberontak di luar kota, tapi ia kembali sendirian, dan bukannya ke istana Kaisar yang letaknya masih cukup jauh pengawal muda itu meminta bantuan ke istana Gao.

YangLe yang mendengar cerita pengawal itu mengepalkan tangannya, pengawal muda yang kaki dan tangannya menderita luka sabetan benda tajam dan masih mengeluarkan darah itu menurunkan lutut dan kepalanya dalam, tubuhnya bergetar karena lukanya dan entah sudah berapa lama sejak ia melarikan kudanya dalam kecepatan tinggi dengan jarak cukup jauh tanpa berhenti, pengawal FaHua sangat setia pada ketuanya itu rela melakukan apa saja untuk meminta bantuan.

"Yang mulia, mohon Yang mulia mengirimkan bantuan segera, Ketua, Yang mulia Pangeran Kai mungkin dalam bahaya sangat besar saat ini, hamba rela mati, tapi mohon Yang Mulia bermurah hati mengirimkan bantuan"

BuAn melirik Putra Mahkota yang terlihat berpikir keras, pangeran KaiLe adalah adik kesayangannya, sudah pasti ia akan mengirimkan bantuan, tapi mendengar cerita dari pengawal itu kalau penyerang mereka bukan manusia, tidak tampak satu manusiapun, mereka mungkin sudah memasuki daerah terlarang di dalam hutan Arwah yang menjadi tempat yang paling dihindari siapapun, YangLe menoleh pada pengawal pribadinya BuAn.

"Bu, situasi ini, bagaimana menurutmu?"

BuAn menurunkan kepalanya.

"Yang Mulia, kemungkinan penyerang bisa berasal dari suku mistis sangat besar, jika pangeran Kai berada di tangan mereka kita tidak bisa melawan banyak selain melakukan jalur diplomasi"

YangLe menarik napasnya.

"Tapi suku mistis tidak pernah beraksi sebelumnya, mereka biasanya selalu berada di bawah bayangan hingga tak mau menimbulkan keributan apalagi sampai menyerang pengawal istana, kita harus mengirim orang ke sana, tapi orang yang tahu hutan arwah tidak banyak, mungkin kita akan mengalami situasi yang sama dengan KaiLe"

########

Siguiente capítulo