webnovel

AhLei

"Kalau kalian memang terburu-buru, untuk apa mengambil resiko mengambil jalan hutan ini? Apa tidak ada yang memberitahu kalau daerah hutan arwah ini sangat berbahaya, lebih baik lewat tempat lain khan lebih aman"

Fei mengangkat kepalanya, pandangan matanya membuat AhLei seperti merasa bersalah.

"Eh.."

"Jarak menuju ke ibu kota lebih dekat jika melewati hutan ini, kami sungguh hanya ingin menghemat waktu, sungguh maaf kalau sudah mengganggu ketenangan penghuni hutan, kami benar tidak bermaksud demikian" ujar Fei sambil mengepalkan tangannya di depan wajahnya dan menunduk.

AhLei gagap.

"Eh itu"

"Dan kalau ada yang bisa kami lakukan untuk menebus semuanya, kami bersedia melakukan apapun, asal jangan menahan kami lebih lama di sini, setiap waktu yang terlewati artinya keselamatan adik kami menjadi taruhannya" lanjut Fei.

"A adik?" tanya AhLei.

Fei mengangguk.

"Iyah, kami, harus menuju ke ibukota secepatnya, lima belas hari lalu adikku diculik dan kami sangat yakin penculik membawanya ke ibu kota Hua, aku dan DaHuang berasal dari Tang jadi kurang mengerti dengan hal tabu di sekitar sini, harap diberikan keringanan kali ini"

DaHuang agak terganggu sebenarnya, tuan mudanya seperti memohon pada orang asing yang bahkan tidak berhak mendapatkan hormat darinya sedikitpun, ia hendak berteriak lagi tapi itu mungkin akan memperumit suasana.

"Eh, sebenarnya, kalian, cukup memberikan uang yang banyak untuk membeli makanan dan lainnya"

Belum selesai AhLei bicara Fei sudah melirik DaHuang.

"DaHuang"

DaHuang maju, mengeluarkan kantong mungkin berisi uang karena cukup berat saat jatuh di atas meja, Ahlei membuka mata lebar, ia meraih kantong uang itu dan melirik isinya, matanya tambah silau karena jumlah koin emas dan perak yang hampir memenuhi kantong beludru dengan bordiran cantik di tangannya kini.

"Wah ini banyak sekali"

"Ini cukup khan, sekarang lepaskan kami"

...............

Tak lama kemudian.

Sepanjang jalan perkampungan Terbuang, itu nama perkampungannya, semua melambaikan tangan pada Fei dan DaHuang yang berjalan melalui jalan setapak, tentukan bukan mengelukan keduanya, melainkan mengelukan AhLei yang berjalan bersama Fei dan DaHuang di belakang mereka.

"Dah semuanya, jangan nakal-nakal yah selama aku pergi, jaga diri yah!" seru AhLei.

DaHuang melirik pemuda yang berjalan di belakang mereka, yang tiba-tiba mencetuskan ide ingin ikut mereka pergi keluar dari hutan, bersama mereka, ini sangat menyebalkan, pikir DaHuang yang entah kenapa tidak menyukai orang itu sejak pertama hingga kini.

"Tuan muda, apa benar akan membiarkan orang itu mengikuti kita? Hamba tidak begitu menyukainya, ia seperti menyimpan banyak rahasia" bisik DaHuang.

Fei mengangguk, ia juga tidak mau tapi mereka tidak punya banyak pilihan karena pemuda itu tahu jalan keluar hutan dan bisa membantu mereka tiba ke kota selanjutnya dengan waktu singkat, ia lebih mengenal Hua walaupun mengaku sudah lama tidak keluar hutan.

"Ia hanya akan menemani kita sampai kota selanjutnya"

DaHuang menarik napas kesal.

"Heh orang itu"

"Lagipula kita tidak bisa melawan tanaman mistis di dalam hutan tanpa dirinya, walau sekuat apapun ilmu beladiri kita tapi wilayah hutan Arwah memang bukan tempat yang bisa kita lewati begitu saja, kita butuh orang itu DaHuang" lanjut Fei.

..................

Buk buk buk buk!

Suara langkah kaki dalam istana, salah satu istana kecil agak jauh dari istana putra mahkota, istana Gao yang dibuat di tempat agak terpencil, di atas lembah sejuk yang luas dengan pemandangan sangat indah sejauh mata memandang, dari bentuknya kurang lebih menyerupai lembah Jie yang tanpa sadar menjadi tempat yang sangat dirindukan Hong, istana Gao adalah istana kecil sebagai tempat untuk beristirahat dan jauh dari keramaian, salah satu istana yang disukai YangLe.

YangLe membawa Hong ke sana sementara ia pergi berburu bersama Kaisar selama beberapa hari, ada BuAn yang menemani Hong untuk menjaga keamanannya, tentu saja NuMa dan banyak pelayan kecil untuk melayani Hong dan juga teman bermain ikut serta, penjaga berlapis di tiap pintu, walau istana itu terletak di dalam lembah yang sunyi tapi pengamanan terlihat sangat ketat dari sudut manapun.

Suara gelak tawa tidak berhenti sejak tadi, kerincingan yang menggantung di pinggang pakaian megah Hong yang berbunyi seiring gerakannya yang tanpa henti sejak tadi meramaikan suasana istana Gao yang tadinya sangat sunyi.

"Hehehe ayo kak jangan lemas begitu"

NuMa berusaha menghentikan tuan mudanya yang sejak tadi bermain petak umpet dengan pelayan muda dan pegawal kecil, belum juga merasa Lelah.

"Yang Mulia waktunya istirahat jangan bermain terus sejak tadi nanti Yang Mulia bisa jatuh sakit"

Hong tertawa lepas, ia tidak boleh keluar rumah oleh kakak Putra Mahkotanya jadi ia hanya bisa mengajak teman bermainnya seperti biasanya bermain di ruangan besar Istana Gao, dan NuMa yang sudah agak berumur kewalahan berusaha mengejarnya sejak tadi.

"Yang Mulia pelan-pelan"

Hong sangat ceria hingga ia kadang berlari tanpa melihat arah, hingga tiba-tiba ia menabrak seseorang di dekat pintu masuk.

"Akh" ia hampir terjatuh kalau bukan pelayan menahan tubuhnya.

Saat semua orag melihat siapa yang sudah berdiri di depan pintu semua menurunkan tubuhnya segera.

"Salam Yang Mulia Tuan putri"

Hong membalikkan tubuhnya, seorang gadis muda yang sangat cantik, berwajah halus, putih bening bagai kristal dengan pakaian megah bertata emas dan berlian, dengan tatanan rambut yang begitu indah dipandang mata, ia melirik sekitarnya di mana para pelayan istana menurunkan tubuh memberinya hormat, tapi ada wajah asing di sana, beberapa pelayan muda mengikuti di belakangnya, termasuk seorang gadis muda yang terlihat tidak asing.

Putri YanYe, usia dua puluh tiga tahun, putri kesayangan Kaisar yang tak lain adalah sepupu dekat YangLe, putri YanYe cantik, sangat pintar ilmu negara dan diplomasi, seandainya ia bukan sepupu YangLe mungkin ia sudah menikah dengan YangLe untuk memantapkan posisinya sebagai penguasa negeri menggantikan ayahandanya, itu menurut rumor yang beredar hingga terkesan putri YanYe adalah pesaing YangLe yang membuat hubungan mereka panas, tapi mungkin benar adanya karena putri YanYe yang pintar selalu mengetahui setiap gerak gerik Putra Mahkota, bahkan menuju ke istana Gao siang itu saat Putra Mahkota tidak ada di tempatnya.

Hong melihat tuan putri YanYe yang sering diceritakan kakak pangerannya, Gadis cantik itu berhenti di depan Hong melihatnya dari atas hingga bawah kaki dan juga sebaliknya.

##################

Siguiente capítulo