-----------------
Matahari pagi.
Kuku-kukuku!! Ayam jago milik peternakan kecil kerajaan yang terletak di bagian belakang istana Giok berkokok dengan gagahnya bertengger di atas kandangnya.
Beberapa kuda besar sudah dituntun pelatih sejak pagi buta untuk menghirup udara segar. Keluarga kerajaan masih terlelap dalam tidur yang nyenyak seakan tak ingin buru-buru mengakhiri mimpi bergelut dengan bantal guling senyaman-nyamannya.
Pangeran Yo terduduk di atas ranjangnya, ia tidak bisa tidur sejak semalam, bagian bawah matanya menghitam karena menahan kantuk, kenapa jadi ia yang tidak bisa tidur? Ia menggoyang-goyangkan WuEr asistennya yang tidur sampai mengorok di pinggir ranjangnya.
"Ngoookk"
"WuEr! Ayo bangun kenapa kau bisa tidur di saat seperti ini?" Seru Pangeran Yo dengan nada kesal, WuEr mengangkat kepalanya, membersihkan cepat air liur yang mengalir karena ia tertidur begitu lelap tadi.
"Yang Mulia, apa sudah ada hasil?"
Yo melihat WuEr kesal, ia mengangkat tangannya menampar wajah WuEr kesal.
"Memangnya aku tahu! Kau yang harusnya mencari tahu tapi kenapa kau malah tidur begitu enak di sini, cepat lihat dan cari kabar!"
WuEr bangun cepat, hampir saja penutup kepala yang dikenakannya jatuh saat buru-buru beranjak menuju ke pintu.
"Si siap Yang Mulia, hamba akan melihat situasi!"
Buk buk buk buk!
WuEr keluar kamarnya dengan cepat, Pangeran Yo menurunkan dua kakinya dari atas ranjang, ia tersenyum dalam hati, saat ini seisi istana Giok pasti sedang heboh dengan apa yang terjadi di kamar Tuan Muda cantik itu, ia terkikik pelan, dilambaikan tangannya meminta pelayan yang berada di dekat pintu mendekat.
"Hamba Yang Mulia"
"Siapkan bak mandi"
Pelayan gadis muda itu menundukkan kepalanya dalam, ia bertugas melayani pangeran Yo setiap saat, ini masih sangat pagi, biasanya pangerannya baru akan bangun menjelang siang, tapi, ia mengangkat kepalanya takut mungkin salah dengar.
"Em b baik, hamba laksanakan Yang Mulia"
Pelayan muda itu segera bergegas keluar pintu, masih mengerutkan dahinya berpikir, pangerannya itu mau mandi? Waktu sepagi ini?
.....................
Di lapangan kuda.
HongEr sudah bangun pagi itu, dengan sangat bersemangat ia bergegas ke lapangan berkuda untuk melihat kuda-kuda cantik yang berlari mengelilingi lapangan.
HongEr melambaikan tangannya pada KaiLe yang sudah duduk di salah satu kuda paling besar di sana.
"Hiaa hiaaa!!"
KaiLe menoleh saat menemukan HongEr yang berdiri di pinggir lapangan melambai ke arahnya, ini pagi yang sempurna, pikirnya.
Tak lama KaiLe bergegas mengakhiri olahraga paginya dan mendekati Hong di pinggir lapangan.
"Adik Hong! Adik bangun pagi?"
Hong mengangguk.
"Iyah kak Kai juga, Hong mau coba naik kuda itu kak, sepertinya seru sekali"
"Nanti naik bersama kak Kai saja yah, kalau belum berpengalaman akan berbahaya dik"
Keduanya berjalan bersama menuju area peristirahatan di pinggir lapangan di dekat pepohonan rindang. Sarapan pagi sudah disiapkan di atas meja bundar, seketika membuat mata Hong bersinar-sinar karena sangat senangnya.
"Waaah ini enak sepertinya, ini apa kak?" Hong mengambil sebuah kue dengan tekstur empuk dan berongga.
"Ini roti dari luar pulau, tadinya, tapi koki istana berhasil membuatnya dengan ciri khas Hua, kebetulan kak Kai membawanya cukup banyak, bahannya awet jadi bertahan cukup lama, ini enak dik ayo dicoba"
KaiLe tidak perlu dua kali mempersilakan Hong, ia sudah memasukkan makanan itu ke dalam mulutnya.
"Hehe enak kak"
KaiLe menutup mulutnya tertawa, tingkah HongEr memang menggemaskan.
"Hehe Iyah pelan-pelan saja makannya dik ini banyak"
Di balik pohon tak jauh dari lapangan kuda, WuEr melihat ke arah HongEr sampai menyipitkan matanya, berusaha melihat lebih jelas siapa tahu ia salah lihat, tapi benar, itu Tuan Muda HongEr, dan ia sangat baik-baik saja. WuEr menggaruk kepala belakangnya, apa mungkin ular itu salah arah yah? Mungkin bungkusan itu jatuh ke lantai, atau mungkin seseorang keburu menemukan ular itu sebelum menggigit Tuan Muda Hong? Atau, hmm, ini sangat aneh, pikir WuEr mengendap pergi.
WuEr terus mengendap pergi hingga membentur sesuatu yang menghentikan langkahnya.
"Buk"
Perlahan ia mengangkat wajahnya, seseorang sudah berdiri di depannya melihatnya tajam.
"Apa yang kau lakukan di sini?" FeiEr sudah berdiri di depannya.
WuEr gagap, ia ketahuan? Ia menunduk hormat dan permisi pergi.
"Maafkan hamba Tuan muda, hamba hanya lewat, hamba mohon diri Tuan muda"
FeiEr mengerutkan dahinya, pengawal kecil itu terlihat mencurigakan, tapi apa yang bisa ia lakukan di sana dengan banyak pengawal di sekitar.
FeiEr yang jalan bersama DaHuang melanjutkan jalan mereka mendekati Hong dan KaiLe.
"Hong!" Seru Fei.
Hong melambaikan tangannya dengan wajah ceria.
"Kakak!"
Fei duduk di samping Hong yang tengah menikmati sarapannya bersama KaiLe.
"Yang Mulia Pangeran Kai, anda sedang latihan?" Tanya Fei setelah memberi hormat seperti biasa.
KaiLe mengangguk.
"Iyah hanya pemanasan sedikit, tuan muda Fei ingin coba?"
................
Tak lama kemudian di bungalow Koi di taman belakang istana Giok.
Suara riak air yang jatuh terus menerus ke kolam mengisi ketenangan, suara denting angin yang tergantung di langit-langit bungalow kecil di pinggir kolam, suara desakan batang bambu kecil yang tertiup angin, suasana yang sangat menenangkan.
Hong menikmati duduk di pinggir kolam memberi makan ikan berwarna warni di dalam kolam, ada DaHuang tak jauh di belakangnya, Tuan Putri TangYuan dan BaiHu bersiap untuk melakukan perjalanan kembali ke lembah Jie hingga menyelesaikan urusannya secepat mungkin di istana, FeiEr juga diajak hingga Hong hanya bisa menarik napas bosan karena tidak ada orang yang menemaninya, KaiLe perwakilan dari negeri Hua untuk bertukar seni dan alat pertukangan dengan Tang, jadi ia juga sangat sibuk.
"Heh" Hong menarik nafas panjang.
DaHuang berdiri siaga saat melihat siapa yang mendekat.
"Wow" orang yang tak lain adalah pangeran Yo menghentikan langkahnya cepat, DaHuang menatapnya dengan mata tajam dengan pedang melintang di depannya.
"Yang Mulia Pangeran Yo, apa ada yang bisa dibantu?" Tanya DaHuang dengan nada dingin.
------------------------