webnovel

Kediaman SangGuan

----------

Menjelang pagi.

Kediaman SangGuan.

Hiasan sayembara sudah mulai dinaikkan sebagian, pembukaan akan dilaksanakan beberapa hari lagi dan kediaman itu selalu sibuk siang dan malam untuk mempersiapkannya.

Kediaman yang sangat besar itu sendiri memiliki salah satu aula dan lapangan yang terkenal dengan beberapa arena luar ruangannya.

Aula Phoenix, sebutannya saja, tapi itu bukan hanya aula biasa, ada lapangan untuk beradu ilmu di tengah aula lengkap dengan kursi untuk penonton mengelilinginya, itu untuk pertunjukan utama, beberapa babak kualifikasi akan di adakan di area lain yang sudah ditentukan, di perbukitan belakang aula, dikolam air terjun, di tepi sungai, di taman bunga, dan beberapa lokasi lainnya.

Sangat besarnya sayembara itu membuat keluarga SangGuan harus selalu menyediakan tempat dan akomodasi yang memadai, belum lagi beberapa bungalow dan vila yang sudah dipersiapkan jauh hari untuk para tamu dan peserta, semua pelayanan yang sangat memuaskan.

Peserta juga bukan sembarang datang begitu saja, beberapa mendapat undangan resmi dari anak buah SangGuan yang menyeleksi ke segala penjuru negeri, kebanyakan anak muda usia antara delapan belas hingga dua puluh tujuh tahun, pria atau wanita.

Tepat di depan pintu besar kediaman SangGuan.

Umbul-umbul sudah berkibar mantap di depan pintu besar kediaman SangGuan, di mana kereta kencana berwarna dominasi emas baru saja tiba, lengkap dengan pengawalan ketat dari prajurit bersenjata dan berpakaian lengkap.

"Putra mahkota tiba!!" Seru penjaga pintu, TangYi keluar dari kereta lengkap dengan pakaian kebesarannya, berwarna emas dasar hitam, kain sutra yang menjuntai hingga ke kakinya, dengan bordiran dan manik emas yang menyilaukan mata, rambut panjang hitam lurus dengan mahkota naga kecil di atas cepolnya, wajah bersinar yang menunjukkan keagungannya sebagai putra langit, ia memang cocok berada di atas langit di mana seharusnya yang agung dan berkuasa berada.

TangYi melangkah menaiki tangga rumah besar SangGuan, kipas besar putih terbuka lebar di tangannya, udara pagi itu memang sangat panas.

Buk buk buk buk!

Dari arah rumah SangGuan JiuYe dan keluarga cepat-cepat keluar menyambut.

"Salam Yang Mulia putra mahkota!" Hormat JiuYe dan istri serta anak buah yang langsung menurunkan lututnya di depan TangYi.

TangYi langsung membantu pria tua itu bangun.

"Oh guru jangan sungkan-sungkan, silahkan berdiri"

JiuYe dan semuanya berdiri.

"Maafkan hamba tidak mengetahui dengan segera kedatangan putra mahkota, hamba mungkin sudah tua hingga lupa hari"

TangYi mengibaskan tangannya, perlahan rombongan memasuki aula depan rumah besar yang sudah tertata megah, semua menyambut putra mahkota dan rombongan dengan pelayanan penuh.

"Eh itu, mungkin salahku guru, karena datang beberapa hari lebih awal dari biasanya, emm, aku dengar paman BaiHu dan lainnya sudah datang yah" bisik TangYi.

SangGuan JiuYe tersenyum, mengelus dagunya.

"Eh itu, adik Bai dan rombongan sudah tiba sejak tengah malam tadi, dan kini semua sedang beristirahat di bungalow belakang, kalau Yang Mulia berkenan hamba akan mengantar Yang Mulia ke sana sekarang"

TangYi tersenyum, pipinya merah menahan malu.

"Heheh itu, kalau tidak merepotkan guru besar"

-----------------------------

Di bungalow Plum yang cukup besar, salah satu bungalow terbesar dalam kediaman SangGuan untuk tamu khusus seperti keluarga dekat atau pihak istana.

Ting Ting Ting Ting!

Suara pedang beradu.

Di halaman depannya, tampak beberapa anak buah Lembah Jie tengah berlatih di tengah lapangan, LuYan yang menjadi pengawas pagi itu.

"Lagi!" Serunya.

Di sisi lain yang lebih teduh dari panas matahari pagi itu.

BaiHu dan SangTao duduk mengawasi di tempatnya, tak jauh di dekatnya ada FeiEr, HongEr, SongEr dan DaHuang yang menikmati sarapannya di luar ruangan.

Karena perjalanan melelahkan kemarin sehingga semua anak muda itu bangun agak siang lebih dari biasanya, terkecuali DaHuang, ia sudah biasa selalu bangun lebih pagi dari siapapun, ia sudah menyelesaikan makan paginya tadi hingga kini ia hanya berdiri di belakang HongEr.

"LuYan itu sangat kuat, ia memang putra pak tua Lu yang bisa diandalkan" komentar BaiHu.

SangTao mengangguk.

"Yah menurut hamba juga begitu, ia tinggi, tampan, punya semangat yang tinggi dalam bekerja, seperti melihat pak tua Lu yang ke dua"

"Menurut pak tua Lu ia sudah menemukan calon menantu untuknya, waktu berjalan begitu cepat, tak lama LuWang akan menjadi seorang kakek"

Keduanya terkekeh.

"Hehehe sepertinya akan ada pesta yang sangat meriah nanti tuan"

"Hehehe Iyah, pak tua Lu walaupun dingin tapi beliau menyukai keramaian"

BaiHu melirik FeiEr dan lainnya, SangTao mengetahui arah pikiran tuannya.

"Tuan muda Fei masih kecil tuan, hamba rasa anda harus menunggu sedikit lebih lama"

BaiHu menarik napas panjang.

"Yah itu juga, dan lainnya, FeiEr, tidak menyukai siapapun di dunia ini kecuali adiknya Hong, heh ia pasti akan sangat patah hati nanti, heh"

Di sisi FeiEr dan lainnya.

"Ini enak kak" seru HongEr menyodorkan potongan daging yang sudah dijepit di sumpitnya ke mangkuk FeiEr.

"Kau ini, makan sendiri Hong kau sendiri sejak tadi makan sedikit sekali malah sibuk memberikan lauk untuk kakak dan SongEr, kau sengaja yah"

HongEr tertawa mendengar sindirian kakaknya yang melirik tajam padanya.

"Hehehehe"

Tak lama terdengar suara dari gerbang.

"Putra Mahkota tiba!"

BaiHu dan lainnya menoleh, tamu agung sudah tiba begitu pagi di bungalow mereka, tanpa mereka ketahui sebelumnya.

"TangYi?" BaiHu berdiri, menyambut TangYi bersama yang lainnya, semua segera menghormat di depan putra mahkota.

"Salam putra mahkota!"

TangYi mengibaskan tangannya, sementara matanya sibuk melirik FeiEr dan HongEr yang belakangan mendekat.

"Salam kak!" Hormat FeiEr

TangYi membangunkan semua orang, ia langsung mendekati FeiEr dan HongEr yang sudah sangat dirindukannya.

"Fei! Hong! Kalian datang kok tidak memberitahu, wah ini akan seru sekali, Hong"

HongEr membiarkan TangYi mengacak-ngacak rambutnya dengan gemas.

"Kakak"

BaiHu melirik HongEr.

"Hong, jangan tidak sopan, berikan hormat pada kakak putra mahkotamu" bisiknya.

TangYi mengangkat tangannya.

"Tidak usah paman, anggap saja TangYi seperti biasanya waktu berkunjung ke lembah Jie dulu, kita semua keluarga tidak perlu formalitas ini"

BaiHu menundukkan kepalanya.

"Tetap saja Yang Mulia, walau bagaimanapun"

"Em kak, Ibunda sudah mengajarkan Hong cara menghormat kalau bertemu kakak, paman Kaisar dan bibi permaisuri" Hong menurunkan tubuhnya, menaruh dua tangannya di depan dadanya, dengan lengan yang sejajar dengan bahunya ia lalu menurunkan tubuhnya pelan memberi hormat pada TangYi,

"Hormat Yang Mulia Putra Mahkota" wajahnya terlihat menggemaskan hingga membuat TangYi tak bisa menahan diri.

"Heheheh adik Hong kau lucu sekali"

Semua tertawa melihat Hong yang menahan malu.

"Hehehehe HongEr ini"

---------------

Siguiente capítulo