webnovel

Chapter 13

Dengan wajah penuh kecemasan, sambil menggoyang-goyangkan telapak kakinya, Kyungsoo berulang kali melihat ke arah pintu dimana sekitar lima belas menit lalu mereka membawa Baekhyun masuk melewatinya. Setelah dibawah penanganan medis, dokter meminta ia, Kai, dan Suho untuk menunggu diluar. Sejak saat itu belum ada kabar baru dari keadaan Baekhyun yang terakhir kali Kyungsoo melihat, wajahnya pucat pasi.

Disampingnya, Kai mengusap bahu Kyungsoo mencoba memberi ketenangan dan kekuatan.

"Dia akan baik-baik saja," katanya memberi senyum penyemangat.

Kyungsoo tidak menjawab dan hanya memberi senyuman singkat, sambil kembali menatap cemas ke arah pintu. Kemudian ia mengangkat botol minum yang ia letakkan disampingnya.

"Baekhyun tiba-tiba pingsan setelah meminum air dari botol ini," kata Kyungsoo memandang botol biru itu, "padahal sebelumnya aku tidak apa-apa minum dari sini."

Kai meraih botol plastik berwarna biru itu dari tangan Kyungsoo. Ia mengamati sesaat, lalu membuka tutupnya dan mendekatkan ujung botol ke hidungnya.

"Aku tak mencium bau apapun. Kalaupun itu racun, seharusnya ia juga akan membuatmu pingsan," katanya.

"Dan jika memang racun, bagaimana itu bisa masuk kesana? Sebelumnya aku minum dan tak terjadi apa-apa," kata Kyungsoo.

"Lebih baik kita tunggu pemeriksaan yang dilakukan dokter pada Baekhyun," kata Kai, yang diikuti anggukan kepala Kyungsoo.

Kyungsoo kembali tertunduk, otaknya berpikir keras. Semua hal terasa begitu ganjil untuknya. Apa yang terjadi pada Baekhyun membuatnya berpikir sesuatu yang sedikit tak masuk akal.

"Apa mungkin seseorang memang berniat meracuni aku?" tanya Kyungsoo.

"Jangan berpikir terlalu jauh seperti itu. Lagipula siapa yang ingin berbuat jahat padamu," Kai mengeratkan rangkulannya.

"Tentu saja ada. Buktinya beberapa hari lalu ada orang jahat yang menggangguku ketika aku sedang sendirian di ruang Yeonhab malam hari. Mungkin saja ini orang yang sama yang ingin mencelakakan aku."

"Aku rasa itu sedikit berlebihan," kata Kai menggigit bibir bawahnya, "sudah, tak usah terlalu diambil pusing," tambahnya saat Kyungsoo tampak ingin membantah lagi. Ia mengusap puncak kepala Kyungsoo.

Tak lama setelah itu, Suho muncul dengan membawa kantung plastik berisi air mineral. Ia menghampiri mereka berdua dan menyerahkan botol minum pada masing-masing.

"Gomawo, sunbae," kata Kyungsoo dan Kai bersamaan.

"Dokter belum keluar?" tanya Suho.

"Belum," jawab Kai, sementara Kyungsoo masih tertunduk cemas. Mau tak mau dia masih terus memutar otaknya dengan apa yang baru saja terjadi.

"Apa kau punya pemikiran yang sama denganku?" tanya Suho lagi, kali ini bertujuan pada Kyungsoo.

"Maksudmu, sunbae?" tanya Kyungsoo mendongak.

"Ada sesuatu pada minuman itu," Suho mengambil botol minum biru di tangan Kai dan mengamatinya.

"Aku memang berpikir demikian. Hanya saja agak sedikit aneh, jika memang ada sesuatu kenapa sebelumnya aku tidak apa-apa saat meminum air dari botol itu," kata Kyungsoo.

Pintu terbuka dan seorang dokter keluar dari dalam. Dengan cepat Kyungsoo bangkit dan menghampiri dokter.

"Dokter, bagaimana keadaan Baekhyun?" tanyanya tak sabar dan dengan wajah penuh kecemasan.

"Temanmu baik-baik saja, tak ada yang perlu dikhawatirkan. Dugaan sementara dariku dia meminum obat tidur dengan dosis yang sangat besar. Hal itu membuat dia sedikit keracunan dan jatuh pingsan," jelas dokter.

"Obat tidur?" bisik Kyungsoo, kemudian ia saling pandang dengan Kai dan Suho, "aku tak mengerti. Baekhyun baru saja selesai latihan sepakbola, rasanya tak mungkin ia minum obat tidur. Lagipula, Baekhyun tidak merasakan yang aneh dengan minumannya."

"Tidak semua jenis obat tidur memiliki rasa. Bisa jadi yang ia minum adalah obat tanpa rasa dan membuat ia tak sadar telah meminumnya," lanjut dokter menjelaskan.

"Apa mungkin..." Suho menyerahkan botol minum biru pada dokter, "Baekhyun jatuh pingsan setelah meminum air dari sini. Sebagian air tadi tumpah, tapi masih ada sebagian lagi didalamnya."

Dokter mengambil botol itu, "jika tak keberatan, aku bisa memeriksa air di dalam botol ini."

"Tentu saja. Kabari apapun yang kira-kira penting," kata Suho.

"Ne. Silahkan jika kalian ingin menengok teman kalian. Dia masih tertidur, tapi semua racun di tubuhnya telah kami buang. Jika dia sadar dia sudah bisa pulang dan kembali beraktivitas besok."

"Gamsa habnida, dokter," kata mereka bertiga bersamaan sambil membungkuk sedikit. Lalu dengan cepat Kyungsoo masuk ke dalam ruangan, diikuti Kai dan Suho.

Di dalam ruangan itu ada beberapa tempat tidur berjajar rapi, sementara tempat tidur Baekhyun ada di ujung ruangan. Kyungsoo berdiri di sisi tempat tidur dimana Baekhyun sedang tertidur. Ia memegangi kening sahabatnya itu dan bersyukur karena Baekhyun tampaknya tidak mengalami demam.

"Syukurlah jika dia akan segera pulih," kata Suho, yang berdiri di sisi lain tempat tidur, "aku tak habis pikir bagaimana caranya obat tidur dosis tinggi itu bisa ada di dalam botol minum milikmu," ia menoleh pada Kyungsoo.

"Aku juga tak tahu, sunbae, dan lagi aku meninggalkan botol ini diatas meja sebentar saat kau sedang tertidur," kata Kyungsoo tanpa mengalihkan pandangannya pada wajah damai Baekhyun yang tidur.

"Saat kau tidur, kau tidak merasa ada yang masuk ke dalam ruangan Yeonhab?" tanya Kai pada Suho.

"Entahlah, tapi yang membuatku terbangun adalah ketika pintu terbuka dan anak tingkat pertama murid Mr Ji Mun meminta tanda tanganku. Kulihat Kyungsoo sudah tak ada dan aku samasekali tidak menyadari keberadaan botol minum itu. Tak lama kemudian kalian bertiga datang kan," kata Suho.

"Aku memang menutup pintu saat meninggalkan ruang Yeonhab, dan jika memang ada orang lain yang masuk sebelum itu tentunya Suho sunbae menyadari hal itu," kata Kyungsoo.

"Dan lagi, jangan sampai ada pikiran jika aku yang memasukan obat tidur itu pada minuman itu," tambah Suho tertawa hambar dalam bisikan.

"Tentu saja, aku sama sekali tidak menuduhmu, sunbae," kata Kyungsoo melengkungkan senyuman.

Terlihat ada gerakan tangan dari Baekhyun sambil menggerakan sedikit kepalanya dan melenguh pelan. Kyungsoo mendekatkan diri saat dengan perlahan Baekhyun membuka matanya.

"Hey, bagaimana perasaanmu?" tanya Kyungsoo berbisik.

"Dimana ini? Ada apa denganku?" tanya Baekhyun memerhatikan semua orang yang ada di dekatnya. Matanya nampak sedang menyesuaikan cahaya ruangan yang masuk.

"Kau tidak ingat apapun?" tanya Kyungsoo lagi.

"Yang aku ingat tadi aku mimpi bertemu seseorang dan kami hampir saja berciuman," racau Baekhyun, yang diikuti senyuman mencela Kyungsoo dan kikikan pelan dari Kai.

"Berarti kau baik-baik saja," cibir Kyungsoo.

"Nampaknya semua oke. Aku mohon izin pulang terlebih dulu kalau begitu, tak apa?" kata Suho.

"Baiklah, gomawoyo, sunbae. Maaf sudah merepotkanmu," kata Kyungsoo mengangguk sedikit.

"Bukan masalah," Suho tersenyum.

Ia menepuk bahu Baekhyun yang memberi senyuman lemah, lalu menoleh pada Kai, "kabari jika ada yang penting," katanya.

"Ahh, tentu saja," kata Kai, yang terlihat sedikit terkejut kalau Suho malah memintanya mengabari jika ada apa-apa, bukan meminta pada Kyungsoo, "gamsa habnida," tambahnya.

Kemudian Suho pun pergi, sementara Baekhyun mencoba menegakan diri.

"Aku pingsan?" tanyanya pada Kyungsoo.

"Betul. Kau sungguh-sungguh tak ingat apapun, Baekhyun?" tanya Kyungsoo, yang dijawab Baekhyun dengan gelengan kepala.

"Kau tiba-tiba jatuh pingsan setelah meminum air dari botol Kyungsoo," jelas Kai.

"Oh benar," kata Baekhyun dengan mata membulat seperti sadar sesuatu, "aku habis meminum air dari botol itu. Tak ada yang aneh dengan rasanya, tapi tak lama setelah itu aku merasa lemas sekali dan tak ingat apapun setelah itu."

"Kau merasa pusing?" tanya Kyungsoo lagi.

"Err, tidak sama sekali," jawab Baekhyun mengangkat bahunya, "aku hanya lemas. Persis seperti jika aku lemas karena kelaparan tingkat akut."

Saat Baekhyun dan Kai sedang terlibat obrolan, sebuah pesan Line masuk ke ponsel Kyungsoo. Ia kemudian membuka pesan itu.

"Aku menyesal yang terjadi pada temanmu. Sungguh, aku tak sengaja. Sebenarnya aku mengharapkan kau yang tertidur."

Kyungsoo mendadak merasa ketakutan melihat pesan itu. Dengan tangan sedikit gemetar ia melempar ponselnya ke tempat tidur disamping Baekhyun dengan wajah pucat pasi. Kai yang terkejut dengan yang dilakukan Kyungsoo kemudian mengambil ponsel itu dan membaca pesan yang masuk.

Ekspresinya berubah menahan marah segera setelah selesai membacanya. Lalu ia mencoba melakukan panggilan telepon melalui Line kepada si pengirim pesan, dengan Kyungsoo dan Baekhyun memerhatikan.

"Sial," umpat Kai dalam bisikan, "tak ada yang mengangkat," kemudian ia menoleh pada Kyungsoo, "aku tak akan membiarkan kau sendirian sebelum tahu siapa orang yang melakukan ini," katanya tajam.

Kyungsoo dan Baekhyun saling bertukar pandang, lalu Kyungsoo memberi anggukan lemah. Entah mengapa ia merasa takut setelah membaca pesan aneh itu. Dia sudah menyadari ada hal ganjil yang sedang menghantuinya semenjak ada orang misterius yang mengganggunya ketika ia di ruang Yeonhab beberapa malam lalu. Mungkin Kai benar, pikirnya dalam hati, dia tak bisa sendirian atau sesuatu akan terjadi padanya.

*

Semenjak insiden yang menimpa Baekhyun, ditambah pesan misterius yang masuk ke ponsel Kyungsoo, Kai benar-benar tidak membiarkan Kyungsoo keluyuran sendiri. Dia harus ditemani bahkan ketika ada di apartemen pun, baik oleh dirinya atau oleh Baekhyun. Rupanya Kai memang menyadari jika seseorang sedang mengincar Kyungsoo dan bisa melakukan apapun pada Kyungsoo, setelah apa yang terjadi pada Baekhyun bisa dikatakan sebagai tindakan gila seseorang.

Awalnya Kai dan Baekhyun tidak begitu memercayai Kyungsoo ketika ia menceritakan tentang seseorang yang menyerangnya di ruang Yeonhab. Namun setelah melihat sendiri apa yang terjadi, dan nyatanya semakin membuat ngeri, barulah kini mereka berdua yakin ada sesuatu yang aneh.

Baekhyun sudah menawari Kyungsoo untuk melapor ke polisi karena ayahnya mempunyai kenalan seorang petinggi di kepolisian yang bisa membantu Kyungsoo memecahkan persoalan ini tapi ditolak oleh Kyungsoo. Menurutnya Baekhyun terlalu menganggap serius dan berlebihan, yang kemudian harus dilalui dengan saling beradu argumentasi dimana Kai akhirnya harus menengahi diantara keduanya.

Ada hal lain yang masih menyita perhatian Kyungsoo yaitu mengenai Kris. Dia menunggu Luhan memberi kabar untuk bertemu namun ia tak kunjung menghubunginya. Kyungsoo berniat untuk mengunjungi rumah Bibi Ann lagi pada akhir minggu ini dan berharap bisa bertemu dengan Luhan, namun melalui pesan singkat Bibi Ann mengabarinya jika ia dan Luhan akan berangkat ke Bussan selama seminggu karena ada keperluan.

Baekhyun sendiri belum bercerita apapun tentang Kris, dan tampak lebih tertarik membahas tentang kejadian-kejadian misterius yang menimpa Kyungsoo. Dia mengatakan dengan antusias apa yang terjadi pada Kyungsoo seperti sebuah cerita dalam film Detective Conan dimana Kyungsoo harus melempar tatapan pedas karena dia beranggapan korban di film seperti itu pasti akan berakhir tragis.

Hari terakhir yang juga pertandingan final Campus Solidarity berakhir sukses, dengan tim sepakbola, tim bulu tangkis, tim catur, dan tim karate kampus berhasil menjadi juara. Sehun yang menjadi wakil SM Seoul University berhasil membawa tim karate memenangkan pertandingan, dan dia pernah berkata pada Kyungsoo setelah pertandingan jika kemenangan itu untuk menebus kekalahan tim basketnya.

Esok harinya adalah upacara penutupan Campus Solidarity, dimana ada acara musik yang akan berlangsung dan beberapa pertunjukkan seperti modern dance juga akan tampil.

Chanyeol menjadi salah satu pengisi acara dengan menyanyikan dua buah lagu. Kyungsoo senang karena Chanyeol seperti pertama kali saat ia bertemu. Wajahnya berseri-seri penuh kebahagiaan ketika bernyanyi diatas panggung dengan kharisma lesung pipinya yang khas. Baekhyun bersama tim dancenya juga tampil dengan mengcover grup BTS diikuti suara gemuruh teriakan para mahasiswi perempuan ketika ia dan tim nya melakukan aksi mereka diatas panggung.

Kyungsoo sendiri menonton Baekhyun beraksi dari sisi lain panggung. Tak jauh darinya, Kai juga menonton bersama dengan teman-temannya. Setelah pertunjukan selesai, tepukan tangan dan teriakan kembali bergemuruh mengikuti tim Baekhyun yang berjalan turun dari panggung.

"Aku tak tahu kau bisa menari seperti itu," kata Kyungsoo, saat Baekhyun dengan wajah bersimbah keringat menghampirinya.

"Keren kan?" katanya dengan ekspresi angkuh, "kau kira hanya kau saja yang bisa terkenal," tambahnya dan mereka berdua tertawa setelah itu, berjalan menjauh kerumunan orang. Tak lama Kai menyusul mereka berdua.

"Wah pengawalmu sigap sekali,@ kata Baekhyun dengan nada mengejek, yang dibalas Kyungsoo dengan tatapan galak, "ngomong-ngomong malam ini kau jadi mau menginap dirumahku?" tanyanya pada Kyungsoo.

"Apa kedua orang tuamu tidak apa-apa jika aku sering menginap dirumahmu? Lagipula aku merasa aneh, dan sedikit risih tentunya," kata Kyungsoo.

"Risih bagaimana?" tanya Kai tak mengerti.

"Yeah, aku seperti seorang saksi kunci dari sebuah kasus pembunuhan yang harus selalu dilindungi. Bukan apa-apa, aku tak enak padamu, ataupun Baekhyun, yang harus bergantian setiap malam menemaniku," jelas Kyungsoo.

"Aku sih tak masalah. Kedua orang tuaku malah terlalu sibuk membanggakanmu ketika mereka bercerita tentangmu. Dan lagi selama hidupku terjamin dengan makanan yang cukup dan games menarik, aku tak keberatan menemanimu," kata Baekhyun.

"Aku juga tidak keberatan tentunya," kata Kai, yang lalu disambar oleh Baekhyun, "terang saja, kau kan pacarnya. Ouch! Itu sakit tahu," katanya memegangi puncak kepalanya yang kembali dipukul Kyungsoo.

"Sampai aku berhasil menemukan siapa yang mengganggumu, aku tak mau kau sendirian," tambah Kai.

Kyungsoo menatap Kai dalam-dalam, yang untuk pertama kalinya yang Kyungsoo ingat sejak pertama mereka bertemu, wajah Kai sedikit merona merah ketika menerima tatapan Kyungsoo.

"Gomawo, Jongin," bisik Kyungsoo sambil tersenyum.

Melihat kedua orang disampingnya saling bertatapan dan tersenyum, dengan wajah tersipu satu sama lain, Baekhyun mengangkat sebelah bibirnya mencibir sambil berkata, "lalu kau tak akan berterima kasih padaku?"

"Kau tidak ikhlas memang menemaniku? Belum lima menit lalu kau berkata tidak keberatan. Dasar aneh!" cela Kyungsoo, berbalik menatap Baekhyun dengan pedas. Sementara Kai hanya terkikik geli menyaksikan kedua sahabat itu mulai saling mengejek dan mencela satu sama lain.

Ketika mereka bertiga berjalan ke arah kantin, dimana Kai harus berada di tengah untuk memisahkan kedua orang yang semakin menjadi celaan satu sama lainnya, ponsel Kyungsoo berbunyi. Ia merogoh saku celana jeansnya dan mengeluarkan ponselnya. Yang meneleponnya adalah nomor asing, yang langsung ditunjukkan Kyungsoo pada Kai. Kai mengambil ponsel Kyungsoo dan mengangkat telepon.

"Yeoboseyo," sapa orang diujung telepon, karena Kai hanya menempelkan ponsel di telinganya tanpa menyapa terlebih dulu.

"Siapa?" tanya Kai pelan namun dalam.

"Apakah ini benar nomor ponsel Kyungsoo?"

"Ini siapa?" Kai mengerutkan keningnya. Disampingnya Kyungsoo dan Baekhyun memandang dengan wajah penasaran.

"Kyungsoo? Ini kau? Ini aku Luhan."

Kemudian Kai menyerahkan ponselnya pada Kyungsoo, "Ini sepupumu. Luhan," katanya.

"Oh ya?" Kyungsoo meraih ponselnya, setelah mengerling pada Baekhyun sekilas, yang wajahnya berubah masam, Kyungsoo sedikit menjauh dan mendekatkan ponsel ke telinganya, "Luhan, ini Kyungsoo."

"Ah, suaramu terdengar berbeda. Bisakah malam ini kita bertemu?"

"Bukankah kau sedang berada di Busan bersama Ann imo?"

"Aku pulang pagi tadi, ada beberapa urusan yang harus aku selesaikan. Besok pagi aku harus kembali ke Busan. Kalau kau tak keberatan, aku ingin kita mengobrol malam ini."

"Baiklah. Dimana kita bisa bertemu?"

"Aku akan mengirimkan pesan nama tempat dimana kita akan bertemu, oke?"

"Oke."

"Sampai jumpa," dan sebelum Kyungsoo membalas Luhan sudah memutuskan sambungan telepon.

"Kenapa? Dia mengajakmu bertemu?" tanya Kai penasaran.

"Ne. Dia mengajakku bertemu malam ini. Menurutnya ada hal yang ingin diobrolkan denganku," jawab Kyungsoo. Lalu ia menoleh pada Baekhyun, yang entah kenapa terlihat tidak suka, "aku ingin kau ikut denganku," tambah Kyungsoo.

"Apa? Untuk apa? Aku tak punya urusan dengannya," sergah Baekhyun.

"Malam ini Jongin harus bekerja, jadi hanya kau yang bisa menemaniku bertemu dengannya."

"Kau bisa menemuinya sendiri," bantah Baekhyun. Kemudian dia melihat mata elang Kai yang menatap galak, membuat dia salah tingkah dan mendengus kesal, "baiklah," katanya dengan tampang terpaksa.

"Aku yakin kau tak akan menyesal," kata Kyungsoo senang.

Baekhyun tidak menjawab, dan hanya membuang muka sambil masih memasang wajah sebal. Sebenarnya Kyungsoo tidak tega jika harus memaksa Baekhyun ikut, mengingat ia tahu bahwa Baekhyun tidak suka pada Luhan. Namun demikian, Kyungsoo yakin Luhan akan menceritakan sesuatu tentang Kris dimana Baekhyun harus mengetahuinya. Barangkali hal itu bisa sedikit memperbaiki hubungan Baekhyun dengan kakak kandungnya itu.

*

Sambil mengetukan jarinya di gelas minuman yang tersisa setengah, Kyungsoo kembali memandang arlojinya. Sudah hampir setengah jam ia dan Baekhyun, yang masih dengan bibir manyun dan tangan memangku kepala di meja, datang ke sebuah cafe di sisi kota Seoul sesuai dengan instruksi Luhan melalui pesan singkat. Memang mereka berdua terlalu dini datang sehingga sudah menjadi resiko dengan harus menunggu, walau Luhan juga bisa dikatakan terlambat sepuluh menit dari waktu kesepakatan.

"Kau yakin dia akan datang?" tanya Baekhyun yang sejak pertama datang baru mengeluarkan suara.

"Tentu saja. Apa kau meragukan dia?" Kyungsoo balik bertanya.

"Entahlah," Baekhyun mengangat bahunya, "aku tidak mengenal dekat Luhan."

"Tidak kenal dekat artinya setidaknya kau tahu tentang dia, kan?" tanya Kyungsoo, penuh ketertarikan.

"Aku tak akan bilang tahu banyak. Tapi memang aku tahu beberapa hal tentangnya," kata Baekhyun, mengadukan sedotan di minumannya.

"Seperti?"

Baekhyun mengangkat kepalanya dan menatap Kyungsoo.

"Aku ingin bertanya padamu, kenapa kau begitu tertarik dengan hal-hal tentang Kris? Sampai-sampai kau begitu ingin sekali mengetahui banyak hal dengan menemui Luhan," kata Baekhyun tajam.

"Memang aku terlihat seperti itu?" Kyungsoo sedikit mengerjap. Rupanya Baekhyun menyadari kalau Kyungsoo memang banyak ingin tahu tentang Kris.

"Aku hanya tak mengerti saja, apa yang membuatmu begitu ingin tahu tentang Kris?" Tanya Baekhyun lagi.

"Jawabannya sederhana."

"Apa?"

"Karena kau," kata Kyungsoo singkat.

"Aku?" mata Baekhyun membulat tak mengerti, "kenapa karena aku?"

"Sebelum aku menjawab pertanyaanmu, aku ingin bertanya terlebih dulu satu hal padamu. Kenapa kau begitu tak suka pada kakakmu?" Kali ini Kyungsoo yang bertanya tajam.

"Aku kan sudah cerita padamu hal itu karena Kris..."

"Karena Kris aneh?" potong Kyungsoo, menekan kata terakhir pada kalimatnya, membuat Baekhyun sedikit terkejut, "aku yakin ada alasan lain. Kau bisa begitu saja menerima keadaanku, maksudku keanehanku ini, lantas mengapa tidak dengan Kris?"

Tak menjawab dan hanya menggigit bagian bawah bibirnya, mata Baekhyun menerawang.

"Aku tahu, ada alasan lain yang membuatmu tak suka pada Kris, bukan hanya tentang kehidupan tak normalnya saja. Benar kan?" mata Kyungsoo memandang dalam, dan menunggu respon dari Baekhyun.

Saat Baekhyun hendak membuka mulut, Kyungsoo berkata terlebih dulu, "tak ada lain kali. Aku ingin kau bercerita sekarang."

Kembali kaget karena Kyungsoo seakan bisa membaca pikirannya, Baekhyun kemudian mendengus pelan.

"Aku...aku tak tahu..." gumam Baekhyun kembali menerawang, seperti sedang mencari kalimat yang tepat. Lingkungan cafe yang tidak terlalu ramai suasananya sedikit membuat Baekhyun terdesak, karena perhatian Kyungsoo sepenuhnya ada padanya saat ini.

"Sesungguhnya aku tak tahu, aku bingung, bagaimana aku bercerita," kata Baekhyun, sedikit menunduk, "sebenarnya ini sedikit memalukan untuk diceritakan,"bisiknya.

"Hey, aku ini sahabatmu," Kyungsoo menepuk bahu Baekhyun, "aku pun pernah menceritakan hal yang memalukan padamu. Semua itu kulakukan karena aku percaya padamu. Karena kau adalah sahabatku. Aku sama sekali tak bisa melihat alasan kau tak bercerita jika menurutmu apa yang akan kau ceritakan adalah hal memalukan."

Baekhyun masih terdiam, sambil kembali menggigit bibir bawahnya.

"Kenapa aku begitu membenci Kris adalah... Karena dia sudah..."

"Apa kalian sudah menunggu lama?"

Kyungsoo dan Baekhyun mengangkat kepalanya. Luhan muncul di depan meja mereka. Mata indahnya menampakan kelelahan, namun senyuman mengembang di bibirnya.

"Hey, Luhan, tidak lama, kami baru sampai sekitar lima belas menit lalu," kata Kyungsoo, yang menggeser sedikit agar Luhan bisa duduk di sampingnya.

"Anyeong haseyo, Baekhyun, senang rasanya bisa bertemu denganmu juga disini," kata Luhan, yang tampak sedikit canggung.

Baekhyun tidak menjawab, hanya memberikan senyuman singkat sambil kembali mengalihkan perhatiannya pada sedotan di minumannya. Karena suasana mendadak canggung, Kyungsoo mencoba memecah keheningan tak wajar itu.

"Bagaimana kabar Ann imo?" tanya Kyungsoo.

"Eomma baik-baik saja, dia tahu kalau aku akan bertemu denganmu dan dia menitipkan salam untukmu," jawab Luhan.

"Aku juga belum sempat lagi menemuinya. Lalu besok kau akan kembali ke Busan lagi?"

"Ne. Ada urusan yang harus aku selesaikan disini tadi siang, dan semua sudah beres."

"Lalu, apa yang ingin kau sampaikan dengan memintaku bertemu?" tanya Kyungsoo, yang memang tidak sabar ingin mengajukan pertanyaan itu.

"Err, iya, aku memang ingin bercerita sesuatu," Luhan sedikit mengerling pada Baekhyun, yang masih tampak melamun mengaduk minuman dengan sedotannya. Menyadari jika Luhan terlihat sedikit tak nyaman dengan keberadaan Baekhyun, Kyungsoo mencoba kembali memecah kecanggungan.

"Kau tak perlu merasa canggung pada Baekhyun. Aku ingin bertanya, apa kalian berdua sudah saling mengenal sebelumnya?" tanya Kyungsoo.

"Aku sudah mengatakan padamu..."

"Aku bertanya pada Luhan," Kyungsoo memotong ucapan Baekhyun.

"Kami memang sudah saling mengenal sebelumnya," jawab Luhan, "jauh sebelum aku kenal dengan Kris."

"Apa?" bisik Kyungsoo dengan ekspresi tak percaya, "kalian saling mengenal terlebih dulu sebelum kau bertemu Kris?" tanyanya mencoba memperjelas maksud perkataan Luhan. Disampingnya, Baekhyun memalingkan wajahnya dan lebih memilih memperhatikan tempat lain cafe sambil dengan kening mengkerut.

"Ne. Aku bertemu Baekhyun terlebih dulu sebelum kenal dengan Kris. Sudah lama, hampir sekitar setahun lalu," ungkap Luhan.

"Lalu? Bagaimana bisa kalian saling mengenal?" Tanya Kyungsoo semakin penasaran.

"Karena... Itu karena..." mulut Luhan hanya menganga, seolah ada hal yang ingin sekali ia katakan namun tertahan di tenggorokannya.

Kyungsoo memerhatikan dengan serius, menunggu jawaban dari Luhan.

"Aku yang akan bercerita."

Baik Kyungsoo maupun Luhan kali ini mengalihkan perhatiannya pada Baekhyun, yang masih menerawang dengan kening berkerut. Suasana mendadak terasa hening sekali ketika Kyungsoo memandang Baekhyun yang tampak seperti sedang mengumpulkan keberanian untuk menceritakan apa yang ada di kepalanya. Luhan sendiri hanya menundukan kepalanya sedikit sambil sesekali mencuri pandang pada Baekhyun.

Kyungsoo berpaling pada Luhan, kemudian berbalik lagi pada Baekhyun. Dia tahu, ada hal disembunyikan dari kedua orang yang duduk mengapitnya itu. Baru akan menanyakan lagi maksudnya, Baekhyun sudah membuka mulutnya.

"Dulu, mantan pacarku adalah mantan pacar dari Luhan," bisik Baekhyun.

"Apa? Mantan pacarmu adalah mantan pacar Luhan?" tanya Kyungsoo mengulangi yang diucapkan Baekhyun.

"Ne," gumam Baekhyun. Ada ekspresi sedikit ketakutan dari wajah Baekhyun setelah ia mengatakan hal itu.

"Baik itu hal wajar dan biasa, benar kan?" Kyungsoo kembali bertanya, "jika kalian pernah berpacaran dengan perempuan yang sama."

Baekhyun tak menjawab dengan Kyungsoo memasang wajah penuh tanda tanya. Lalu ia berpaling pada Luhan yang terlihat sedikit menghindari tatapan Kyungsoo. Beberapa kali Kyungsoo bolak-balik memandang satu persatu orang yang duduk disampingnya berharap ada penjelasan lain dari pernyataan Baekhyun, dan dia tersadar akan sesuatu.

"Jangan bilang, kalau mantan pacar kalian..." Kyungsoo membulatkan matanya, dan mendadak merasa detak jantungnya agak sedikit naik. Ia memandang Baekhyun dalam-dalam sambil berbisik, "Baekhyun?"

Baekhyun menghela nafas panjang, kemudian membuka mulutnya dan berkata dalam bisikan, "iya. Pikiranmu benar. Aku juga sama sepertimu."

[TBC...]

*

Siguiente capítulo