webnovel

Chapter 11

Laki-laki di depan pintu menatap Kyungsoo dengan ekspresi terkejut juga.

"Siapa yang datang?" Bibi Ann muncul disamping Kyungsoo, "ahh kau sudah pulang rupanya. Luhan, ini Kyungsoo sepupumu yang pernah aku ceritakan. Kyungsoo, ini Luhan," tambahnya dengan antusias. "Kalian baru bertemu kan, jadi mengobrol-lah dengan santai sambil menunggu makanan selesai."

Kyungsoo memaksakan tersenyum meski terasa sedikit ganjil, "halo, Luhan, senang akhirnya bisa bertemu denganmu," sapanya canggung.

Luhan pun hanya mengangguk singkat dan tampak canggung juga. Kemudian Bibi Ann mengajak mereka berdua masuk dengan dirinya berjalan dengan segera kembali menuju dapur. Kyungsoo berjalan dengan ragu, diikuti Luhan dibelakangnya setelah menutup pintu depan. Entah kenapa Kyungsoo merasa was-was dan langsung memikirkan Baekhyun setelah melihat orang yang baru datang ini.

Saat masuk ke ruang tengah, Baekhyun yang masih memainkan ponsel di karpet sambil bersandar ke sofa, mendongak dan memasang wajah heran melihat Kyungsoo yang terlihat ganjil.

"Kau kenapa? Siapa yang datang?" tanya Baekhyun, yang tidak dijawab Kyungsoo. Dia hanya minggir sedikit untuk memperlihatkan orang yang baru datang.

Ketika melihat orang itu, Baekhyun terbelalak, "kau? Kenapa kau ada disini?" tanyanya bangkit berdiri dengan wajah kaget seperti melihat hantu.

Benar saja dugaan Kyungsoo jika Baekhyun pasti terkejut melihat sepupunya ini, yang tak lain dan tak bukan adalah anak kandung Bibi Ann. Mungkin rasanya akan berbeda jika Kyungsoo belum pernah bertemu dengan Luhan sebelumnya, namun saat melihatnya tadi di depan pintu, Kyungsoo sadar ini bukanlah kali pertama ia melihat Luhan.

Beberapa waktu lalu Kyungsoo pernah bertemu dengan Luhan meski bukan dalam situasi formal. Perjumpaan mereka juga bukan hal yang disengaja.

Orang ini yang pernah diceritakan oleh Baekhyun. Orang yang selalu dengan sinis Baekhyun bicarakan, ketika ia dan Kyungsoo membicarakan kelakuan yang dilakukan kakaknya dengan orang dihadapannya ini. Orang ini, yang Kyungsoo lihat pertama kali beberapa waktu yang lalu di rumah Baekhyun, saat ia juga pertama kali berjumpa dengan Kris.

"Aku memang tinggal disini," kata Luhan yang pertama kali bersuara sejak kedatangannya. Ekspresinya datar meski sempat menunjukkan kekagetan saat pertama melihat Kyungsoo, ataupun Baekhyun.

"Apa?" bisik Baekhyun tak percaya.

Tanpa menunggu respon lain baik dari Kyungsoo atau Baekhyun, atau berkata apapun, Luhan hanya tersenyum singkat lalu berbalik dan menaiki tangga menuju ke lantai dua. Sekilas Kyungsoo melihat ke arah tangga dimana Luhan tadi naik, lalu berpaling pada Baekhyun yang masih terlihat kaget dengan kemunculan Luhan. Baekhyun menjatuhkan diri di sofa masih dengan ekspresi shock. Kyungsoo menghampiri dan duduk di sampingnya.

"Kau baik-baik saja?" tanya Kyungsoo, yang sebenarnya tahu Baekhyun tentu tidak baik. Bisa dibilang, Luhan menjadi salah satu faktor Baekhyun tidak suka pada Kris.

"Orang itu? Dia sepupumu?" Baekhyun bertanya dengan sengit dalam bisikan.

"Aku sendiri tak tahu kalau ternyata dia adalah sepupuku, anak Ann imo. Saat pertama kali kemari denganmu kita tak bertemu dengannya, kan? Jujur aku pun terkejut saat tadi melihatnya di depan pintu."

Baekhyun hanya memandang liar ke samping masih dengan wajah campuran antara kaget dan kesal. Kyungsoo sadar mood Baekhyun pasti mendadak suram, dan ia sendiri tak tahu harus memberi penghiburan apa pada Baekhyun saat ini. Ini pun diluar dugaan Kyungsoo kalau kekasih Kris ternyata adalah Luhan, yang juga sepupunya, anak dari Bibi Ann.

"Baek?" tanya Kyungsoo takut-takut dalam bisikan.

Baekhyun tak menjawab, tapi ia tiba-tiba bangun dari kursi, "mianhae, Kyung, tapi aku tiba-tiba ingin pulang," katanya mengambil jaketnya yang digantung.

Kyungsoo mencoba paham dengan yang dirasakan Baekhyun sehingga ia memilih tidak mencegah sahabatnya itu pergi.

"Telepon aku jika kau mau pulang, nanti aku akan menjemputmu kemari," kata Baekhyun saat memakai jaketnya.

"Tak apa, aku bisa pulang dengan taksi," kata Kyungsoo.

Baekhyun hanya tersenyum singkat, kemudian dia berkata dengan perasaan bersalah, "mianhae, aku tiba-tiba..."

"Aku mengerti. Aku tidak apa-apa," kata Kyungsoo tersenyum dan menepuk bahu Baekhyun, "kabari aku jika sudah sampai dirumah."

"Ann imo?" tanya Baekhyun menoleh ke arah dapur.

"Nanti aku bilang kalau kau mendadak ditelepon orang tuamu sehingga tak bisa berpamitan."

Kemudian, masih dengan wajah yang masam, Baekhyun pun berbalik dan pergi. Kyungsoo bisa mendengar suara pintu depan terbuka dan menutup kembali tak lama setelah itu menandakan Baekhyun sudah pergi. Sementara itu Kyungsoo hanya berdiri termenung dengan pikiran tak menentu. Dia sendiri kaget dan tak percaya mengetahui kenyataan kalau kekasih Kris adalah sepupunya sendiri.

"Aku tahu dia membenciku."

Kyungsoo menoleh ke arah tangga. Ada sepasang kaki turun dari sana dan tak lama Luhan muncul kembali. Rupanya sejak tadi dia mendengarkan apa yang Kyungsoo dan Baekhyun bicarakan, karena wajahnya menunjukkan kesedihan.

"Aku sebenarnya tak berharap dibenci oleh Baekhyun. Tapi aku sendiri tak tahu kenapa dia sangat membenciku. Aku merasa tak pernah memiliki kesalahan padanya. Ngobrol saja tak pernah. Mungkin dia benci karena aku 'seperti ini'," jelas Luhan. Kyungsoo paham maksud 'seperti ini' yang dikatakan Luhan barusan.

"Baekhyun memang belum bisa menerima keadaan Kris, tapi bukan berarti dia tak menerima sepenuhnya keadaannya seperti itu. Baekhyun hanya butuh waktu untuk menyesuaikan diri," kata Kyungsoo. Dia bisa berkata demikian karena dirinya pernah mengakui sendiri pada Baekhyun kalau dia juga 'seperti ini' persis seperti yang disampaikan Luhan barusan.

"Aku ingin menjalin hubungan baik dengan Baekhyun, bagiku tak ada alasan untuk balik membencinya. Dan ada satu hal yang aku ingin sampaikan padamu, tapi tidak sekarang."

"Tentang apa?"

"Tentang Kris," ucapan Luhan sedikit dalam, menyiratkan ada sesuatu yang nampak serius ketika dia menyebutkan nama Kris.

Namun karena Luhan sudah mengatakan kalau dia tidak akan menceritakan hal itu sekarang, tidak ada alasan untuk Kyungsoo memaksanya untuk cerita saat ini. Meski begitu, dia memang butuh banyak informasi tentang Kris dan kehidupannya.

"Kau boleh menghubungiku kapanpun," kata Kyungsoo, dan ada senyuman singkat di wajah Luhan mendengar Kyungsoo berkata begitu.

*

Sore harinya, saat sudah pulang dan sampai di apartemen, Kyungsoo menceritakan tentang yang diceritakan Luhan dan kepergian mendadak Baekhyun pada Kai yang menjemputnya di rumah Bibi Ann. Mendengar cerita Kyungsoo yang panjang dan diakhiri dengan tatapan meminta pendapat, Kai hanya mengangkat alisnya.

"Berilah tanggapan. Aku sudah menceritakan panjang lebar dan kau hanya merespon begitu," kata Kyungsoo kesal.

"Lalu aku harus menanggapi apa? Aku tak begitu dekat dengan Kris dan tak kenal dengan Luhan, jadi aku sendiri bingung harus berkata apa," kata Kai.

"Kau ini memang tak peka terhadap sekitar," cibir Kyungsoo.

"Tak apa. Yang penting aku peka terhadap orang yang aku sayang," Kai memeluk Kyungsoo dari belakang tapi Kyungsoo menjauhkan wajah Kai dan mendorongnya menjauh.

"Memang kau tak tahu cerita tentang Kris?" tanya Kyungsoo.

"Cerita bagaimana?"

Kyungsoo membalikan tubuhnya dan kini dia berhadapan dengan Kai. Dia sedikit ragu dengan apa yang ingin diceritakan pada Kai ini. Karena Kai memasang wajah penasaran, Kyungsoo pun menceritakan pertemuan dirinya dengan Kris beberapa hari lalu di taman kota saat Sehun datang tiba-tiba dan meninju Kris serta memberi peringatan padanya untuk tidak dekat-dekat.

Mendengar cerita Kyungsoo, Kai tampak berpikir dan kembali Kyungsoo menunggu Kai memberikan respon dan tanggapan dari yang baru saja dia ceritakan.

"Aku memang tahu mengenai cerita tentang Kris yang menyukai sesama laki-laki. Itu bukan sebuah rahasia besar lagi, walau begitu tak banyak orang yang tahu dan bersedia membicarakan tentang itu secara terang-terangan," jelas Kai.

"Hal seperti ini bukan hal umum, kan?" Tanya Kyungsoo.

"Benar, jadi tak banyak orang yang berminat membicarakannya. Meski begitu, bukan berarti hal ini tidak aneh. Bagi sebagian orang menyukai sesama, baik untuk laki-laki atau perempuan, masih sebagai sesuatu yang tabu. Terlebih di kampus. Tak heran kau sudah diperingatkan oleh Sehun terlebih dulu mengenai Kris, karena aku pun akan melakukan hal yang sama padamu."

"Memang seperti apa kelakuan yang sudah dilakukan Kris?" tanya Kyungsoo semakin penasaran.

Kai mengerling pada Kyungsoo, "memang Sehun tak bercerita padamu?"

Kyungsoo menggeleng. Kemudian Kai terdiam sejenak, seperti sedang memikirkan kalimat yang tepat untuk diceritakan. Disampingnya dengan wajah penuh tanda tanya Kyungsoo menunggu Kai mengatakan sesuatu.

"Aku tak tahu seperti apa kalimat yang cocok untuk mengungkapkan seperti apa Kris. Yang bisa kusampaikan, jangan dekat-dekat dengannya."

"Memang begitu berbahayakah Kris?" tanya Kyungsoo yang tak puas dengan penjelasan Kai.

"Aku akan melakukan apapun untuk melindungimu dan menjauhkanmu dari Kris," kata Kai, membuat wajah Kyungsoo merona merah, "rasanya yang kuucapkan sudah jelas untuk menggambarkan kurang lebih seperti apa Kris tanpa cerita yang detil."

Meski tak puas dengan jawaban Kai, tapi Kyungsoo mencoba mengerti maksudnya. Dia memang tidak secara menyeluruh menjelaskan cerita tentang Kris. Saat Sehun menjauhkan Kyungsoo dari Kris di waktu lalu, memang Sehun sempat secara singkat mengatakan kalau Kris adalah orang yang harus dijauhinya, walau dia sendiri juga tidak menjelaskan pasti.

Entah mengapa, baik Sehun maupun Kai sendiri seolah sama-sama tak ingin menceritakan secara detil mengenai Kris. Keduanya hanya satu suara untuk meminta Kyungsoo tak dekat-dekat dengan Kris tanpa menjelaskan secara penuh alasan dia jangan dekat dengannya.

Hal ini membuat Kyungsoo bertanya dalam hati dan semakin penasaran mengenai rahasia tentang Kris. Jika bukan Baekhyun yang lebih cocok cerita, Luhan yang pas untuk menjelaskan padanya.

"Sudahlah, lupakan tentang Kris. Malam ini Baekhyun akan menginap disini atau kau menginap di rumahnya?" tanya Kai.

"Aku belum menerima kabar lagi dari Baekhyun. Aku belum berani menganggunya. Kelihatannya aku akan tidur sendiri disini. Oh iya, ada satu hal lain yang ingin kuceritakan," dan Kyungsoo pun menceritakan tentang kejadian di ruang Yeonhab kemarin malam.

Berbeda dengan cerita tentang Kris, kali ini Kai menunjukkan keterkejutan saat dengan seksama mendengar Kyungsoo bercerita.

"Kenapa kau tidak cerita dari kemarin?" Tanya Kai dengan tatapan tajam.

"Aku baru saja ingat," jawab Kyungsoo singkat.

"Kau sama sekali tak kenal siapa orang itu?"

"Suasana disana gelap sekali, Jongin, aku tak bisa melihat keadaan sekitar. Tapi aku tahu itu laki-laki."

Kai lalu memasang tampang cemas, "tapi dia tak melakukan apapun padamu?"

"Ani. Aku segera berlari secepat mungkin setelah memukulnya."

Kembali Kai terdiam dan terlihat berpikir, Kyungsoo pun demikian.

"Menurutmu siapa orang itu?" tanya Kyungsoo, yang dijawab Kai dengan mengangkat bahunya.

"Aku sama sekali tak ada ide siapa orang yang sampai melakukan hal seperti itu padamu. Lagipula terlalu dini jika menyebutkan nama orang yang mungkin melakukannya. Dan anehnya, dia tiba-tiba menghilang saat kau dan Baekhyun kembali kesana?"

"Ne. Dia tiba-tiba tak ada disana," kata Kyungsoo.

"Apa mungkin..." Kai mengangkat sebelah alisnya, dan Kyungsoo paham maksudnya itu.

"Kau pasti berpikir aku berhalusinasi, kan? Sama seperti Baekhyun yang menganggapku gila," kata Kyungsoo ketus dan membalikkan badan karena kesal. Dia sudah menduga kalau Kai juga pasti menganggapnya berkhayal.

"Hey, hey, aku tak bilang begitu," Kai menarik Kyungsoo dan memeluknya hingga kepala Kyungsoo di dalam dekapan Kai membuat wajahnya kembali memerah, "sudahlah yang penting kau tak apa-apa," katanya mengusap rambut Kyungsoo.

Meski masih sedikit canggung dengan perlakukan Kai itu, Kyungsoo merasa nyaman dan mengeratkan pelukannya.

"Aku harus segera pulang untuk siap-siap kerja," kata Kai melepaskan dekapannya.

"Oh ya, katamu kau akan mengajakku ke tempatmu bekerja."

"Benarkah? Apa aku pernah berkata seperti itu?" tanya Kai dengan tatapan menggoda, kemudian tertawa senang saat Kyungsoo memasang tampang kesal lagi, "tapi kau tak akan nyaman dengan suasana tempat kerjaku."

"Memang kenapa? Dimana memang kau kerja?"

"Aku yakin kau tak akan suka tempat seperti itu."

"Ayolah kumohon, aku ingin tahu dimana tempat kerjamu," kata Kyungsoo memelas dengan memasang wajah memohon. Entah kenapa dia merasa baru kali ini bersikap manja pada seseorang, dan Kai menyadari hal itu. Bukan merasa aneh, tapi Kai malah terkekeh geli melihat Kyungsoo seperti itu karena begitu menggemaskan.

"Kau yakin ingin ikut?" tanya Kai memastikan, dan Kyungsoo mengangguk cepat dengan semangat, "baiklah, sana kenakan jaket," katanya menyerah karena tak bisa menolak mata bulat yang memelas itu.

Dengan segera Kyungsoo bangun dari sofa dan setengah berlari masuk ke dalam kamar. Kai memerhatikan Kyungsoo dari jauh sambil menggeleng dan tersenyum melihat tingkah laki-laki mungil bermata owl itu yang masih seperti anak kecil. Dia selalu bersikeras untuk hidup mandiri dan bersikap dewasa, tapi melihat kelakukannya seperti ini membuat Kai sangsi Kyungsoo bisa segera berperilaku dewasa. Namun demikian, Kai tidak merasa terganggu dengan sifat kekanakan Kyungsoo itu, dan dia malah menikmatinya.

Tidak butuh waktu lama, Kyungsoo muncul dengan sudah mengenakan jaket tebal berwarna hitam dengan kupluk hitam menutupi puncak kepalanya. Senyum mengembang di wajahnya.

"Cepat sekali," kata Kai.

"Memang aku harus memakai pakaian yang bagus?" tanya Kyungsoo bingung.

"Tak usah. Ayo," Kai berdiri dari sofa dan mengambil jaketnya, kemudian mereka berdua berjalan keluar menuju pintu depan. Sesampainya di depan pintu, Kai kembali memandang Kyungsoo.

"Kenapa?" tanya Kyungsoo lagi.

"Kau jangan kaget ya," kata Kai, tersenyum misterius.

"Aku tak mengerti. Memang kenapa aku tidak boleh kaget?" Kyungsoo semakin tak mengerti maksud Kai. Dia tambah penasaran dimana Kai sebenarnya bekerja.

Kai hanya memberi senyuman ringan lagi, lalu dia memutar kenop pintu dan memberi isyarat agar Kyungsoo keluar terlebih dulu. Setelah dirinya juga keluar dan menutup pintu, mereka berdua pun berjalan bersamaan menuju lift.

*

Suara bising itu memekakan telinga Kyungsoo, ia bahkan nyaris tak dapat mendengar Kai berkata sesuatu di sampingnya karena suara musik yang kencang ditambah teriakan-teriakan orang-orang disekitarnya. Sadar Kyungsoo terlihat tak biasa dengan keadaan seperti ini, Kai menarik tangan Kyungsoo diantara orang-orang yang sedang asyik berjoget mengikuti irama musik sambil tertawa-tawa.

Kai membawa Kyungsoo ke ruangan di bagian belakang dimana musik tak terlalu kencang terdengar dari sini.

"Kau baik-baik saja?" tanya Kai. Ada nada cemas dalam suaranya.

"Yeah. Tapi aku tak pernah datang ke tempat seperti ini sebelumnya," kata Kyungsoo mengusap telinganya.

"Aku tahu seharusnya aku tak mengajakmu kemari. Aku akan mengantarmu pulang kembali."

"Aniyo, aku tak apa-apa. Sungguh," kata Kyungsoo, "lalu kau bekerja disini?"

Sebenarnya ini diluar dugaan Kyungsoo, saat Kai membawanya ke salah satu klub malam di kota Seoul dimana rupanya inilah tempat Kai bekerja. Kyungsoo sendiri memang belum pernah datang ke klub malam selama ini, bahkan ketika dia berada di Los Angeles sekalipun.

Suara musik kencang, orang-orang yang berjoget sesuka hati, ditambah beberapa orang yang mabuk-mabukan, sedikit membuat Kyungsoo agak risih. Namun, karena rasa penasarannya dan keingintahuan tentang pekerjaan Kai, ditambah ia yakin Kai akan selalu melindunginya, membuat Kyungsoo mencoba untuk menyamankan diri dengan situasi.

"Ne, aku bekerja disini. Tapi tidak setiap malam," kata Kai, "jika kau tak nyaman, aku bisa mengantarmu lagi pulang."

"Lalu kau bekerja sebagai apa disini?" Tanya Kyungsoo.

Belum sempat dijawab oleh Kai, seorang perempuan berambut pirang panjang dengan pakaian yang, menurut Kyungsoo serba minim, tiba-tiba muncul dan dengan antusias menghampiri Kai dan menghambur memeluknya.

"Kaiiiii!! Aku merindukanmu," katanya memeluk erat Kai yang sedikit terkejut menerima perlakuan itu.

Kyungsoo yang menyaksikan adegan itu pun dibuat terkejut, dan semakin terkejut saat perempuan itu mencium pipi Kai satu persatu dari kiri ke kanan. Entah kenapa ada perasaan tak rela dalam diri Kyungsoo melihat Kai dipeluk dan diciumi seperti itu meski oleh seorang perempuan.

"Hey, Amber, kau berlebihan," kata Kai, yang sadar jika Kyungsoo memerhatikan dengan aneh.

"Kenapa kau baru datang? Malam ini kau harus tampil maksimal, oke?" kata Amber yang masih menggelayut di bahu Kai. Eyeliner tebal di matanya mengingatkan Kyungsoo pada Baekhyun meski yang digunakan sahabatnya itu tidak setebal perempuan ini.

"Tentu saja. Oh ya Amber, ini..." Kai bermaksud mengenalkan Kyungsoo, namun disambar begitu saja oleh Amber yang tampak baru menyadari ada orang lain disitu.

"Eh kau bersama orang lain, siapa dia? Kau tak pernah mengajak orang kemari kecuali Chanyeol," kata Amber, memandang Kyungsoo dari ujung kepala hingga kaki, membuat Kyungsoo semakin risih dipandang seperti itu.

"Amber, kenalkan, ini..."

"Aku tahu siapa dia," tanpa diduga kali ini Amber dengan antusias menghambur memeluk Kyungsoo, membuat Kyungsoo terkejut luar biasa dan kesulitan bernafas saat dengan erat Amber menariknya ke dalam pelukan, "pasti ini pacarmu, kan Kai? Orang yang selalu kau ceritakan, benar kan?"

Kai hanya memberi senyum singkat dan tersipu malu. Kyungsoo yang kaget mendengar Amber berkata seperti itu, juga merasakan pipinya merona merah.

"Wah ternyata dia lucu sekali," Amber mencubit kedua pipi Kyungsoo dengan gemas dan menggoyang-goyang seperti sebuah boneka, "kau pasti istimewa sekali bisa membuat seorang Kai jatuh cinta padamu."

"Hey, kau berlebihan, Amber," kata Kai, tak bisa menyembunyikan rasa malunya.

Lalu Amber melepaskan pelukannya pada Kyungsoo, yang patut disyukuri Kyungsoo karena dia mulai sesak karena terlalu erat dipeluk. Wajahnya masih tampak terguncang. Setelah itu, Kai sedikit terkikik saat melihat wajah kebingungan Kyungsoo.

"Kyung, ini Amber, dia sudah seperti adikku sendiri," kata Kai mengenalkan, "Amber, ini..."

"Aku sudah tahu," kata Amber memotong ucapan Kai, "namamu Kyungsoo, orang yang selalu dibicarakan Kai."

"Benarkah?" tanya Kyungsoo.

"Aniyo, dia hanya...."

"Benar. Kau mau tahu apa saja yang Kai ceritakan tentangmu?" tanya Amber menggoda Kyungsoo, yang lalu disambar oleh Kai dengan wajah merah, "hey, awas saja kalau kau bercerita yang tidak-tidak."

Kemudian Amber tertawa puas. Meski masih sedikit kebingungan, tapi Kyungsoo kini tahu jika perempuan ini teman dekat Kai. Walau dandanan dan penampilannya sedikit membuat Kyungsoo tak nyaman, tapi dia tahu kalau Amber sangat menerima kedatangannya.

"Pergilah, kau harus segera tampil. Aku yang akan menjaga pacarmu," kata Amber, merangkul Kyungsoo.

Melihat keraguan di mata Kai, Amber pun menambahkan, "tak usah khawatir, aku berjanji tak akan mencekokinya minuman, dan tak akan membiarkan hal aneh terjadi padanya. Kau kan tahu aku," katanya mengedipkan sebelah matanya.

Kai lalu berpaling menatap Kyungsoo.

"Selamat bekerja. Aku akan menunggumu," kata Kyungsoo, memberi senyuman penyemangat. Meski dia belum tahu pekerjaan pasti Kai, tapi tampaknya dia memang harus memberikan semangat padanya.

"Baiklah, aku akan kembali satu jam lagi. Kalau ada apa-apa, minta tolong pada Amber, dia yang berkuasa di tempat ini," kata Kai, mengedik pada Amber yang terkekeh geli.

Kyungsoo tersenyum dan mengangguk. Kai mengusap puncak kepala Kyungsoo.

"Jaga dia untukku," kata Kai pada Amber.

"Akan kujaga dengan hidupku," kata Amber, menepuk bahu Kyungsoo dengan antusias.

Lalu Kai berbalik dan berjalan menyusuri lorong ke sebuah pintu. Kini tinggal Amber dan Kyungsoo disana.

"Baiklah, sesuai janjiku, aku akan membawamu ke tempat yang tak akan ada orang berani menyentuhmu. Ayo," kata Amber, yang berjalan ke arah yang lain diikuti Kyungsoo di belakangnya.

Mereka kembali ke tempat dimana musik kembali terdengar keras dan orang-orang masih bersemangat berjoget mengikuti irama musik. Saat melewati orang-orang itu, Kyungsoo sedikit risih karena sebagian dari orang-orang itu ada yang menari dalam keadaan mabuk. Karena sedikit takut, Kyungsoo merapatkan tubuhnya pada Amber saat berjalan diantara orang-orang.

Perempuan mungil itu membawa Kyungsoo menaiki sebuah tangga menuju lantai dua. Sesampainya diatas, ada beberapa meja yang dipenuhi orang juga, namun suasana disini tidak seramai di lantai bawah. Mereka berdua menuju meja di sisi sehingga bisa melihat keadaan dibawah dari atas.

"Duduklah," kata Amber sedikit keras, mengimbangi suara musik yang mengalun. Kyungsoo lalu duduk di salah satu kursi di hadapan Amber. Ia mengeluarkan sebungkus rokok, "kau merokok?" tanyanya, yang dijawab Kyungsoo dengan menggeleng sopan.

"Tentu saja," kata Amber, mengambil sebatang rokok dan menyalakannya, "kau sudah lama bersama dengan Kai?" tanya Amber memulai percakapan.

Sesungguhnya Kyungsoo tak mengerti maksud pertanyaan Amber, tapi dia menjawab sekedarnya, "aku baru mengenalnya. Yeah, sejak pertama kali datang ke kota ini saja."

"Aku dan Kai sudah mengenal lama. Dia sudah seperti kakakku. Kau tak perlu merasa aneh dan risih jika aku dekat dengannya, karena apapun yang terjadi aku tak mungkin suka padanya. Banyak hal yang sudah dia ceritakan padaku, termasuk tentang kau," jelas Amber, menghisap rokoknya lalj menghembuskan asapnya setelah itu.

"Benarkah? Memang dia menceritakan apa saja tentangku?" tanya Kyungsoo yang mendadak penasaran. Seorang Kai yang dikenalnya terlihat sangat tertutup dan hanya dekat dengan Chanyeol rasanya sedikit unik jika menceritakan sebuah cerita percintaan pada seorang perempuan seperti Amber.

"Itu rahasia," kata Amber, membuat gerakan menutup mulut, "aku tak mungkin cerita apa yang dia sampaikan tentangmu. Yang pasti, dia sangat menyukaimu," tambahnya, membuat Kyungsoo bisa merasakan panas di pipinya.

"Memang kau tak merasa aneh? Maksudku, Kai bercerita tentang...." Kyungsoo mencoba mencari kalimat yang pas untuk disampaikan.

Namun sepertinya Amber bisa menebak maksud pertanyaan Kyungsoo.

"Kai suka pada sesama laki-laki, maksudmu?" tanya Amber, yang kemudian tertawa melihat Kyungsoo salah tingkah, "hal seperti itu bukan hal aneh lagi di dunia ini. Aku bahagia jika dia bahagia. Apapun yang dia lakukan selama itu membuatnya senang, aku selalu mendukungnya. Meski, aku sedikit menyayangkan yang terjadi antara dia dengan Chanyeol."

"Kau tentu tahu penyebab mereka berkelahi," kata Kyungsoo yang mendadak merasa bersalah lagi.

"Karena kau," kata Amber ringan, seolah hal itu adalah hal biasa, "wajar jika dua sahabat bertengkar karena seseorang yang mereka suka. Ibaratkan seorang kakak dan adik yang bertengkar memperebutkan mainan. Tapi tentu saja kalau orang yang dicintai tak bisa disamakan dengan mainan. Salah satu harus mengalah untuk yang lain, dan menerima kenyataan kalau yang lain lebih berhak mendapatkannya."

Mendengar kalimat bijaksana seperti itu dari Amber, membuat penilaian Kyungsoo padanya berubah. Tak seperti penampilannya yang, menurut Kyungsoo, seperti perempuan nakal. Ternyata ada sisi kedewasaan dalam diri Amber. Kali ini Kyungsoo setuju, kalau peribahasa yang mengatakan untuk tidak menilai seseorang dari penampilannya adalah benar.

"Kau tak perlu merasa bersalah. Nanti pun mereka berdua akan kembali baikan," kata Amber, mengedipkan sebelah mata pada Kyungsoo.

Kyungsoo tersenyum, "aku harap demikian."

"Kau tunggu disini. Aku akan membawakan minum untukmu. Kau tak usah takut, takkan ada yang berani mengganggumu disini," kata Amber memastikan, yang diikuti Kyungsoo dengan tawaan.

Setelah dia pergi, Kyungsoo memandang ke lantai bawah, tempat dimana orang-orang masih dengan seru berjoget mengikuti lantunan musik. Kyungsoo mencari kesana kemari dan masih penasaran dimana Kai. Sambil masih melihat-lihat, Kyungsoo memikirkan apa yang diucapkan Amber barusan.

Dalam hati dia bertanya, benarkah Kai menceritakan tentang dirinya pada Amber? Dan benarkah dia memperkenalkannya sebagai pacar?

Pertanyaan itu membuat jantung Kyungsoo berdegup tak karuan lagi. Ada perasaan gugup bercampur gembira ketika dia mengingat hal itu. Sebenarnya dia sendiri tak tahu, apakah saat ini dia dan Kai memang berpacaran atau tidak, karena dia pribadi merasa tak ada pembicaraan mereka berdua mengenai hubungan lebih lanjut. Jika memang Kai sudah menganggapnya pacar, berarti dia adalah pacar pertama Kyungsoo.

Saat masih sibuk dengan pikirannya, sebuah pesan Line masuk. Kyungsoo mengecek pesan itu.

"Halo."

Tak ada nama pemilik pesan itu, hanya tercantum nomor ponsel tak dikenal. Karena tidak kenal, Kyungsoo lebih memilih tak menghiraukannya. Tak lama, pesan lain muncul dari nomor yang sama.

"Senang rasanya bisa melihatmu langsung."

Kali ini isi pesan itu berhasil mengambil perhatian Kyungsoo. Ia langsung melihat ke berbagai arah, seperti mencari-cari seseorang. Kecemasan muncul di wajahnya. Pesan lain masuk saat Kyungsoo hendak membalasnya.

"Tak perlu mencari-cari. Kau tak akan bisa menemukan aku."

"Siapa ini?"

Sambil menunggu orang misterius itu membalasnya, Kyungsoo masih mencoba mencari tahu dengan melihat-lihat setiap orang yang kelihatannya sedang memainkan ponsel. Ada banyak orang di tempat itu yang sedang memainkan ponsel dan tak ada satupun yang Kyungsoo kira ia kenal.

Tak lama pesan lain muncul.

"Aku sudah cukup senang bisa melihatmu seperti ini."

Baiklah, kini Kyungsoo sedikit takut menerima pesan dari orang tak dikenal itu. Dia lalu memilih tombol Block agar tak ada pesan lain yang masuk. Memang setelah ia melakukan itu, tak ada pesan aneh lain lagi masuk. Kyungsoo masih mencoba mencari-cari ke setiap bagian, dan merasakan sia-sia karena banyaknya orang berkerumun dan bergerak-gerak.

Kemunculan Amber dengan membawa dua gelas minuman sedikit membuat Kyungsoo melupakan sejenak kekhawatirannya.

"Ini untukmu," kata Amber, meletakkan sebuah gelas jangkung dengan minuman berwarna biru, "tak usah takut, ini hanya soda, bukan minuman memabukkan. Kai akan membunuhku jika tahu aku membuatmu mabuk," katanya tertawa. Kyungsoo pun tertawa mendengar ucapan Amber.

"Nah, sepertinya sekarang giliran Kai tampil,"

kata Amber antusias, memandang ke bawah.

Tepat ketika alunan musik berhenti dan semua pengunjung bersorak gembira, di tempat DJ memainkan musik, seseorang muncul dari balik dinding di belakang peralatan DJ. Menggunakan ikat kepala berwarna putih, kaus putih tak berlengan dan celana motif army, dengan sorakan bergemuruh dari semua pengunjung, Kai mengangkat tangannya memberi isyarat semua orang untuk berteriak semakin kencang.

Kyungsoo ternganga kaget, saat Kai mulai memainkan alat DJ dan memulai alunan musik. Semua orang mulai menari lagi saat musik mulai mengalun.

"Kau terkejut?" tanya Amber dalam teriakan, memukul sisi lengan Kyungsoo.

Memang Kyungsoo terkejut sekali menyadari bahwa pekerjaan Kai ternyata adalah seorang Disc Jockey atau DJ. Dan ia semakin tak percaya saat melihat kemahiran Kai memutar-mutar piringan dan meremix alunan musik sambil terus mengangkat-angkat tangan untuk membakar semangat semua pengunjung.

Kyungsoo pun mulai terbawa suasana, dan mulai ikut berjoget bersama Amber, mengikuti alunan musik yang dibawakan Kai. Dia bisa melihat Kai yang berbeda saat bersama dengannya diluar tempat ini, dengan Kai saat ia sedang dengan penuh semangat memainkan alat DJ. Tak bisa dipungkiri, Kyungsoo takjub melihat keterampilan Kai, dan dia merasa Kai terlihat keren sekali.

Sekitar empat lagu remix dimainkan Kai, dan terasa sebentar bagi Kyungsoo, ketika alunan musik terakhir berbunyi, sorakan gembira dan tepukan tangan membahana di seluruh ruangan klub. Kyungsoo dan Amber ikut memberikan tepukan tangan antusias saat Kai, yang wajah dan tubuhnya berkilat oleh keringat, meminta diri pamit dan turun dari panggung. Rupanya ia dengan segera menyusul ke atas tempat Kyungsoo dan Amber berada.

"Bagaimana?" tanya Kai, yang kelihatannya sudah tak sabar ingin segera bertanya paa Kyungsoo.

"Itu keren sekali. Kau tak pernah bercerita padaku kalau kau seorang DJ," kata Kyungsoo senang.

"Aku ingin memberimu kejutan," kata Kai yang terlihat senang, "lagipula awalnya kau tak akan suka dengan pekerjaanku ini."

"Bagaimana aku bisa tidak suka. Ini keren."

Kai tersenyum. Dia menarik Kyungsoo ke pelukannya, membuat rona merah mendadak muncul lagi di wajah Kyungsoo.

"Hey, jangan aneh-aneh, banyak orang disini," kata Kyungsoo protes, melihat ke sekitar.

"Aku tak peduli. Wajahmu saat malu seperti itu membuatku semakin suka padamu," kata Kai, yang sukses membuat Kyungsoo semakin merasa wajahnya terbakar.

Namun dehaman Amber yang lebih sukses buat Kai batal melakukan sesuatu pada Kyungsoo.

"Tak apa, kalian boleh menganggapku patung lilin," katanya, membuat Kyungsoo dan Kai tertawa.

Kemudian Kai merangkul Amber dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya merangkul bahu Kyungsoo. Mereka bertiga berjoget-joget menikmati sisa malam ini dengan alunan musik yang semakin malam semakin seru.

[TBC...]

*

Siguiente capítulo