webnovel

Penolakan Rere

"Jangan bohong Re. Kamu mengatakan aku agar aku tidak mengejar kamu lagi." Angga membantah argument Rere.

"Tes DNA saja jika kamu tidak percaya," jawab Rere enteng. "Aku pastikan DNA Leon tidak akan cocok dengan kamu."

"Jangan mengarang Rere." Bara naik pitam. "Siapa ayah kandung Leon?" Pria itu kembali bersandiwara.

"Katakan Re. Ayah Leon itu aku," ucap Angga memaksa.

"Pakai bahasa apa aku harus katakan padamu? Apa kamu tidak mengerti bahasa Indonesia? Kamu bukan ayah Leon. Aku tidak berbohong. Apa aku harus bersumpah di atas Alquran agar kamu percaya?" Rere kembali membentak Leon.

Prak....

Hati Angga patah. Dari mata Rere bisa ia lihat jika perempuan itu tidak berbohong dengan ucapannya. Perih Angga rasakan kala tahu kenyataan yang sebenarnya.

"Lalu siapa ayah Leon? Apa kamu berselingkuh dengan pria lain?" Angga malah menuduh Rere yang tidak-tidak.

"Aku tidak murahan seperti itu."

"Lalu kenapa kamu hamil?" Angga ingin sebuah penjelasan.

"Bukan urusan kamu. Ini hidupku, kamu hanya orang asing yang tak berhak tahu bagaimana kehidupanku. Mulai detik ini jauhi kami. Jangan pernah datang lagi."

Dada Angga terasa sesak kala ucapan itu keluar mulut manis Rere. Sulit ia percaya jika Rere hamil dengan pria lain. Gadis sepolos dan selugu Rere ternyata bisa berbuat nakal. Angga merasa dikhianati.

"Aku tidak sangka kamu serendah itu." Maki Angga geram mengepalkan tangan.

"Aku memang wanita rendahan. Jangan dekati wanita rendahan ini," balas Rere menohok. Ada rasa lega di hatinya setelah mengungkap kebenaran.

Angga pergi dari hadapan Rere dan Bara dengan perasaan kecewa. Ia menghempaskan pintu kamar dengan keras. Sakit, pedih ia rasakan di ulu hatinya. Perempuan yang ia perjuangkan ternyata bermain cinta dengan pria lain hingga hamil.

Bara melipat kedua tangannya, menatap nyalang pada Rere yang tengah menangis pilu. Sepahit apa pun kebenaran harus diungkapkan. Bara mendekati Rere lalu memeluknya. Bara mengelus rambut Rere. Ia paham betapa terlukanya Rere mengungkap semuanya. Tak banyak korban pelecehan berani speak up seperti Rere meski sudah terlambat.

"Bang, gue jahat," cebik Rere memukul dada Bara.

"Iya lo jahat." Bara malah mengamini ucapan Rere.

"Kenapa abang bilang gue jahat?" Rere memprotes, melepaskan pelukan Bara.

"Jahat karena telah membohongi banyak orang. Sampai kapan lo pendam rahasia ini? Katakan! Kenapa lo tidak mau pria yang menghamilli lo bertanggung jawab?"

"Jangan paksa gue bang." Pinta Rere memelas.

"Lo takut datang ke KL karena pria itu dan takut diburu pembunuh Ananya?"

"Itu abang tahu. Gue berani datang hanya demi lo. Memastikan lo baik-baik saja."

"Jangan pikirkan gue. Pikirkan kebahagiaan lo. Leon sudah berusia dua tahun. Lo harus pikirkan masa depan dia. Meski dia laki-laki, tidak butuh wali ketika menikah tetap saja Leon berhak tahu, siapa ayah biologisnya. Gue hanya om bagi Leon. Peran gue sebagai ayah tidak bisa menggantikan peran ayah biologis Leon. Bicaralah Rere. Dulu tidak bisa memaksa karena keterbatasan gue. Kini gue bisa melakukan semuanya. Sebelum dia gue temukan dengan cara gue lalu membunuhnya, lebih baik lo cerita duluan."

"Abang mengancam gue?" Rere mundur menjauh dari Bara.

"Anggap saja seperti itu. Bicaralah siapa yang menghamili lo?"

"Yang jelas bukan Angga." Rere menahan sesak di dadanya.

Bara tak habis pikir dengan jalan pikiran Rere. Ia harus bersabar menunggu kejujuran Rere meski ia tahu siapa ayah Leon.

*****

"Re. Lo harus bantu gue untuk mendapatkan Dila kembali. Anak-anak bisa kita gunakan untuk menekan Dila."

"Apa?"

"Lanjutkan peran lo sebagai istri bohongan gue. Datangi Dila dan tekan dia. Buat dia kembali sama gue. Gue enggak mau lagi kehilangan dia."

"Tapi bang…. Bukannya terlalu kejam menggunakan anak-anak?"

"Tidak. Anak-anak kelemahan sekaligus kekuatan Dila. Hanya mereka yang bisa bantu gue kembali dengan ibu mereka."

"Terserah lo kalo gitu. Gue hanya bisa bantu lo."

*****

Bara dan Tia pergi menemui Dino. Mereka janjian di sebuah restoran. Mereka bertiga berkomplot di belakang Rere.

"Selamat siang calon kakak ipar," sarkas Dino menyindir Bara.

"Pede banget lo manggil gue calon kakak ipar." Bara menepuk bahu Dino.

"Kalo lo halangin gue jadi adik ipar lo. Gue bakal halangin lo buat rujuk sama Dila."

"Suwek lo." Bara malah memukul perut Dino. Hanya berpura-pura tidak berniat melukai.

Interaksi antara Dino dan Bara membuat Tia bergidik. Sejak kapan mereka jadi akrab bak seorang teman? Bukankah selama ini mereka bak musuh yang sedang memperebutkan Dila.

Tia meninggalkan Dino dan Bara karena mereka ingin privasi. Andai Tia tahu bakal dikacangin mending bawa Daniel agar punya teman ngobrol.

"Bar terima kasih sudah menjaga, melindungi Rere dan Leon selama ini," ucap Dino tulus dari dalam hatinya. Ia menggenggam tangan Bara layaknya sahabat.

"Sama-sama No. Terima kasih sudah menjaga dan menyayangi triplets selama ini."

"Bar gue mau menikahi Rere."

Minuman Bara tersembur hingga mengenai wajah Dino. Pria itu mengambil tisu dan mengelap wajah Dino.

"Astaga Bar kenapa lo muncrat sih?"

"Lo bikin kaget gue aja."

"Kok lo kaget?"

"Lo mau nikahin Rere? Asal lo tahu sampai sekarang Rere enggak mau cerita siapa ayah Leon. Gue sampai hajar mantan pacarnya tapi tetap aja dia bungkam. Dasar keras kepala."

"Mantan pacar?"

"Iya. Mantan pacar Rere datang mengaku sebagai ayah Leon. Angga namanya. Gue hajarlah. Ternyata setelah cinta satu malam kalian Rere hampir diperkosa sama Angga. Untung Tia datang di waktu yang cepat sehingga pemerkosaan itu tidak terjadi."

"Kasihan sekali Rere. Gue sudah menyulitkan dia. Gue minta maaf Bar. Andai gue tahu dia hamil pasti akan tanggung jawab. Gue datang pada lo untuk meminta lo merestui gue untuk menikahi Rere. Hanya dengan menikah gue bisa mempertanggung jawabkan semua."

"Gue tahu lo orang baik No. Lo lelaki yang bertanggung jawab. Gue berikan restu pada kalian, tapi tidak mudah menaklukkan hati Rere. Dia keras seperti batu. Tapi gue ada persyaratan."

"Apa?" Dino mencoba menebak persyaratan Bara.

"Permudah gue untuk mendekati anak-anak. Gue ingin memberikan hukuman kecil pada Dila karena meninggalkan gue." Bara menyeringai menatap Dino.

"Gue sudah melihat otak mesum lo bekerja." Dino malah meledek Bara.

Bara mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Tanpa memikirkan dua kali Dino menyambut uluran tangan Bara.

"Bantu gue memperistri Rere, kakak ipar." Dino menyunggingkan senyum.

Siguiente capítulo