Rangga Plot -
Fuihhhh...
Hari yang panjang dan cukup melelahkan, pikirku.. Kuhela napas panjang dan Aku keluar dari kamar mandi. kuambil celana boxer dan kaos polos putih, setelah memakainya, aku Segera bergegas keluar kamar untuk menemui vina, dan...
Ternyata vina sudah tertidur, menyenderkan kepalanya di senderan sofa, dengan posisi miring, kaki ditekuk seperti bayi. Dia sangat kelelahan.
Kalau boleh jujur, akupun juga sangat lelah, dan dari pagi aku belum memakan apapun. Tadi pagi, aku menyiapkan sarapan terburu-buru untuk vina, bahkan tak menyiapkan untuk diriku sendiri. Siangnya, kami sibuk menyiapkan acara pernikahan. Dan malam, makan malam kami sedikit mengalami kendala, sehingga belum ada satupun makanan yang masuk ke perutku. Tapi, jujur, aku tak merasakan lapar sampai saat ini.
Entahlah, sepertinya ada yang rusak dengan sistem tubuhku. Aku hanya merasakan bahagia melihatnya bahagia. Kali ini, seperti ada tujuan baru dalam hidupku, tujuan yang membuat hidupku penuh makna, dan keluar dari kehampaan yang selama ini kurasakan.
Pelan pelan aku mendekati vina, aku berusaha untuk mengangkatnya tanpa membangunkannya. Perlahan, dan kini dia sudah ada di atas kedua tanganku, masih dalam posisi terlelap. Aku berjalan ke arah kamar, membuka pintu kamar, dan merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur. Vina sangat kelelahan, akupun tak berniat membangunkannya.. Walaupun niat awalku, setelah mandi, aku mau minta jatah lagi. Tubuhnya.. Benar-benar seperti candu bagiku..
"aaah..!", kupukul kepalaku dengan tanganku, dan Segera kutinggalkan vina, karena bahaya jika aku berlama-lama didekatnya, aku khawatir tak akan bisa menahan nafsuku dan akan mengganggu tidurnya.
Klek
Aku menutup pintu kamarnya. Kini aku beralih ke kulkas, mengambil cereal dan susu lalu menaruhnya kedalam mangkuk. Aku berjalan ke meja makan, kuletakkan mangkuk sereal diatasnya, akupun duduk dikursi. Tanganku membuka tas tangan vina, mengeluarkan dua handphone, satu milikku, dan satu milikknya. Sambil aku menyantap sereal suap demi suap telah masuk kedalam mulutku, dan sepertinya aku memang lapar karena tubuhku merespon dengan antusias.
Pertama, kubuka handphone vina.
Ada 18 misscall dan 6 pesan.
15 misscall, metha - 2 misscall mommy - 1 misscall nomor tanpa nama
Lalu aku Mengecek semua pesan yang masuk satu persatu.
Metha - mommy - aunt Fathin - dan 3 pesan tanpa nama.
*metha
Selamat pagi, bu.. Mohon maaf, ada yang harus saya sampaikan. URGENT
Kapal yang mengangkut ekspedisi cargo kita, mengalami kecelakaan. Dan semua barang tak dapat diselamatkan. Saya sudah menghubungi pihak asuransi untuk mengurus asuransi barang-barang kostumer. Tapi untuk tindakan selanjutnya, pihak asuransi masih membutuhkan laporan resmi pihak terkait mengenai kecelakaan tersebut. Selain itu, kami juga membutuhkan tanda tangan ibu untuk mengurus penyelidikan lebih lanjut. Bagaimana bu?
Selamat pagi bu,
Saya mau nenyampaikan, ada point-point kerjasama yang dirubah oleh fast auto car yang dari analisa saya, ini merugikan v company. Bagaimana ini bu? Untuk sementara, saya sudah menunda penandatangan dan menunggu keputusan dari ibu.
Selamat siang bu,
Siang ini, orang dari dirjen pajak datang kekantor kita untuk pengambilan pajak. Saya sudah mengeceknya. Jumlah pajak yang harus dibayarkan tidak ada masalah, semua sesuai. Tapi kami membutuhkan tanda tangan ibu untuk mencairkan dana dan membayar pajak.
Selamat siang, bu.
Kontrak kerjasama dengan light company tidak ada masalah. Draft sudah diserahkan kepada bpk Fredy.
Selamat siang, bu.
Ada kiriman dari bapak Andika (kali ini, metha mengirimkan pesan dengan gambar buket bunga mawar merah)
Dan sekretarisnya juga menyampaikan, kalau beliau mengundang ibu untuk makan malam di sky tower hari minggu besok jam 7 malam.
Makan malam ini katanya sangat penting, bu. Beliau tidak akan menandatangani proyek kerjasama antara v company dan source minning company, kalau ibu tidak datang memenuhi undangan makan malamnya, bu.
Bagaimana ini bu? Harus kami jawab apa?
Selamat siang, bu
Acara peresmian tv glory berhasil sukses, tapi ada sedikit masalah dengan meeting bersama mr. James. Beliau menitipkan pesan sangat kecewa karena ibu tidak datang. Dan mengundang ibu untuk lunch besok siang, di ritz calton, hotel tempatnya menginap. Bagaimana bu?
Hihi.. Dia tampak kecewa ibu ga dateng. Padahal dia sudah bawa bunga buat ibu. (metha mengirimkan photo buket bunga)
Selamat sore bu,
Pak Fikri menginfokan hasil peresmian one stop living tulip regency. Hasilnya tidak ada masalah. Hanya saja, pak bambang tampak kecewa katanya, hihi.. Pak bambang juga menitipkan buket bunga untuk ibu. (metha mengirimkan photo buket bunga). Sudah saya letakkan diruangan ibu semua buket bunga titipan.
Hufffff.... Hatiku memanas melihat betapa banyak lelaki yang mencoba menarik perhatian istriku! Tapi juga, aku cukup kasihan padanya,, betapa banyak beban yang ada dipunggung istriku, orang-orang yang berharap kepadanya, menunggu keputusannya untuk tetap terus berhasil mengelola perusahaannya sehingga mereka masih bisa bergantung kepada perusahaannya.. Istriku, dengan tubuh mungil seperti itu, harus menanggung semua beban ini sendirian bertahun-tahun..
Baiklah.. Sudah kuputuskan! Mulai hari ini, aku akan membantunya untuk mengelola perusahaannya, aku ga rela istriku terlalu lelah karena semua beban yang ditanggungnya.
Kucoba membalas satu persatu pesan metha
*hari senin, tolong atur jadwal untuk bertemu dengan pihak asuransi
*kirim draft fast auto car ke email saya. Akan saya pelajari
*saya akan menandatangani pencairan dana pajak besok senin
*untuk source minning company, biar saya yang urus
*ok, besok saya akan datang ke ritz calton untuk lunch.
Aku menarik napas panjang setelah menulis pesan ke metha. Selanjutnya, aku beralih ke pesan mommy.. Yah, sekarang aku mulai berusaha untuk bersikap wajar dengan penggunaan bahasa inggris. Aku sudah mengubur masa lakuku. Tak ada hak untukku membenci orang yang menggunakan bahasa inggris.. hanya karena mantan pacarku lari dengan kekasih bulenya.
*mommy
Vina.. Apa kau yakin dengan pernikahanmu dan Rangga? Mommy mohon, jauhi dia. Bercerailah, vina! Mom memang ingin kamu menikah, tapi tidak dengan lelaki itu, tidak dengan anak bajingan seperti ANWAR PRANATA
Bagai tersambar petir aku membaca pesan ini. Buru-buru aku menghapus dari pesan singkat vina. Aku tak ingin istriku membaca ini. Ada apa dengan papa? Kenapa papa memanggilnya dengan nama Rose? Hubungan apa sebenarnya diantara mereka? Dan papa hilang ingatan? Kenapa tak pernah cerita pada kami sebelumnya??
Aku coba menepis semua prasangkaku.. Untuk yang satu ini, aku akan segera mencari bukti dan mencari tahu keadaan yang sebenarnya.
*aunt Fathin
Vina, i am really sorry.. Tante benar-benar minta maaf untuk apa yang terjadi siang ini. Tante juga sudah menyatakan maaf tante kepada papa Rangga. Dan beliau memaklumkan keadaannya.. Tolong maafkan tante
Aku diam.. Sedikit banyak, aku sudah mengenal watak istriku. Membaca pesan seperti ini, aku kira tebakanku 80 persen benar apa yang akan ditulisnya.. Memikirkan istriku, membuatku tertawa.. Haruskah aku menulis balasan seperti itu?
Akhirnya.. Aku memilih mendiamkan pesan ini. Biarlah vina nanti yang membalasnya.
Selanjutnya, 3 pesan tanpa nama.
*pesan pertama
Selamat pagi vina,
Sekretarisku akan datang ke kantormu membawakan sedikit kebaikan hatiku untukmu. Jangan menolaknya, atau kau akan menyesal.
-Andika, source minning company-
*pesan kedua
Hai sayang,
Kenapa kamu tidak hadir di acara tulip regency? Aku ingin memberi tahumu sedikit rahasia diantara kita, sayang.. Aku sudah menceraikan istriku dan aku siap menjadikanmu nyonya rumahku.
Jika kau bersedia, aku janji, akan memberikan 100% sahamku ditulip regency untukmu, selama kita menikah dan tidak bercerai. Kutunggu jawabanmu.
*pesan ketiga
Vivi.. Boleh kutahu apa masalahmu menghindar denganku?
Kau yang memutuskan hubungan kita, lalu memaksaku menikahi sahabatmu sendiri. apa kau tahu betapa sakitnya hatiku? 10 tahun aku memendam rasa sakit ini. Kupikir aku sudah berhasil melupakanmu, tapi melihatmu, hatiku semakin hancur.
Ini menyakitkan vi.
DEG!!!!
Aku tidak peduli dengan dua pesan sebelumnya.. Tapi pesan ketiga ini, sungguh menggangguku. Ada apa ini? Siapa meninggalkan siapa? Vina tampak tersakiti.. Begitupun lelaki ini... Dia juga terlihat tersakiti. Apa yang terjadi dengan hubungan mereka sebelumnya?
Aku tidak membalas ketiga pesan itu. Sejujurnya hatiku sedikit kacau. Banyak sekali lelaki yang mengejar istriku. Dan aku sangat marah saat ini. Aku tak akan membiarkan lelaki manapun mendekati istriku!
Pikiranku teringat kembali saat di basemen. Vina menggenggam tanganku sangat kencang sekali. Dia seperti ketakutan dengan lelaki itu. Kondisi mentalnya seperti agak terganggu disaat laki-laki itu mendekat. Ada pengalaman yang menimbulkan trauma mendalam padanya. Aku yakin, Vina sangat menderita karena hubungan masa lalunya. Aku mempercayai istriku!! Kalau vina bukan wanita baik-baik, tak mungkin kondisinya masih virgin saat aku merenggut kesuciannya.
Tanganku meraih handphoneku, menghubungi nomor telepon dalam kontakku, dan tak butuh waktu lama, dering telepon langsung diangkat.
"apa yang kau butuhkan?", jawab suara diujung telepon.
"berikan aku kekuasaan penuh atas semua perusahaanmu, pa!", pintaku
"apa kau sudah siap, dengan semua konsekuensinya?"
"ya! Saat ini aku sudah siap!"
"baiklah! Mulai besok, kau berkuasa penuh atas semuanya! Memimpinlah dengan bijak, nak!"
"terima kasih, pa!"
klik
aku menutup sambungan telepon.
Sudah sejak lima tahun lalu, papa menginginkan aku mengurus perusahaan kami, tapi saat itu, Aku belum mau terjun secara langsung. Aku membantu papa dibalik layar. Memang aku yang menganalisa, memberikan ide dan menentukan setiap keputusan. Tapi, aku tak pernah mau mengakui bahwa aku sudah pantas memimpin perusahaan. Walaupun, setelah aku membantu dibalik layar, perusaan papa, yang dulunya bukan apa-apa, telah menjadi perusahaan raksasa sejak 3 tahun lalu. bahkan terbesar dinegeri ini.
Setelah kepergian cindy, sebulan yang lalu, kondisiku sungguh mengkhawatirkan bagi papa dan airin. Sehingga mereka dengan berbagai cara membuatku berusaha tampil didepan, memimpin perusahaan, untuk mengalihkan pikiranku. Aku awalnya masih menolak, tapi akhirnya aku menerima dengan syarat aku memimpin perusahaan terkecil dulu di kerajaan bisnis pranata. Hingga akhirnya diputuskan aku akan memimpin light company sebagai percobaan.
Tapi saat ini, kurasa aku tidak menbutuhkan percobaan lagi. Inilah saatnya aku menunjukkan siapa aku sebenarnya dan tampil dari balik layar..
Dreeet.. Dreeeet.. Dreeeet..
Handphone ditanganku bergetar. Kutatap nomor dilayar monitor, tak ada nama. Nomor tak dikenal. Aku memang malas mengangkat nomor yang tak kukenal, jadi aku membiarkannya. Kalau memang penting, pasti nanti akan menghubungi melalui pesan singat.
Betul saja, setelah deringan terakhir mati, tak berapa lama pesan masuk ke handphoneku.
"beb, aku kembali.. Aku sudah kembali. Sekarang aku ada di depan apartemen kamu. Tapi kamu mengganti pasword pintu. Aku ga bisa masuk kedalam, padahal aku mau mengejutkanmu dengan kepulanganku!! Kamu dimana beb?"
-cindy-
Tanganku bergetar setelah aku membaca pesan ini. Detak jantungku berdegup cukup kencang, dan emosi didalam dadaku sepertinya kembali tidak stabil.
Kenapa wanita ini harus kembali? Kenapa disaat aku sudah menentukan pilihanku dan lukaku sudah sedikit terobati?
Apa yang harus kuperbuat sekarang? Dia menunggu di depan apartemenku, sedangkan aku sudah berjanji pada vina tak akan meninggalkannya walaupun wanita ini kembali. Apa yang harus kuperbuat??
Apartemenku hanya berjarak kurang dari 30 menit dari sini. Aku bisa saja pergi keluar sebentar dan menemuinya, lalu kembali kesini lagi tanpa sepengetahuan vina. Tapi.. Segera kutepis pikiran itu.
Aku berdiri, mengambil segelas air putih dan meminumnya sampai habis. Tapi pikiranku benar-benar tak tenang. Setengah hatiku ingin pergi menemuinya, tapi setengah hatiku dan logikaku menentangku untuk pergi menemuinya. Akupun sudah berjanji pada vina untuk tinggal bersamanya. Haruskah aku mengkhianati janjiku sendiri hanya untuk melepaskan rasa rinduku pada wanita diluar apartemenku?
Dreeet.. Dreeet.. Dreeeet...
Suara telepon berbunyi lagi di handphoneku. Aku hanya menatapnya dari dapur, tak berani mendekatinya ke meja makan. Aku benar-benar takut Akan berlari menemui wanita itu dan menyakiti vina. Apa yang harus kuperbuat!!
Aku menjambak rambutku dengan kedua tanganku.. Kutatap pintu kamar dimana vina tidur, masih bimbang harus berbuat apa. meninggalkannya atau tinggal bsrsamanya. Suara getar handphone tak berhenti bergetar. Sudah 5 menit berlalu, tapi sepertinya orang di ujung sana tak ingin berhenti menghubungu nomorku.
Aku berlari menuju kamar dimana vina tertidur. Posisinya masih sama seperti tadi. Aku menaiki ranjangnya, dan menaiki tubuh vina. Dia terbangun.. Sedikit terkaget. Tanpa menunggu vina benar-benar tersadar, aku sudah mengulum bibirnya, menciumnya dengan sangat ganas dan brutal. Tanganku sudah menjelajah seluruh tubuhnya, membuka pakaiannya, kusalurkan semua emosiku kepadanya. Aku tak tahu perbuatanku salah atau benar, tapi saat ini, aku hanya berusaha menumpahkan hasratku padanya. Memenuhi otakku dengan keharuman tubuhnya. Menikmati setiap tubuhnya, sehingga aku tak akan melupakan betapa nikmat tubuh istriku. aku juga melakukan ini untuk menyadarkan diriku bahwa aku sudah menikahinya, dan tak ada tempat untuk orang lain selain vina dihatiku. Vina mengerang, setengah berteriak... Terkadang dia juga menjambak rambutku, dan beberapa kali tubuhnya mengejang, sebelum melemas, lalu mendesah dan berteriak kembali diakhiri dengan mengejang seperti mengeluarkan sesuatu yang berat. Kulakukan terus apapun dengan tubuhnya, entah berapa lama, sampai akhirnya, aku pun mencapai titik klimaks, kukencangkan gerakanku, dan aku mengerang bersamaan dengan istriku.
Nafasku sangat terengah-engah. Energiku terasa sudah habis.. Aku memang melakukan ini, sengaja untuk membuat energiku terkuras habis, karena aku ingin tubuhku tetap disini, di penthouse ini bersama istriku.
"yang .. "
"iya sayang?", aku menatap wajah istriku. Masih dengan posisiku berada diatas tubuhnya.
"gapapa"
"beneran?"
"iya, cuman pengen manggil kamu aja..", aku tersenyum, kemudian mencium keningnya. Memindahkan tubuhku kesamping tubuhnya, dan menarik vina dalam pelukanku.
"aku sayang kamu, sayang!", itu kata-kata terakhirku sebelum aku menutup mataku dan tertidur.