"Oke Frendy!" ujar Ridwan sambil tersenyum.
Tak mungkin kalau tanpa Ridwan hidupku bakal enggak seperti ini, cuma dirinya yang bisa membuatku berpikir kedua kalinya. Sebelum mengambil keputusan yang memang sulit di terima, mudah-mudahan saja selepas kejadian ini. Aku mampu berpikiran secara realitis dibanding berdebat terus sama Lusi. Permasalahan enggak bakal selesai kalau misalkan, Istriku takkan bisa berbicara secara baik-baik. Apalagi urusan yang menyangkut sekarang menyakut membicarakan pelaku kematian Firdaus.
Padahal aku sudah katakan padanya, "Sayang kalau memang selalu berpikiran negative thinking, kenapa enggak marahan selama setahuan saja? Enggak usah baikkan segala." Namun, dirinya sama sekali tidak menjawab sama sekali. Hanya terdiam seribu bahasa, bahkan pada saat memberikan nasihat ke Adikku. Dia hanya memperhatikan handphone seperti ada pesan sms atau WhatsApp dari seseorang. Sayangnya, aku tak bisa menjamin itu siapa?
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com