webnovel

BAB 15 Kegiatan

Tak terasa sudah melalui rintangan untuk memperbaiki hubungan pertemanan antara aku sama Rita akhirnya baikan, sedangkan dia menjalin sebuah hubungan bersama boy. Namun, sementara waktu aku harus rela menjauhi dulu sama Rita mencari kegiatan yang positif.

Menjadi pelajaran buatku yang selama ini hanya egois belaka, tanpa peduli perasaan orang lain. Mudah-mudahan saja dia bisa merelakan aku meninggalkan kota Jakarta untuk pergi ke luar kota. Dan kemungkinan aku akan mengundurkan diri dari pekerjaan di Perusahaan yang telah mempertemukan aku, Rita, Firdaus, Ersya, dan juga Rifqi.

Mereka bisa hidup tenang tanpa kehadiranku disini, aku tidak mau merepotkan temanku saat aku enggak bisa mengontrol emosiku. Pada waktu di sebuah Resto hampir berantem sama Boy, tidak sanggup lagi rasa cemburu terhadap mereka membuatku resah saja. Heh ternyata Rita marah sama aku jadinya enggak bisa apa-apa tidak mengerti perasaan perempuan.

Itulah aku kalau sudah enggak tega sama seseorang pasti mengalah saja daripada nanti ada keributan besar, cuma itu yang bisa mengatasi terjadinya permasalahan yang akan datang kepadaku. Aku yakin suatu hari nanti akan ada saatnya Rita mengobrol bersama kita berdua, hanya butuh waktu saja untuk meluluhkan hati Boy supaya bisa di izinkan bertemu sama kita berdua.

Aku hanya bisa berharap saja sama Boy untuk bersikap adil sama pasangannya, daripada harus mengatur enggak boleh itu, enggak boleh ini buat apa kayak begitu? Setiap orang pasti membutuhkan privasi untuk sendiri. Tidak bisa kita mengatur anak orang lain atas kemauan kita sendiri. Itu yang membuat dia akan merasakan rasa ketakutan terhadap dirinya sendiri.

Untung saja dulu aku enggak mengatur hidup mantan pacar yang tidak-tidak, sampai sekarang pun masih berhubungan baik. Hanya saja dia sekarang sudah kuliah di salah satu universitas terbaik yang ada di negara orang yaitu Inggris. Namun, tak bisa menyembut nama kampus untuk jaga yang tidak di inginkan.

Selama aku bisa jaga perasaanmu untuk tidak ada rasa sakit hati oleh pacarmu, kuakan memantau dari jauh sebelum pindah ke luar kota. Namun, aku tidak bisa sebutkan nama kotanya. Takut teman-temanku akan menyusul ke sana, padahal ada niat untuk tidak beritahu selepas ada persetujuan mengundurkan diri dari Kantor ini.

Supaya mereka enggak khawatir kepadaku. Untuk menunggu keputusan dari Direktur aku masih memantau kesetiaan Boy terhadap temanku yang bernama Rita. Katanya sih keputusan akan ditentukan selama 10 hari, aduh apakah aku bisa pantau selama 10 hari? Rasanya enggak mungkin deh, soalnya aku belum mengendarai sepeda motor maupun mobil masih mengandalkan Firdaus kalau mau main ke mana.

Masalah yang tadi aku mau meninggalkan kota ini dia sama sekali enggak tahu. Aku sama sekali tidak ada lagi beban terhadap mereka yang sudah menerima teman lagi, padahal masih betah disini. Tapi kalau di sini terus kemungkinan aku enggak bisa lupakan perasaanku terlanjur sudah sayang kepadanya.

Apakah aku sanggup menahan rasa cemburu? Pada saat mereka berjalan berdua di sebuah mall. Mungkin saja bisa asalkan jangan ada kemesraan di perlihatkan, nanti aku yang bakal terbawa bapernya. Ya Allah mungkin ini sudah saatnya aku mengalami untuk mengalah saja kalau memang mempertemukan mereka sama aku di sebuah mall, dengan pakaian yang menurutku tidak pantas untuk di pakai banyak orang.

Nanti ada yang salah paham terhadap mereka memakai pakaian tersebut, untung saja temanku tidak ada pakaian seperti itu. Semuanya berpakaian pantas enggak buka aurat di hadapan banyak orang. Alhamdulilah sekali aku mampu membujuk mereka untuk ganti pakaiannya, entah kenapa ganti pakaian lama bener dah? kemana kah mereka pergi dari ruangan pakaian yang sudah tersedia oleh mall?

Setelah aku cek ruangan ganti baju ternyata mereka kabur tanpa ketahuan olehku, pantas saja tidak kembali. Inilah cobaan buatku padahal niatku baik heh malah mereka tidak dengerin nasihat aku. Benar-benar membuat kesal saja, aku harus sabar menghadapi mereka yang keras kepala.

Kalau ada masalah terhadap mereka aku tidak ikut campur urusan permasalahan kalian berdua, penting sudah memberikan nasihat sama mereka. Beberapa hari kemudian aku bisa jalan-jalan di kawasan Jakarta Selatan sambil melihat anak-anak kecil bermain. Jadinya aku teringat kembali masa-masa kecil yang kurang bergaul sama teman yang baik.

Yang ada malahan aku bergaul sama teman-teman membawa ke arah tidak benar, sebelum Ersya mengajak aku untuk melakukan kejahatan di kota Tasikmalaya. Itulah masa lalu yang kelam selepas lihat anak-anak ini hidupnya tenang sekali, dan orang tuanya bangga anaknya berpretasi sedangkan aku sendiri enggak ada prestasi yang ada sering banget di panggil sama Guruku atas kenakalanku selalu berantem, mencoret tembok, dan malak ke kelas lain.

Semoga saja anak-anak ini bisa bergaul sama orang baik, dan bisa membahagiakan orang tuanya. Walaupun nanti kalian ini akan tinggalkan orang tuanya untuk Kuliah dalam negeri maupun luar negeri. Masa depan kalian akan cerah walau tanpa orang tuanya.

Anak-anak ini adalah generasi muda penerus bangsa Indonesia, kalian harus memperjuangkan sampai cita-cita, dan impiannya harus tercapai supaya orang tuanya akan bangga kepada kalian. Jika suatu saat nanti, akan tahu ke depannya seperti apa. Hanya saja aku perlu keyakinan bahwa hidup di dunia hanya sementara saja, jadi gunakanlah waktu sebaik mungkin. Jangan putus asa kalau memang belum tercapai, tapi tetap berusaha walaupun harus membutuhkan waktu biar cita-cita, dan impian tercapai.

Hanya sebuah pesan untuk anak-anak ini walaupun belum tersampaikan secara lisan, aku bangga bisa lihat anak-anak sangat dekat sama orang tuanya. Terlebihnya ada rasa penyesalan dalam diriku mengenai orang tuaku yang sudah menyakiti hatinya, walaupun sudah tiada di bumi ini.

Aku memang orangnya cukup percaya dalam omongan orang lain sampai berubah dalam hal bicara maupun sikap sehari-hari, cukup bagiku untuk berdoa supaya orang tua tenang di alam sana, dan bisa ketemu lagi di surga nanti.

Paling utama adalah segera mungkin untuk pantau pacarnya Rita hari ini juga, jangan sampai melewati kegiatan Boy. Supaya ada bukti bahwa dia benar-benar setia sama Rita. Aku serius terhadap hubungan Boy sama Rita, kalau ada niatan ingin menyakiti hati Rita tak segan-segan akan pukul Boy sampai babak belur.

Akhirnya aku sampai di tempatnya Boy berada, cuma ada yang aneh pada saat sedang telepon di halaman rumahnya. Untung saja aku mendengarkan obrolannya, apakah sedang mengobrol sama Rita? Atau malahan sama perempuan lain. Aku harus menemukan bukti bahwa itu benar-benar temanku. Jalan secara perlahan-lahan supaya tidak ketahuan sama Boy pas dekat tembok rumahnya aku ke dengaran suara obrolan Boy entah itu Rita atau bukan.

"Hallo kamu sedang apa?" ucap Boy dengan nada bicara sangat bahagia obrol dengannya.

"Oh gitu, tenang saja Rita enggak ada di sini, jadi kamu harus tenang enggak bakal ketahua bahwa kita ada hubungan." ucap Boy menyakinkan kepadanya bahwa enggak ketahuan sama Rita.

"Dugaanku benar sekali dia enggak benar-benar tulus mencintai Rita, tanpa menunggu lama aku akan labak si Boy dengan mengikuti sandiwara," ucap dalam hatiku.

"Hallo Boy sedang apa?" tanya Frendy dengan senyum terpaksa.

"Heh ada Frendy ngapain disini?" tanya Boy dengan sikap gelisah banget.

"Mau ketemu sama orang tuamu ya ketemu sama kamulah," ujar Frendy sambi senyum terpaksa supaya tidak mencurigai bahwa aku mendengarkan obrolan sama perempuan lain.

"Ouh gitu, lalu ketemu sama aku apa ya?" ucap Boy senyum juga.

"Mau tanya mengenai Rita sekarang lagi dimana?" tanya Frendy memancing Boy apakah emosi atau sebaliknya.

"Oh Rita sekarang lagi di rumah neneknya di Bandung," ujar Boy menjawab dengan jujur, tenang.

"Ouh gitu okey makasih ya sudah diberitahu." ucap Frendy.

"Ya sama-sama Frendy," ucap Boy dengan bermuka dua.

Lalu aku meninggalkan rumahnya Boy, dengan sedikit kecewa sama dia sudah menyakiti harinya temanku. Walaupun ia enggak ada di Jakarta sedang main ke rumah neneknya di Bandung. Hanya saja aku enggak bisa beritahu ke Rita mengenai perselingkuhan Boy sama perempuan lain. Demi jaga perasaan Rita.

Selama perjalanan menuju ke Rumah Firdaus, pikiranku kemana-mana takut dia sakit hati kalau melihat kelakuan pacarnya sudah selingkuh dengan perempuan. Padahal aku ingin pukul si Boy. Namun, ada orang tuanya di rumahnya jadi enggak melakukan pukulan. Takut orang tuanya melaporkan aku ke pihak berwajib, untuk mengatasi hal tersebut aku memutuskan urung melakukan pukul si Boy.

Sampai menunggu waktu yang tepat, dan memastikan bahwa Rita percaya bahwa aku ngomongnya dengan jujur mengenai pacarnya. Kali ini aku benar-benar kecewa terhadap perilaku bermuka dua si Boy tapi entah kenapa Rita sangat percaya sama pacarnya. Apa benar temanku ini sudah sayang banget sama si Boy yang bermuka dua.

Ya sudah sekarang waktunya pulang dulu untuk menenangkan pikiranku terhadap sikap yang sebenarnya tentang si Boy, Aku sama sekali tidak bermaksud untuk menjelekan-jelekan Si Boy. Kuinginkan hanyalah mereka berdua saling cinta tanpa ada menyakiti hati yang kalian cintai satu sama lain.

Pasti Allah akan membantu mencari jalan keluarnya seperti apa, memang aku enggak bisa menyelesaikan permasalahan temanku. Jangan sampai Rita tahu bahwa Boy sudah berkhianat sekaligus menyakiti hatinya, aku harus ada disampai selepas ia sudah berada di Jakarta lagi.

Selama berminggu-minggu akhirnya bisa bertemu sama Rita tapi untuk masalah yang kemarin jangan di ceritakan kepadanya, takut nanti sakit hati setelah diberitahu tentang kelakuan pacarnya pas tidak ada Rita. Aku akan berkerja sama Firdaus menjaga Rita. Kalau dia ingin liburan kemana kita berdua siap hadir disampingnya supaya pas Boy berjalan berdua sama perempuan lain kita sebagai temannya akan siap melindungi kalau Boy bersikap kasar, dan toxic sampai kekasihnya sendiri.

Hati perempuan jangan kau sakiti hatinya

Saharusnya sebagai sepasang kekasih jangan menutupi

Kebohongan tidak sesuai dengan hatinya sendiri.

Siguiente capítulo