webnovel

Si Tampan Arthur

Semua stasiun televisi lokal dan swasta mulai menyiarkan kedatangan Kalista di Singapura. Kalista sangat terkenal di dunia hiburan bahkan namanya yang melambung tinggi hanya Arthur saja tak tau itu.

Diki terkejut saat melihat Arthur di televisi. Sekarang, sahabatnya Arthur begitu terkenal. Pesonanya memikat seluruh masyarakat dalam dan luar negri. Ketampanannya juga banyak memikat hati para penonton.

Arthur benar-benar jadi bahan gosip, seluruh stasiun tv. Banyak wartawan yang sengaja datang ingin mewawancarainya. Tim khusus tak bisa mengizinkan para wartawan sebelum mendapatkan izin dari yang bersangkutan. Mereka hanya bisa menghalangi mereka untuk tak masuk karena, itu juga membuat keributan di sekitar Hotel. Para wartawan itu begitu memaksa ingin masuk ke dalam hotel.

Sedari tadi Vito terus menelpon Kalista. Namun, Kalista tak mengangkat telpon itu. Kalista dan Arthur sudah tertidur karna, sudah bertempur di ranjang tadi membuat mereka berdua kelelahan.

Suara telpon itu terus berdering membangunkan Kalista yang masih polos dan juga Arthur masih mengunakan selimut untuk menutupi keduanya. Dengan mata yang berat. Kalista meraba-raba ponsel yang dari tadi berdering dengan tangan kirinya.

Setelah didapatnya ponsel itu dari meja tempat ponsel itu berada. Kalista mengangkat telpon itu.

"Hallo," jawab Kalista masih dengan mata tertutup.

"Cepat ke lobi hotel sekarang! Wartawan sudah berkumpul disini," ucap Vito sambil berteriak agak kencang karena, suara para wartawan sangat berisik di Lobi Hotel tempat mereka menginap.

"Mereka mau apa?" tanya Kalista setengah sadar.

"Mereka ingin tau, tentang Arthur. Kalau kalian tak turun ke Lobi sekarang, mereka akan memaksa masuk ke kamar kalian."

"What's." Kalista terkejut dan terbangun seketika

"Bisa bahaya bila wartawan itu sampai sini. Arthur akan menjadi sasaran empuk para wartawan itu dan semua rahasianya akan terbongkar," pikir Kalista sembari memijat-mijat keningnya.

Kalista menggoyangkan tubuh kekar Arthur agar laki-laki itu segera bangun. Namun, laki-laki itu masih tak mau bangun juga.

"Sayang, bangun yuu."

Mata laki-laki itu berat dan sulit sekali untuk terbuka. Ia begitu lelah dengan pertempuran tadi. "Bukannya acaranya masih lama!" serunya sembari merangkul tubuh Kalista dengan mata yang masih tertutup rapat.

"Sayang, kamu harus bangun sekarang karena, kalau tidak wartawan akan datang ke kamar kita," ucap wanita tersebut meniru ucapan Vito.

Arthur membuka matanya sesaat sembari mencium bibir Kalista dan melepaskannya kembali. Laki-laki itu pun beranjak bangun memperlihatkan dadanya yang kekar.

"Sayang, tenanglah," gumannya mengendong tubuh mungil Kalista menuju kamar mandi untuk mandi bersama.

Setelah beberapa saat Arthur dan Kalista pun bersiap untuk turun ke Lobi tempat wartawan itu berkumpul. Arthur dengan sigap menjaga Kalista berdiri di belakangnya.

Wartawan dan media lokal terus memotret Arthur seperti layaknya selebritis. Laki-laki tersebut pun terlihat cuek saat semua memotretnya. Tak butuh waktu lama untuk bisa beradaptasi dengan baik semua rutinitas Kalista yang seorang publik figur.

Arthur berdiri di belakang Kalista yang sudah ada duduk dikursi yang telah disediakan pihak Hotel untuk acara wawancara jumpa fans. Sebuah acara dadakan yang tejadi tanpa ada persiapan namun, semua harus siap.

Kalista menjelaskan kalau Arthur bodyguard yang baru bersama Vito. Karna, Kalista beralasan untuk lebih meningkatkan keamanannya karena, wanita itu semakin terkenal dan banyak yang mengincarnya untuk berbuat jahat padanya.

Para wartawan itu tak begitu saja percaya. Mereka terus bertanya tentang Arthur dan mendesaknya untuk mengatakan yang sebenarnya siapa Arthur yang sebenarnya?

Tim Kalista tak menjawab pertanyaan-pertanyaan dari wartawan itu yang sudah melenceng masuk kehidupan pribadinya. Wanita itu tak suka bila kehidupan pribadinya di ekspos media. Kalista lebih suka membicarakan soal prestasinya jika di banding dengan kisah cintanya yang menjadi rahasia ruang pribadinya diluar rutinitas yang seorang publik figur.

Diki begitu terkejut melihat Arthur sudah bersama Kalista. Diki semakin bingung sendiri, bagaimana bisa? Pertanyaan itu terus terngiang di telinganya. Namun, disisi lain laki-laki itu tenang bila Arthur bersama Kalista. Setidaknya hidup Arthur tak akan kekurangan.

Berita tentang Arthur kini sudah sampai ke pelosok Desa. Mereka percaya kalau Arthur jadi bodyguard orang terkenal seperti Kalista. Mereka begitu bahagia melihat Arthur bisa bangkit dari keterpurukan.

Wartawan-wartawan itu terus mengikuti Kalista dan Tim. Mereka belum mendapatkan jawaban yang memuaskan mereka. Kalista sampai harus menjaga sikap agar semua tak mencurigainya.

Untungnya pihak Hotel sudah mau berkerja sama dengan Tim Kalista. Agar mereka tak mengusik privasi Kalista. Pihak Hotel juga melarang para wartawan masuk ke hotel. Semua yang masuk hotel di periksa begitu detail tak boleh membawa kamera atau ponsel. Pihak Hotel tak mau sampai penyewanya merasa terganggu dengan kehadiran para wartawan itu. Walau dengan banyak wartawan itu sekalian promosi terselubung karena, hotelnya pernah di sewa seorang desainer terkenal seperti Kalista.

Mereka tak ingin membuat Kalista dan timnya merasa tak nyaman. Pihak Hotel juga, memeriksa orang-orang yang mencurigakan. pihak Hotel ingin memberikan pelayanan terbaik untuk Kalista dan Timnya.

Wanita itu pun merebahkan dirinya di tempat tidur. Kalista begitu lelah sedari tadi di kejar-kejar wartawan. Kalista tak menyangka, kehadiran Arthur akan berdampak besar dengan reputasinya.

Kalista menerawang lagi Arthur memang tampan. Semua pasti tergoda dengan ketampanannya begitu juga Kalista, yang sudah jatuh cinta dengan Arthur.

Beberapa saat kemudian Arthur datang. Wajah Arthur terlihat lelah dan ia pun duduk di samping Kalista.

Terlihat Kalista sudah tertidur, Arthur tak ingin mengangunya. Arthur melepaskan sepatu hak tinggi yang Kalista kenakan dan menyelimutinya. Kali ini laki-laki itu tak ingin mengganggunya.

Arthur pun masuk kamar mandi. Badannya begitu lengket karena, seharian sampai malam mengikuti Kalista. Berangkat ke satu tempat ke tempat yang lainya. Rencananya hanya dua acara yang harus Kalista datangi menjadi lima acara, semua ingin melihat ketampanan Arthur.

Air dalam shower masih mengguyur tubuhnya yang lelah. Ia tak menyangka kalau semua akan berubah secepat ini. Semua karena, Kalista, Arthur menjadi dikenal orang banyak. benar-benar berubah 380 derajat dari biasa-biasa saja menjadi luar biasa.

Di sela-sela lamunanya, Arthur teringat Diki. Sahabatnya ini pasti khawatir dengannya yang tak sempat ia memberitahunya. Semua terlalu cepat untuknya. Sampai ia lupa dengan Diki sahabatnya.

Arthur sendiri tak menyangka bisa sampai ke Singapura. Ke Ibukota saja laki-laki tersebut belum pernah sekarang ia benar-benar berada di luar negeri. Semua ini seperti mimpi untuknya. Benar-benar seperti keajaiban atau keberuntungan atas hidup Arthur yang dulu kini semuanya berbalik yang tak pernah bisa Arthur bayangkan kenapa ia bisa sampai di sini.

Selesai mandi Kalista masih tidur. Wanita itu begitu lelah sampai begitu nyenyak sedangkan laki-laki tersebut tak bisa memejamkan matanya sama sekali. Laki-laki itu sudah memakai pakaian tidurnya. Ia pun memutuskan untuk melihat keindahan kota Singapura saja pada tengah malam begitu indah dengan cahaya dari lampu-lampu yang membuat kota ini semakin indah. Kota yang tak pernah mati ini menjadi kota paling indah yang Arthur datangi. Kota dengan beragam bahasa dan segala keindahan di malam ini.

Arthur mulai melupakan Karenina, melupakan rasa sakitnya. Hatinya benar-benar sudah tak terasa lagi. Semua karena, Kalista sudah merubah semuanya menjadi lebih baik. Walau dalam hati kecilnya. Rasa sakit ini masih ada jauh di lubuk hatinya. Sampai tanpa di sadarinya ia pun meneteskan air matanya sambil menghisap rokok yang menemaninya malam ini.

Bersambung....

Siguiente capítulo