Pradita terkekeh. "Ah masa? Aku jadi malu. Kayaknya tangan aku ini terlalu keliatan gede ya. Aku pake kardigan aja gitu ya?"
Bara menautkan alisnya tidak setuju. "Kenapa? Emangnya gak panas olahraga pake kardigan? Nanti kamu keringetan loh, Yank. Udah gini aja, udah bagus. Kamu itu dipuji kok malah kayak gitu."
Pradita terkekeh lagi. "Jadi, kamu lagi muji aku gitu?"
Bara mengusap rambut Pradita dan kemudian menyelipkannya ke kupingnya. Sepertinya gadis itu paham dengan gelagat Bara yang sudah mulai mengarah ke sesuatu yang liar. Seandainya Pradita bisa melihat semuanya, kini ada kilatan gairah di mata Bara yang sedang berkobar-kobar dan tidak dapat diredakan oleh apa pun.
"Bara …," ucap Pradita dengan suara yang lembut.
"Ya, Yank." Bara semakin mendekatkan dirinya pada Pradita.
Kini wajah mereka hanya tinggal beberapa sentimeter saja. Bara bisa mencium aroma kamper dari kaus Pradita. Ia kembali mengusap rambut Pradita dan kemudian merengkuh sebelah pipinya.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com