webnovel

kesialan

Violet menatap was-was ke arah samping tepat dimana Aldridge tengah berjalan beriringan dengannya.

ada begitu banyak perasaan aneh yang kini Violet rasakan. selain cemas, ada pula kegelisahan yang entah disebabkan karena apa.

tapi sepertinya, hal serupa tidak dirasakan oleh Aldridge. Pria itu justru terlihat sangat menikmati setiap detik dari petualangannya menyusuri setiap halaman istana Ettheria. bahkan sesekali ia melamban kan langkahnya hanya untuk mengamati lebih lama suatu objek yang begitu memikat kedua iris nya.

"kau masih juga belum membuka suara, ada apa sebenarnya Ratu?"

Violet mengerjapkan matanya beberapa kali, tanpa melihat kearah Aldridge sekalipun, Violet meyakini bahwa Pria itu pasti sedang menatapnya yang hanya memandang kosong jalanan didepan.

"Kita berdua saat ini berada dalam jarak yang cukup dekat, tapi mengapa aku merasa bahwa kau sedang berusaha menjauhkan diri dariku?"

tak ada respon dari Violet, itu juga dikarenakan Violet yang memang enggan untuk menjawab. selain sangat menghindari interaksi antara dirinya dan Aldridge, violet juga bingung harus memberi jawaban seperti apa.

"apakah ini sopan santun mu, Ratu Violet? sayang sekali, tidak kusangka kebanggaan dari kerajaan Ettheria dan barat hanya dapat bersikap seperti ini saja."

"maafkan kelancangan saya yang membuat Raja Aldridge merasa tidak nyaman," sahut Violet dengan mengulas secarik senyum tipis, yang sebenarnya adalah senyum penuh keterpaksaan.

"begitu cepat waktu berjalan, hingga tanpa sadar kata 'Hamba' dalam kamus hidupmu telah tergantikan dengan 'saya', tapi tidak apa, sudah sepantasnya seorang Ratu lebih menjaga harga dirinya."

"apa itu masalah, Raja?"

Aldridge menyeringai, "tentu tidak, Ratu-ku."

jantung Violet berdetak dua kali lebih cepat setelah menangkap ucapan Aldridge di indera pendengaran nya. Violet tak tau harus bereaksi seperti apa, selain hanya bisa memasang tampang bingung setengah tak terima.

"aku yakin kau tidak akan mungkin dapat melupakan begitu saja setiap pertemuan singkat kita. aku harap memang begitu, benarkan?"

"k-kau inginkan apa dariku sebenarnya?"

"sudah ku katakan kan."

"bisakah kau berhenti mengganggu ku, Raja Aldridge? ini sudah sangat kelewatan. aku tau kau adalah sosok yang sangat disegani banyak orang, bahkan oleh ayah dan adikku sekalipun, kekuasaan mu ku kuakui tidak perlu diragukan. dan jika kau mau kau akan mendapatkan apapun yang kau inginkan detik itu juga, tapi! tapi bukan berarti kau dapat berbuat semaumu!" lantang Violet dengan wajah yang sudah berubah menjadi merah padam karena terbakar emosi yang tiba-tiba menyulut dirinya.

"apa aku sudah membuatmu marah, Ratu?" tanya Aldridge dengan tampang biasa.

"cukup! aku sudah muak dengan mu!" Violet sudah hendak mengambil langkah untuk pergi menjauh, namun saat kakinya baru saja akan melangkah, Aldridge menarik paksa lengannya hingga kepala Violet berbenturan dengan dada bidang Aldridge.

"itu saja yang ingin kau katakan Violet?"

"le--lepas aku," lirih Violet yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan lengannya yang sedang di genggam begitu erat oleh Aldridge.

"kalau begitu dengarkan aku, Ratu-ku."

Violet merubah ekspresinya menjadi takut, dari nada bicara Aldridge saja, sudah cukup untuk membuat sekujur tubuh Violet meremang.

"Aku menginginkanmu, tak peduli jika kau sudah memiliki Adam sebagai suamimu. yang akan ku pastikan adalah, kau... akan segera menjadi Ratuku!"

***

Adam sedang berjalan dengan langkah cepat, sambil melirik kiri dan kanannya seolah sedang mencari sesuatu yang baru saja hilang.

ditengah kecepatan langkahnya, lelaki itu juga mengeluarkan gumaman-gumaman dengan nada penuh kekhawatiran. hal itu bisa diperkuat dengan melihat mimik dari Adam sendiri.

Bruakk!!...

"astaga, kau tidak apa-apa lady..." lirih Adam setengah panik saat menatap wanita yang saat ini tersungkur di atas lantai karena baru saja bertabrakan dengannya.

Adam segera memposisikan dirinya untuk berdiri dan mengulurkan tangannya dengan niat untuk membantu wanita di hadapannya berdiri.

"maaf, aku sedang terburu-buru. kau pun juga lain kali lebih hati-hati saat berjalan agar hal seperti ini tidak terulang lagi--- Violet!!?"

Adam berjengit kaget saat dapat melihat lebih jelas wajah dari wanita yang bahkan belum menyambut uluran tangannya tersebut. dan setelah mengetahui siapa wanita yang baru saja ditabraknya, Adam langsung mengambil pergerakan untuk menyentuh kedua bahu Violet dan segera membantu Violet berdiri dengan pelan.

posisi mereka sangat dekat. dengan Adam yang berposisi di samping Violet, dan menyentuh kedua bahu Violet dengan kedua tangannya. Violet sendiri belum mengeluarkan sepatah katapun. wanita itu hanya diam saat Adam menyentuh nya, tidak seperti biasa yang akan langsung menepis begitu saja.

"hey, kau kenapa Violet. tidak biasanya wajah mu murung seperti ini?" tanya Adam saat menyadari raut wajah Violet.

Violet melirik Adam yang berada di sampingnya sekilas, "tidak apa," jawab Violet.

"kau akan kemana? mau ku antar ke kamar?" tanya Adam lagi.

Violet menghentikan langkahnya, yang otomatis membuat Adam ikut berhenti melangkah juga.

"bukannya kau sedang terburu-buru? biar aku saja yang ke kamar sendiri, kau pergilah dan selesaikan urusanmu," kata Violet yang perlahan menyingkirkan tangan Adam dari kedua bahunya. Dan tentu saja tidak sekasar sebelumnya.

"ah itu, itu tidak jadi, aku akan mengantarkan mu ke kamar sekarang."

"kenapa tidak jadi? sudahlah Adam, kau pergilah. jangan hanya karena aku--"

"bukan karena kamu. aku melakukannya karena memang aku ingin melakukannya, kau yang sudahlah mengatur ku Violet."

Violet bungkam.

perkataan Adam dapat membuat perasaannya sedikit tergelitik namun juga terasa kesal. itu layaknya sebuah penghinaan yang bercampur dengan kepedulian.

"kenapa banyak sekali kesialan yang terjadi padaku hari ini," gumam Violet dengan nada jengah yang tertahankan.

"kau bilang apa?" selidik Adam

"tidak ada."

"aku yakin kau tadi menggumamkan sesuatu, katakan padaku Violet."

"tidak ada, ya berarti tidak ada!"

"apa kau menggumamkan sebuah makian untukku? benar itu hah?"

"untuk apa aku sembunyi-sembunyi memaki mu, didepan mu pun akan kulakukan tanpa keraguan," sungut violet.

"oh, begitukah? coba lakukan sekarang."

"aku sedang tidak ingin, berhenti membuat suasana hatiku bertambah suram, aku sangat membutuhkan waktu untuk menenangkan isi pikiranku," balas Violet. keduanya masih melangkah begitu pelan, itu disebabkan karena Violet yang tak bisa berjalan dengan biasa, Violet merasakan Sakit di antara kedua tulang kering nya.

"cih, berada di Ettheria sepertinya membuatmu lebih dapat bertindak semena-mena terhadapku, iyakan."

"berada dimanapun tidak ada bedanya bagiku, kau pikir aku tidak berani memaki mu di istana Barat? berarti kau sudah salah dalam menilai ku, Adam. aku tidak selemah yang kau kira!"

Adam bergeming, yang malah membuat Violet merasa kesal.

"jawab aku, Adam!"

"kau yang tadi bilang agar aku tidak lagi mengganggu suasana hatimu, lalu mengapa kau meneriakiku sekarang? dasar wanita labil."

"kau bilang apa? dasar Kepa*at"

"sstt, kau ini sebenarnya benar seorang bangsawan atau bukan hah!"

"bukan, aku seroang Ratu, Ratu!"

"tidak kuduga, kau memiliki sikap asli seperti ini, Violet."

"kau pikir aku tidak terkejut melihat sikap aslimu juga Adam? dulu saja selalu bertingkah manis sewaktu pertama bertemu, sekarang kau benar-benar seorang brengsek sejati."

"kau sedang mabuk, Violet?"

"diam!"

Adam pun memilih diam sampai akhirnya mereka berdua sampai di kamar mereka. Adam yang telah disibukkan oleh pembicaraan dengan Violet itupun sampai melupakan tujuan awalnya yang hendak mencari sesuatu.

mencari Kevyan lebih tepatnya. niat awalnya adalah mencari Kevyan karena dirasa sudah cukup lama ia tidak melihat keberadaan Kevyan.

***

tebece

Siguiente capítulo