webnovel

BAB 16: Aku Peraturannya

Hello wife!" Darren tersenyum menyeramkan, menurut Calista. Belum sadar sepenuhnya, Darren mendaratkan ciuman dibibir Calista dan memeluknya erat. Calista memukul-mukul dada Darren namun sia-sia karena tenaga suaminya 10 kali lipat lebih kuat darinya.

"Uftt, lepaskan aku!"

Akhirnya, Darren melepaskan pagutannya. Calista memundurkan tubuhnya menjauh dari pria yang berstatus sebagai bos di kantor namun berubah bila sudah dirumah akan menjadi suami mesum.

"Kamu bilang tidak ingin status kita ketahuan suami istri di kantor. Jadi, jangan lupakan itu dan tolong camkan! Aku disini adalah sekretaris kamu." Calista mengelap bibirnya yang sedikit bengkak karena dihisap Darren, suami gilanya.

"Dan, kamu juga lupa kalau aku adalah peraturan. Semua yang terjadi di kantor ini adalah aku peraturannya. Aku bisa melakukan apapun yang kumau kepada siapapun, termasuk kamu." Darren berjalan perlahan dengan langkah tegapnya kembali menuju meja kerjanya.

Calista tidak habis pikir, ada manusia seperti dirinya yang disukai banyak perempuan bahkan menjadi salah satu presdir yang disegani se Asia Pasifik.

"Kalau tidak ada hal PENTING lagi, aku keluar sekarang." Calista merasa percuma berlama-lama didalam ruangan tersebut. Dia ingin segera menghirup oksigen bebas di luar sana. Oksigen didalam ruangan ini begitu sesak menyiksa dan hampir membunuhnya.

"Keluarlah dan hanya datang bila aku panggil." Tanpa menunggu waktu lama lagi, Calista segera keluar ruangan dan membanting pintu sekeras mungkin. Membuat Darren mengernyitkan alis dan mendecih sinis. Sementara diluar ruangan, para karyawan yang mendengar hampir tidak percaya ada yang berani membanting pintu bosnya.

"Andrew, aku rasa belum sehari aku bekerja disini, darah rendahku akan berubah drastis menjadi naik ke ubun-ubun. Huft!" Calista menjatuhkan bokongnya dengan keras ke atas kursi sambil melipat kedua tangannya dibawah dada.

Andrew yang melihat dan mendengarnya hanya bisa terdiam mengatupkan bibir.

"Sudahlah, ini tugas-tugas anda nyonya. Ups maksud saya nona Calista. Pelajari dulu beberapa hal. Kalau ada yang tidak dimengerti, bisa langsung keruangan saya." Andrew meletakkan setumpuk dokumen diatas meja Calista dan meninggalkan dia begitu saja menuju ruangannya.

Begini lebih baik, aku akan bekerja keras hingga lupa dengan apa yang sudah terjadi Batin Calista.

Calista benar-benar bekerja dengan giat. Semua dokumen dipelajarinya dengan cepat. Calista memang termasuk mahasiswa teladan di kampusnya. Ahh seketika dia teringat dengan kuliahnya. Dia mengambil cuti 1 semester padahal sedang mempersiapkan skripsi. Dan, masa cutinya masih akan berakhir 5 bulan lagi.

Waktu terasa berlalu begitu cepat kalau kita menyibukkan diri dengan kegiatan yang membuat lupa. Jam menunjukkan pukul 12 siang yang artinya waktu istirahat.

"Aahhhh pegal juga." Calista mengangkat tinggi kedua tangannya dan mematahkan lehernya ke kiri dan ke kanan. Tidak lupa pinggangnya pun di patahkan kanan kiri sehingga bunyi tulang krekkk krekkkk terdengar lumayan kencang.

Namun, mata Calista seketika melebar. Bos sekaligus suaminya berdiri didalam ruangan dengan membuka tirai jendela sedang memandang dirinya sambil memasukkan kedua tangannya kedalam kantung celananya. Tiba-tiba dia mengarahkan telunjuknya dan menariknya ke arah dalam memanggil Calista masuk. Glekkk! Calista menelan saliva.

"Ada apa lagi sih? Bukannya dia mau makan siang? Atau, mau dipesenin makanan? Ah sudahlah, biar aku tanyakan. Gumam Calista sambil berjalan masuk kedalam ruangan Darren.

Calista mengetuk pintu sebelum masuk.

"Masuk." Suara berat terdengar dari dalam.

Calista masuk kedalam dengan perlahan dan berdiri menempel di pintu.

"Maaf ini jam istirahat. Ada yang bisa saya bantu sebelum saya keluar mencari makan?" Tangan kiri Calista tetap memegang gagang pintu sementara tubuhnya tetap menempel sempurna tidak bergerak sedikitpun.

"Kemarilah. Aku perlu bantuanmu. Tapi sebelumnya, kunci pintu dulu." Darren berdiri dan membuka jasnya.

"Ehhh, kamu mau apa? Jangan macam-macam. Ini kantor!" Jawab Calista awas.

"Apa didalam pikiranmu hanya itu saja?" Darren menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Ya terus untuk apa kamu menyuruhku mengunci pintu?" Calista kesal bukan main disangka berpikiran mesum.

"Cepatlah kunci dan kemari! Jangan cerewet!" Pinta Darren yang kini sudah membuka kancing kemeja atasnya.

Calista mau tidak mau menuruti kemauan suami kontraknya tersebut. Dia pun mengunci pintu dan berjalan mendekat ke arah Darren dengan hati-hati.

Darren kini sudah bertelanjang dada. Postur tubuhnya yang kokoh dengan kulit putih bersih tanpa tato sedikitpun dengan body sixpack membuat Calista tertegun sejenak tak mengedipkan matanya. Inikah tubuh yang selalu berada diatasku setiap malam dan mengajakku berhubungan intim? Mengapa harus mengaku sebagai priatua dan cacat? Gumam Calista.

"Sudah kagumnya? Kamu bukan hanya bisa memandangnya tapi kamu juga bisa menyentuhnya." Darren menarik tangan Calista yang membuat perempuan yang sedang melongo itu memekik karena terkejut tangannya ditarik begitu saja.

Darren membuat Calista duduk dipangkuannya dengan kedua paha Calista mengapit pinggang Darren.

"Bahuku pegal sekali. Tolong pijat dengan kencang." Darren menyandarkan lehernya ke atas kepala kursi hingga lehernya terdongak dan dia pun memejamkan matanya.

"Ckck, memijat tidak harus bertelanjang dada bukan?" Calista memutar kedua bola matanya.

"Sudahlah jangan cerewet." Calista menaikkan bibir sampingnya mengernyit sinis. Rasanya dia ingin mencekik leher kokoh itu agar berkurang kadar keangkuhan dan kenarsisannya.

Sepuluh jari Calista mulai memijat bahu telanjang itu pelan-pelan dan perlahan intensitasnya pun semakin kencang. Saat tangannya menyentuh kedua bahu sang suami sekaligus bosnya, Calista berkali-kali menelan salivanya. Perempuan mana yang tidak akan tergoda dengan penampilan fisik sempurna pria dibawahnya. Namun sayangnya, tidak semua orang tahu sifat yang terbungkus dibalik tubuh sempurnanya.

"Jangan memandangku terlalu lama, nanti kamu tergoda dan tidak akan rela mengakhiri kontrak." Darren tahu kalau dirinya sedang ditatap lamat-lamat oleh perempuan yang duduk diatasnya.

"Cih, aku rasa tingkat kenarsisanmu melebihi seorang pangeran dari negeri dongeng." Calista mencibir sambil menekan terus bahu kekar tersebut.

"Kamu harusnya merasa beruntung karena tidak semua perempuan bisa memegang tubuhku." Kedua mata Darren terbuka perlahan. Dan, iris hijaunya yang cemerlang mampu membius netra hitam Calista untuk menatap lebih lekat dan lama. Kedua mata mereka bertatapan intens namun mata hijau langsung menatap bibir warna coklat yang kontras dengan warna kulit Calista yang putih bersih.

Tangan kiri Darren memegang tengkuk leher Calista dan mendekatkan kepala perempuan yang masih terdiam itu untuk menyatukan bibir mereka. Bibir Calista yang kenyal disesapnya sambil memejamkan mata. Darren begitu menikmati bibir Calista begitupun Calista yang menikmati sentuhan yang diberikan suami kontraknya.

Semakin lama ciuman itu menjadi semakin dalam dan panas. Darren menyusupkan lidahnya kedalam rongga mulut istri kontraknya.

"Euggghhh ....." Calista mendesah tatkala tangan jahil Darren meremas dada lumayan besar dari balik kemejanya.

Darren memegang tengkuk Calista erat hingga perempuan itu tidak bisa memundurkan kepalanya. Kedua tangan Calista meremas bahu Darren hanya sekedar meminta dilonggarkan ciuman panasnya.

"Hah.... hah.... hahhh...." Napas Calista tersengal-sengal dibuatnya.

Darren menatap wajah sayu Calista dengan senyum puas.

"Masih mau lagi?" Tanyanya dengan aura iblis.

Siguiente capítulo