"Kalau itu bukan tidur berjalan lalu apa? jangan katakan Anda berpikir, Theo memiliki kepribadian ganda. Sehingga saat dia tidur, kepribadian lainnya muncul?" mata Oliver berapi-api saat menatap marah pada Hisashi.
"Justru kamu, yang mendapatkan ide adanya kepribadian ganda dalam diri Theo hari ini. Tidak ada yang mengucapkan soal kepribadian ganda sebelumnya kecuali kamu sendiri" Hisashi tak terpicu oleh sulutan emosi Oliver. Beliau justru sangat tenang dan terkontrol.
"Theo. Apa yang kau rasakan sebelum mulai tidur?" kini Hisashi mengalihkan perhatian pada si Pasien.
"Hisashi... bukan kah kau sebelumnya bicara padaku untuk membantu Oliver mengobatiku? tetapi yang ku lihat sekarang justru sebaliknya. Mengapa aku melihatmu kali ini sengaja mempermalukan Oliver di depan keluargaku?" tanya Theodor tegas tak ingin suasana panas semakin berlarut-larut.
"Oh wow. Bagaimana tepatnya aku mempermalukan Oliver?" Hisashi menatap Theo bingung dan beralih menatap Oliver dengan penuh tanda tanya.
"Aku sedang berbicara menurut sudut pandang orang awam. Yang tidak tahu menahu banyak masalah tentang psikologi manusia. Aku minta maaf, jika Oliver merasa begitu"
"tetapi sekali lagi, meski aku orang awam, aku tahu perbedaan tidur sambil berjalan dengan bangun, lalu berjalan" perkataan Hisashi jelas tidak mengarah ke hal ingin menyerang siapa pun.
"Kalau bukan tidur berjalan menurut Anda apa?" Oliver berusaha menekan emosinya.
"Dirinya yang lain. Dirinya yang sesungguhnya. Bagaimana kalau begini?"
"Maksud Anda, Theo yang ada di depan kita semua ini... palsu?"
"mengapa kau selalu mengaitkan dengan sesuatu diluar pemahamanku?" desis Hisashi sedih.
"Itu karena cara bicara Anda terlalu berbelit-belit" kekeh Oliver menggaruk pelipisnya yang tak gatal.
"Hey, kita baru saja melewatkan perjalanan melelahkan. Bisakah kita bersantai sedikit?!" gerutu Bertha merasa tertekan dengan suasana.
"Tidak. Ini tentang kesehatan mental Theo" dua orang yang sedang berseteru mendadak kompak saat menekankan kalimat ini.
"Aku pernah mendengar. Trauma bisa membuat seseorang melupakan masa lalunya. Dan di alam bawah sadar Theo sekarang, masa lalunya ingin kembali"
"Bukan kah lebih baik membiarkan Theodor mengingat seluruh masa lalunya? agar dia bisa menjadi Theodor yang seutuhnya?" ucapan Hisashi mengejutkan Oliver.
"Ku harap Anda sadar dengan apa yang Anda katakan. Tidak semua peristiwa penyebab trauma, harus diingat Pasien. Beberapa orang memilih membuang semua ingatan pahit pada masa lalu, seumur hidupnya" Oliver tidak sependapat. Bahkan dia berhenti sejenak untuk memikirkan apa selanjutnya yang ingin dia katakan.
"Jika terlalu menyakitkan, untuk apa diingat? pasti ada alasan mengapa Pasien melupakan masa lalunya"
Pendapat Oliver terdengar sangat memerhatikan kepentingan Theodor. Di telinga Hisashi mengapa terasa seperti baik hanya di permukaan? dia semakin meningkatkan kewaspadaan terhadap Oliver.
"Oliver Kelz... untuk apa berdebat? semuanya terserah pada si pasien itu sendiri. Dia yang paling berhak dalam hal ini untuk, memutuskan harus mengingat masa lalu semenyakitkan apa pun itu atau, justru membiarkan masa lalunya terkubur sampai dibawa ke dalam kubur"
"Theodor. Aku hanya bisa mendukungmu sejauh ini. Jadi terserah padamu. Toh ingat atau pun tidak, orang-orang pada masa lalumu akan selalu datang mengejarmu. Dan lagi, ingat atau pun tidak, nyawamu dipertaruhkan juga" Hisashi tajam memberi pemahaman penting ini.
"Satu hal lagi, kalau boleh ku beri sedikit saran. Lebih baik mengingat masa lalu. Walau pun kita tahu akan sangat menyakitkan, paling tidak ingatan masa lalu kita bisa membantu mengenali siapa musuh, atau teman kita" tambahnya sambil menepuk prihatin bahu Theodor.
"Musuh atau teman? Mr. Hisashi, masa lalu Theo baik diingat atau tidak, saya rasa tidak ada pengaruhnya dalam kehidupan Theodor saat ini. Keluarga kandungnya telah lama meninggal. Yang tersisa di sini adalah masa kini. Tidak ada bahaya di hidupnya sekarang karena mereka lah, orang tua Theodor sekarang" Oliver menunjuk Ayah dan Ibu angkat saudaranya.
"Kau tidak tahu apa yang selama ini kualami, atau pura-pura tidak tahu Oliver... Kelz?" entah mengapa Theodor terprovokasi dengan ucapan terakhir Oliver.
"Apa?" Oliver menatap penuh perhatian Theodor.
"Kau yang selalu mendampingiku pada masa tersulitku daripada Mom dan Dad. Bagaimana bisa kau menganggap enteng apa yang aku alami? masalahku tidak akan selesai hanya karena aku telah mengganti orang tuaku" geram Theodor frustrasi.
"Aku ketakutan setengah mati melihat kejadian mengerikan saat aku mulai tertidur, tanpa tahu bagaimana awalnya kejadian yang sesungguhnya, hingga akhirnya menjadi sebuah tragedi" keluh Theodor sambil mengacak-acak rambutnya hingga kusut.
"Jadi, apa yang kau mau? sebutkan sejelas mungkin. Agar kami bisa kompak dalam bekerja sama" Hisashi mencoba menenangkan Theo dengan mengeratkan jemarinya pada bahu pemuda tersebut.
"dahulu aku bisa melarikan diri. tetapi sekarang tidak mungkin. Biarkankan aku menemukan masa lalu ku. Apa kau bisa membantuku?" sahut Theodor harap-harap cemas sambil menatap sendu mata Oliver.
Oliver menghela napas panjang dan menghembuskan dengan kasar. Dia terlihat teramat sangat tertekan.
"Theodor. Aku pernah mencoba melakukan itu sebelumnya. tetapi kau hampir kehilangan nyawamu karena pasokan oksigen dalam otakmu mulai berkurang drastis. Kau ingat pernah bermimpi dicekik seseorang?" Oliver menceritakan pengalamannya selama menangani Theo. Wajahnya semakin pucat seolah dia adalah manusia yang tidak pernah terpapar matahari.
"Sedikit saja ingatanmu kembali, reaksi dalam tubuhmu sangat ekstrem. Karena itu aku hanya bisa membantumu dengan tidak memaksakan ingatanmu kembali" keluh Oliver tak berdaya.
"Kalau hanya itu masalahnya, dengan keberadaanku masalah kalian dapat terselesaikan" tambah Hisashi tersenyum percaya diri.
"Apa yang sedang dibicarakannya?" Oliver bertanya ragu pada Theodor yang hanya diam terpaku dengan wajah lesu.
"Tentu saja kau tidak bisa memahami kasus Theodor sepenuhnya. Itu sebabnya pengobatanmu mengalami kendala dan pada akhirnya kau harus menerima hasil yang kurang memuaskan" Kenatt menimpali.
"Aku tidak paham dan beliau lebih paham?" gerutu Oliver merasa profesinya benar-banar sedang dianggap sebelah mata.
"Untuk masalah psikologis kau ahlinya. tetapi masalah supranatural dia ahlinya. Kami sudah lama bekerja sama sebelum menangani kasus Theodor" Kenatt meluruskan kesalahpahaman.
"Cukup" Oliver berdiri lalu menyapukan pandangan ke arah kedua orang tua Theodor dan Theo sendiri.
"Apa kalian seputus asa itu? mencampur adukkan masalah medis dengan takhayul? ayolah, ada apa dengan kalian?" protes Oliver tak habis pikir.
"Masalahnya tidak sesederhana itu Oliver. Kalau ini hanya berkaitan dengan medis Theo sudah sembuh dari dahulu" Ayah Theo mencoba menyampaikan pemikirannya.
"Secara tidak langsung Paman berpikir aku tidak becus bekerja? itu mengapa kalian memanggil mereka?" Oliver menggebrak meja.
Selama ini Oliver dikenal sangat kalem dan begitu lembut. Jadi tindakannya kali ini sangat mengejutkan keluarga Theo.
"Aku tidak akan marah jika kalian memilih Psikolog lain. tetapi kalian justru, memanggil orang ini!" teriak Oliver sambil menuding Hisashi tanpa rasa hormat.
Raut wajah Oliver yang penuh emosi dengan cepat berubah menjadi kesakitan sekaligus panik. Mendadak jari telunjuk yang digunakannya untuk menuding Hisashi terasa sakit sekaligus panas. Berbaur menjadi satu.
"Aaaaaa" erang Oliver. Tangan yang lain digunakan untuk membungkus jari telunjuknya yang terasa sakit.
"Kalau kau panggil Dokter umum sekarang, dia juga pasti tidak akan mampu menjelaskan fenomena ini. tetapi jika kau, meminta bantuanku, aku akan membantumu dengan senang hati" ucap Hisashi miris.
"Sejak kapan dia mengikutimu?" Lucas mundur teratur sambil memerhatikan genggaman tangan Oliver.
"Anak itu berdiri di depan rumah tadi, dan entah mengapa dia masuk ke dalam bersama Oliver" Hisashi memerhatikan hantu anak kecil berumur delapan tahun yang masih belum rela melepaskan gigitannya pada telunjuk Oliver.
"Oliver. Dokter tidak bisa melihat fenomena supranatural disekitar Pasiennya. tetapi aku bisa. Kau masih tidak mau bekerja sama dengan Hisashi?" kata Lucas panik membuat Oliver ikut panik dibuatnya.
"Jangan mengada-ada" geram Oliver berusaha tidak berteriak lebih keras lagi karena rasa sakitnya semakin memburuk tiap detiknya.
"Well, kalau begitu nikmatilah gigitan anak kecil itu selama yang kau mau" sinis Lucas tak peduli lagi.
"Kau bilang apa?!" pekik Oliver menahan mulutnya agar tidak meluncurkan makian pada Lucas.
"Aku? baru saja aku melihat seorang hantu anak kecil menggigit telunjukmu yang lancang itu" Lucas mengabarkan hal mengerikan dengan nada sesantai mungkin.