webnovel

chapter 3: Ron the scroundel kid

hari demi hari Ron pergi keluar untuk berburu dan mengumpulkan pundi pundi kekayaannya, mulai dari berburu dan merampok dari gangster kecil menjarah uang mereka dan pergi menyimpan nya di sebuah gua dekat air terjun "gasyahhhhhhh.... " deruman air terjun.

ia bahkan tidak lupa untuk pergi latihan membangun pondasi nya untuk pergi ke samdura yang luas.

hari demi hari dilewati, bulan ketemu bulan baru, tahun ketemu tahun baru, tidak terasa sudah 3 tahun ia sekarang berusia 13 tahun, rutinitas ia berburu dan menjarah ia dikenal sebagai Ron the secroundel kid.

para bandit gunung dan gangster mulai menaruh perhatian nya ke Ron wolf. Ron wolf berusia 13 tahun ia tiap hari melakukan kegiatan berburu, ketika pulang ia membawa hasil buruannya seperti babi hutan, atau rusa.

...'rainy'...

"waduh sekarang sedang hujan" Ron berteduh di sebuah celah pohon besar, berharap cepat berhenti hujannya.

didalam log house Anna melihat keluar jendela sambil melihat hujan "hari ini terasa sangat lama, kenapa ya Ron bisa tumbuh 165 cm? padahal tinggi ku aja baru 140cm" ujar anna memasang wajah cemberut.

'tesss... tes.... gyuuurrrrr' suara gemuruh hujan berdesir dengan kencang, menerpa log house panti asuhan ini. anna seorang diri melihat hujan dibalik jendela, Ron pergi berburu dan oyaji entah kemana pergi

nya.

dari jendela anna melihat sekumpulan orang mengenakan jas hujan menuju rumahnya ia pun melihat dari kejauhan, sang oyaji aka jon weiss berada disamping seseorang ia terlihat sedang memegang payung dan disebelah nya nampak seorang yang gendut sama dengan jon weiss ia bernama capone bege, vito, dan gotti.

yup itulah pirate fire tank yang dipimpin oleh capone begebege namun sekarang ia barulah seorang gangster biasa.

'perasaanku tidak enak' pikir anna.

'brakkk' suara pintu terdobrak.

"anna kemari sambut tuan capone bege" ujar jon weiss dengan nada keras ia memanggil anna kemari.

"selamatttt...pagggiiiii...tuan capone bege" anna membungkuk dengan sedikit gemeteran, ia merasa takut. setelah itu ia bergegas pergi setelah menyapa sangat capone bege.

namun ia dipegang tangannya oleh jon weiss

"jangan kemana mana anna, tetap disini".

" tuan capone bege, ini produk yang kuhasilkan selama beberapa tahun ini, walau kelihatan masih muda ia berbakat dalam memasak dan melakukan tugas housekeeping dengan kata lain dia bisa menjadi maid. kuyakini ia akan berguna.... sekiranya saya akan mendapatkan berapa? " ujar jon weiss

"hmmm.... menurut ku produk ini 2.5 juta berry" ujar vito.

"tidak bisa kah ditambah 500 ribu berry? " tawar jon weiss. sambil mengusap tangannya.

"tidak itu sudah harga yang pas" ujar vito dengan nada tegas dia sambil mengamati Anna.

"hmmmm baiklah ambilah" ujar jon

'heh.... apa yang terjadi? aku dijual? terus bagaimana dengan ron' pikir anna, ia takut akan dijual menjadi seorang pelacur ataupun ia akan berpisah dengan Ron.

"ohhhh iya seharusnya masih ada 1 sisa produk yang bagus ia sangat kuat dan muda namun dia sangat liar, untuk saat ini dia sedang pergi berburu" ujar jon weiss.

"siapa namanya? " ujar gotti.

"namanya Ron, Ron wolf".

" nani?!?? Ron wolf, bukan kah dia yang mencuri uang dari kelompotan kita tempo hari lalu? " gotti tidak percaya akan bertemu dengan Ron. ia membisikkan ke boss Capone bege.

"boss kita ketemu orang yang menjarah uang kita, kuyakin dia menyimpan banyak sekali uang ". ujar votti.

" hemmm..... dasar anak kecil beraninya dia mengambil uang kita, nah oyaji kapan kita bisa mengambil anak itu? " tanya capone bege.

"ahhhh .... sebenarnya jam segini dia sudah kembali, namun karena hujan mungkin dia berteduh disekitar hutan " ujar oyaji.

didepan perapian bege berdiri sambil menjukurkan kedua tangan nya di dekat perapian guna menghangatkan tubuhnya "krtakk.... krrkkk" bunyi api membara.

"hmm.... aku merasa hawa tidak enak saat ini" guman bege, posisi saat ini gotti dan gotti sedang terlelap tidur dan anak buah nya sedang berada di meja makan sambil bermain poker.

Anna yang duduk Deket meja, ia berharap ia bisa pergi dari sini bersama dengan Ron pergi berpetualang.

Siguiente capítulo