Nadira masuk ke rumah dengan perasaan tak karuan. Angkasa tidak ia tawari untuk mampir atau apapun itu. Gadis itu hanya berterima kasih pada Angkasa dengan kalimat baku dan segera masuk dan menutup pagarnya begitu saja. Sementara Angkasa hanya bisa diam tanpa mau menjelaskan satu kata apapun saat mereka dalam perjalanan tadi, hanya sunyi yang mereka dapati saat menikmati perjalanan. Lelaki itu hanya terdiam sebentar sembari mengamati sosok Nadira dari celah pagar yang menghilang di dalam rumahnya.
Untung sekali, Meisya sedang tidur siang di kamarnya. Sementara Pradipta dan Rendra sedang pergi bermain bilyard di tempat mereka biasa melakukan itu.
Gadis berambut lurus itu melepas kerudungnya dengan asal kemudian segera tengkurap memeluk guling di kasurnya. Air matanya tidak bisa ia tahan lagi sejak tadi. Tetesan-tetesan air mata itu kini membasahi kedua pipinya beserta guling yang ia peluk untuk menahan dagu. Tanpa suara, Nadira menangis dalam diam.
Sakit, namun tak berdarah.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com