Davira menarik napasnya dalam-dalam. Perlahan tubuhnya berputar untuk menatap gadis yang ada di depannya sekarang ini. Davira tak menyangka jikalau Naila adalah si gadis bernasib buruk mirip dengannya. Ah, tidak. Semesta lebih kejam pada gadis baik ini. Tatapan itu sangat polos. Ekspresi wajahnya murni tanpa ada dendam dan amarah seperti kala ia berusia sama dengan Naila. Davira terlalu banyak mengeluh kala itu. Meminta banyak hal pada semesta tanpa mau memberi hal baik dengan menyanjung agungnya Sang Kuasa. Davira banyak belajar dari orang-orang yang ia temui dewasa ini. Hidup tak pernah benar bahagia. Semua akan jatuh pada waktunya, bangkit kemudian lalu kembali berputar untuk menjemput takdirnya sesuai dengan alur yang sudah digariskan oleh semesta, Davira kini paham akal hal itu.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com