"Jadi lo memutuskan untuk menyembunyikan dari Davina?" Pertanyaan yang sama kembali menghujani gadis cantik bermata bulat yang kini fokus menatap balok kecil es batu yang memenuhi separuh ruang di dalam gelas besar di depannya.
Davira mengangguk samar. Lirih mengerang untuk merespon kalimat dari gadis yang ada di sisinya tanpa mau mengubah sorot lensa pekat nan indah miliknya saat ini. Bukan mengabaikan gadis yang ditemuinya kala ia ingin datang menyambangi kamar mandi selepas bel istirahat panjang nyaring berbunyi. Mengubah arah tujuan selepas menyelesaikan urusan pribadinya di dalam kamar mandi sekolah dan berakhir dengan duduk berbincang ringan di dalam kantin sekolah, namun Davira sedikit malas. Sebab dalam pundaknya beban terus saja bertambah tanpa mau berkurang sedikitpun.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com