webnovel

55 - Frost Mankind VII

Di dalam ruang kerja Calvin Reccon, di mansion tanah pribadi milik Reccon di Jerman.

Meski sudah disuruh untuk pergi, Kelly tidak meninggalkan ruang kerja papanya yang terlihat tidak terlalu sibuk. Kelly tahu keadaan papanya yang benar-benar sibuk, yaitu di saat Kelly sampai tak bisa berbicara padanya. Namun, Kelly begitu yakin bahwa papanya memiliki waktu meski hanya beberapa detik untuknya. Dilihat dari keyakinannya itu, rasanya berbanding terbalik karena Kelly tidak mengatakan apapun. Hatinya gusar untuk memulainya, tapi makin sia-sia jika dia tidak mengatakan apapun.

"Kelly benar-benar minta maaf, Pa. Benda itu-padahal baru saja diberikan kepada Kelly..."

Calvin sebenarnya sedang mengotak-atik komputer meja di ruang kerjanya. Dan saat dia menikmati hari liburnya, yang Kelly tidak tahu kalau sebenarnya dia sedang tidak bekerja, dia didatangi dan diberikan sebuah perangkat yang rusak. Ini yang dimaksud Alicia dengan tukang servis ponsel murah itu. Calvin berniat akan mengurusnya nanti, lebih tepatnya setelah dia makan malam. Dan Kelly tidak keluar-keluar dari ruangan ini, dengan wajah yang murung namun dingin.

Bukan untuk mengabaikan, Calvin sendiri juga bingung dengan tingkah putrinya ini sehingga dia mengotak-atik pemograman komputernya. Tentu saja, dia terus mengawasi Kelly dengan deteksinya.

"Ah... soal itu." Ternyata tentang benda itu. Calvin tidak marah ataupun kesal karena rusaknya benda itu, toh dia bisa memperbaiki luar dalamnya sendiri. Dan Calvin lebih merasa tidak peduli dengan benda itu selama apa yang baginya lebih prioritas bukanlah benda itu.

Setidaknya begitu...

"Alicia sudah memberitahuku semuanya. Setidaknya kalian tidak apa-apa di Paris." Katanya lembut. "Jangan kau pikirkan. Ini hanya sebuah benda, Sayang. Aku bisa mencarikan benda lain untukmu bekerja besok, jadi tidak perlu khawatir."

"..."

Kelly tidak berkata apa-apa. Calvin makin bingung. Sial, kalau tidak ada Alicia, dia kurang bisa memahami anak-anak.

"Apa kau merasa menyesal karena merusaknya?"

Calvin harus ingat sebuah tanggung jawab anaknya akan benda itu. Hal kecil harus diperhatikan.

"Iya, Pa..."

"Karena kau lalai saat berjalan?"

Kalau dipikir-pikir, Kelly memang salah sendiri karena perilakunya yang seperti itu. Tapi, ada sisi baiknya karena Alicia bisa memanfaatkannya untuk sesuatu.

Itu konyol! Calvin lupa kalau dia harus bersikap seperti seorang ayah.

"Iya, Pa... dan, mama mengatakan sesuatu."

"Apa itu?"

"Katanya, aku seperti es krim."

"Oh..." Calvin sepertinya langsung bisa memahaminya.

Dia kurang tahu kalau hal kecil ini begitu diperlukan. Apalagi Alicia sengaja memberitahunya tentang misi dan apa saja yang terjadi hingga putrinya meminta maaf, lalu selesai. Alicia tidak mengatakan apapun tentang es krim itu, dan Calvin tak bertanya soal itu. Pantas saja istrinya langsung terlihat sinis padanya sebelum pergi untuk menyiapkan makan malam.

Calvin menghentikan aktivitasnya sekarang, mematikan komputernya dan bangkit berdiri dari kursi kerjanya.

"Aku ingin bertanya padamu satu hal, Kelly." Katanya sambil berjalan memutari meja.

"Apa itu, Pa?"

"Apakah kau benar-benar menyesali saat kau meminta maaf kepada pria itu dan anaknya? Seperti kau meminta maaf padaku tadi?"

"Ah... apa maksudnya?"

"Kurasa tidak." Calvin kini sudah di depan hadapan putrinya. Dan dia melihat penuh dengan ketelitian pada wajah putrinya yang kebingungan.

Perasaan manusia itu memang rumit, apalagi yang diwujudkan pada ekspresi wajah manusia. Bukan hal yang mudah baginya juga untuk membaca itu, tapi dia tahu bahwa Kelly memiliki penyesalan (kepadanya, tentu saja), bingung, tapi juga memiliki kesan kesal dan tidak peduli (bukan kepadanya).

Seharusnya ini cukup, tapi sepertinya tidak.

"Kemarilah, ikuti aku." Kata Calvin. Dia berjalan keluar ruang kerjanya dan berjalan ke sepengujung lorong di depan ruang itu.

"Orang-orang kaya sangat suka menghiasi rumah sebesar ini dengan cermin di mana-mana. Menurutku, itu sangat merepotkan. Tapi sepertinya berguna sekarang daripada membawamu ke kamar untuk bercermin langsung."

"Cermin? Untuk apa, Pa?"

"Bercermin, Sayang. Kita sangat beruntung memiliki kakekku, mamaku, dan Alicia di rumah. Tak akan ada banyak cermin di segala tempat!"

"Apa kau membenci cermin?"

"Tidak. Aku bahkan tidak peduli." Tapi meresahkan keberadaannya.

Sampailah mereka di suatu sisi lorong tersebut, yang berisikan kursi malas dan meja hias dengan cermin menempel pada dinding.

"Kemarilah, Kelly." Kata Calvin, lalu menarik putrinya untuk menghadap ke cermin.

Kelly melihat dirinya di sana, terlihat seperti dirinya yang selalu dipuji cantik oleh semua orang yang dia kenal. Dan papanya berdiri di belakangnya sambil memegangi kedua pundaknya.

"Coba kau lihat dirimu di cermin itu, apa yang kau lihat?" tanya Calvin.

"Kelly yang cantik." Jawab Kelly polos.

Ya, jawabannya tak salah juga, sih.

"Bukan itu maksudku, Kelly." Calvin memendekan tubuhnya agar wajahnya sejajar dengan wajah Kelly. "Coba kau lihat lebih teliti lagi, apa bedanya wajahmu dan wajahku."

Ya, mereka hampir terlihat mirip, tak lepas dari jenis kelamin mereka. Kelly seperti versi perempuannya Calvin. Hal itu terlihat dari warna rambutnya yang sama, tulang wajah, warna mata yang bercahaya biru seperti lautan terpapar sinar matahari. Hanya saja, kulit Calvin sedikit lebih gelap karena lebih sering aktivitas di lapangan.

"Er..." Kelly mencoba mengamati... "Papa seperti sedikit lebih gelap, tapi mata papa tampak lebih terang dan bercahaya."

"Ya, lalu?"

Kelly menatap dirinya sendiri. Dia menyadari bahwa matanya tampak berbeda dari papanya meski sebenarnya serupa.

"Entah mengapa Kelly terlihat berbeda, Pa."

"Ya, kau ternyata masih peka untuk hal detail seperti itu. Bagus sekali." Kata Calvin sambil membelai kepala putrinya. Lalu dia menjelaskan,

"Kau tahu, mamamu sangat suka memakai kata-kata kiasan terkadang. Dan ketika dia mengataimu seperti es krim, seperti inilah tampaknya. Kau bisa melihat dari wajahku atau wajahmu yang terlihat berbeda bukan?"

"Papa terlihat lebih hangat."

"Yang dimaksudkan mamamu adalah untuk tidak pernah melupakan hal ini, sesuatu yang penting bagimu dan orang-orang di sekitarmu. Kau terlihat hangat sekarang, tapi aku tidak yakin bahwa kau terlihat begitu dengan pria itu. Kelly, maksud dari es krim itu adalah sifat dinginmu ke orang yang tidak kau kenal dan tak pedulikan. Kau memang jarang berinteraksi dengan banyak orang sehingga kurang belajar dari ini, akibatnya kau kurang bisa memahami situasi nyata di sekitarmu. Itu bukan hal yang diharapkan mamamu darimu. Kau memang boleh bertingkah dingin kepada orang-orang yang kau benci, tapi tidak dengan orang-orang yang tak kau kenal sekalipun."

"Kelly tidak mengerti."

"Itu wajar. Tapi apa kau tahu? Kau terlihat jelek kalau terlihat dingin seperti itu. Aku yakin orang-orang akan mengira kau jelek."

Wajah Kelly langsung merona.

"Ah... Papa! Kelly tahu kalau Kelly cantik."

"Makanya, sering-seringlah tersenyum manis yaa... Dan kau harus tetap sadar dengan lingkungan sekitarmu."

Kelly masih tidak mengerti sama sekali.

"Ah, apa yang kalian lakukan di situ?" tiba-tiba Alicia muncul. Dia menatapi tingkah suami dan anaknya yang bercermin dengan wajah yang saling menempel.

Alicia pikir, mereka pasti membandingan perbedaan wajah mereka yang sebenarnya sangat mirip. Benar-benar menggemaskan.

"Aku menyadari bahwa Kelly memiliki paras yang sangat cantik, seperti mamanya." Jawab Calvin.

Kelly yang masih merona tersenyum malu mendengarnya, tapi tidak dengan Alicia yang sudah terbiasa sifat genit suaminya.

"Tentu saja, karena dia anakku." Kata Alicia sedikit sombong. "Ngomong-ngomong, makan malam sudah siap."

"Yeay!" teriak Kelly senang. Dia kelepasan setelah hatinya dibuat berbunga-bunga.

"Kelly, bisakah kau pergi ke ruang makan sendiri dulu? Ada hal yang harus mama katakan pada papamu sebentar."

"Siap, Ma. Take your time... dan jangan lama-lama."

"Hanya sepuluh menit."

Kelly meninggalkan kedua orang tuanya sendiri di tempat itu dengan berjalan riang seperti anak kecil. Meski suasana hatinya sedang kusut, suasana hatinya cepat berubah ketika dia dibilang begitu cantik apalagi secantik mamanya. Kelly sangat mengidolakan kecantikan mamanya sendiri, dan dia merasa bangga bahwa dia juga bisa secantik itu.

Duh, anak itu memang...

Alicia tak habis pikir, Kelly yang masih remaja itu pun akan tumbuh nantinya.

Kembali lagi dengan urusannya dengan suaminya, Alicia tidak mengatakan apa-apa. Dia melihat suaminya yang tersenyum melihat tingkah putri mereka. Dan karena sebaiknya mereka pergi ke tempat yang lebih privasi untuk membicarakan sesuatu, Alicia mulai berjalan melewatinya. Satu langkah panjang yang diambil untuk langkah berikutnya saat melewati tubuh suaminya, Alicia menyeringai saat dia merasakannya. Dia berkata sambil terus berjalan,

"Well, well, well... sekarang kau yang seperti es krim, Calvin. Dan kebetulan sekali, jadwal selanjutnya adalah..."

.

Bab 55

Frost Mankind VII (End)

Siguiente capítulo