Yanti dan Giyanti hanya mengangguk patuh, dan bergegas masuk ke dalam rumah, Rudi yang tertinggal dibawah sedikit menggelengkan kepalanya dan ikut membersihkan dirinya
Ketika Yanti dan Giyanti masuk ke dalam rumah, di dalam rumah keluarganya, sedang menyiapkan makan siang sederhana untuk mereka, dengan berbekal tiwul, sambal, ikan asin, lalapan, dan ubi rebus
Sederhana namun membangkitkan selera makan, seolah rasa takut dan cemas yang menghampiri keduanya sirna, oleh makanan yang telah disediakan di depan mereka
Duduk dengan tenang, dan menunggu untuk dimulai ya makan siang bersama, setelah beberapa saat semua anggoa keluarga berkumpul acara makan siang yang penuh hangat pun dimulai
Suasana dalam keluarga itu begitu hangat, ada canda dan tawa yang sesekali menyelingi obrolan saat makan, hingga makan siang itu selesai, Yanti dan Giyanti bertugas untuk membersihkan piring dan mencucinya
Dengan bimbingan, dari mas mereka Sugi, mereka meunuju belakang rumah lewat pintu dapur, yang menghubungkan belakang rumah dengan kamar mandi di luar rumah, sesampai disana, membersihkan peralatan makan keduanya kembali masuk ke dalam rumah, untuk beristirahat siang sehabis lelah perjalanan dan kenyang sehabis makan
Tanpa sadar suasana di dalam rumah menjadi damai, dengan suara orang tidur, dan di depan rumah, lebih tepat teras depan ada obrolan antara Bapak dan kedua anak lelakinya, dengan Rudi sebagai pusat untuk menceritakan pengalaman yang dialamai oleh dirinya dan kedua adik perempuan nya
Kasmo sang bapak, dengan prihatin dan serius mendengarkan cerita dari anak sulung Rudi, hingga akhir dari cerita itu, ketiganya terdiam sejenak, sampai ada kebuntuan yang terpecah dari suara Sugi anak kedua nya
""Pak, apa tidak bisa dihilangkan penunggu pohon besar itu?"" Sugi bertanya dengan nada yang penuh keluhan, karena merasa jengkel adiknya menjadi keisengan dari penghuni pohon besar itu
""Bisa, cuma ga gampang dan ada ritual atau syarat tertentu yang harus dilakukan, dan Bapak belum menemukan itu"" jawab Kasmo dengan wajah yang serius kepada Sugi dan Rudi
""Opo toh pak syaratnya, biar aku sama Sugi bantu cari, aku kasian liat adikku diganggu sama mereka"" merujuk kepada penghuni dipohon besar di belakang rumah jawab Rudi
""Bapak tau niat mu le, ga usah kawatir, nanti juga ketemu jalanya yang penting kalian harus mengingatkan untuk tidak membiarkan kedua adik mu, Embok mu, dan Embah Putri dekat-dekat dengan pohon besar itu"" menjelaskan dengan sangat seirus kepada Rudi dan Sugi sambil tidak lupa berpesan kepada keduanya
""Baik Pak, aku sama mas ku pasti akan mengingatkan mereka"" Jawab Sugi dengan penuh perhatian dan dianggukan sebagai jawaban oleh Rudi
Sambil menghela nafas, Kasmo berdiri dari tempat duduknya serasa berkata, ""Rud kamu petik tujuh tangkai daun kelor di samping rumah, dan kamu Sugi siapin bapak segelas air hangat dan campur dengan garam tiga sendok, sekarang""
""Baik pak"" Rudi dan Sugi bergegas menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Kasmo, sampai tak lama kemudian kedua nya telah tiba dengan membawa apa yang di pesan oleh Kasmo
""Ini Pak daun Kelornya, Tujuh tangkai"" jawab Rudi sambil menyerahkan daun kelor yang telah dia petik
Tak lama terdengar suara yang datang dari dalam rumah, sambil memegang nampan, yang berisikan gelas air yang telah dicampur dengan garam Sugi menyajikan di depan Kasmo ""ini pak air garamnya""
""nah sekarang kalian berdua ikut bapak, ke belakang rumah""
Rudi dan Sugi hanya mengangguk, seraya mengikuti Kasmo berjalan menuju belakang rumah, Kasmo dan kedua anaknya berjalan menuju ke belakang rumah, melewati ladang mereka dan berhenti tepat di tengah pembatas antara ladang dengan tanah yang belum di garap
""Sugi bawa air garamnya kemari"" memerintahkan Sugi untuk menyerahkan air garam kepada Kasmo, setelah menerima air garam tersebut, kasmo membaca mantra dan tak lama ada asap yang keluar dari dalam air garam tersebut, seperti sebuah sulap yang membuat Rudi dan Sugi menjadi penasaran sekaligus takjum
Setelah beberapa menit kemudian, kasmo selesai membaca mantra dia meminta Rudi untuk menyerahkan tujuh tangkai daun kelor ""Rud, beri Bapak daun kelornya""
Setelah menerima tujuh tangkai daun kelor tersebut, kasmo kembali membaca mantra, dan kembali sebuah adegan seperti sulap di pertonton kan di depan Rudi dan Sugi, tangkai daun kelor yang semula lemas karena telah di petik, menjadi seperti tongkat kuat dan keras layaknya tangkai pohon yang hidup
Menyiramkan air garam ke tujuh tangkai daun kelor tersebut, kasmo kemudian memisahkan 4 buah tangkai dari tanganya dan memberikan masing-masing dua kepada Rudi dan juga Sugi, "" kalian berdua bawa tangkai kelor ini ke setiap ujung rumah, di mulai dari kedua ujung belakang rumah sampai halaman depan rumah, tancapkan masing-masing satu tangkai ini"" Rudi dan Sugi yang diperintah kasmo hanya mengangguk dan menjalankan perintah bapak mereka, walau ada banyak pertanyaan di kedua pikiran mereka, mereka tetap melaksanakan tanpa membuat pertanyaan, karena mereka sadar ini bukan momen yang pas.