webnovel

pocong jelek

Pocong adalah, sejenis setan atau hantu yang didasarkan oleh penjelmaan jin yang khusus menggoda manusia, dan sosok itu berdiri tepat di samping bapak adi dan menatap ke arah ke empat orang yang sedang terlelap tidur

Seakan menemukan tujuannya sosok itu melayang, dengan sangat halus dan jatuh tepat di atas kepala adi dan mas arip sepupunya, tidak menyentuh apapun hanya melayang di atas kepala keduanya

Saat sosok itu tepat berdiri di atas adi, muka dari sosok pocong itu kini menjadi jelas terlihat, hanya hitang legam tak berwajah dan ada beberapa tetesan darah yang tergoresa di sekitar mmukannya yang hitam dan matanya yang merah melotot seakan dapat menembus ke dalam jiwa seseorang yang di tatapnya

Sosok itu menatap ke arah mas arip sepupu adi, dan tak lama setelah menatapnya ia memalingkan wajahnya ke arah adi, sambil menatap lebih lekat ke arah adi, perlahan suhu yang lebih dingin keluar dari mulut sosok itu

Seperti meniup wajah adi dengan embun beku yang dingin membuat adi yang tertidur lelap, menjadi menggigil tidak sadar karena rasa dingin yang menyelimutinya

Adi yang merasa sangat dingin di dalam mimpinya menjadi resah seperti ada sesuatu yang sedang menunggunya, dan perlahan mimpi indah yang ia alami berubah mejadi mimpi yang mencekam

Awalnya semuanya sangat menyenangkan di dalam mimpinya, tetapi perlahan seperti ada sesuatu yang mengganggu mimpinya, mimpi yang semula bahagia kini penuh dengan awan hitam dan penuh dengan ketakutan dan kesedihan

Perlahan sosok pocong itu hadir dalam mimpi adi, membayangi mimpinya dan membawa ketakutan dalam tidurnya, adi yang sadar ada sesuatu yang salah mencoba bangun dari dalam mimpinya

Tetapi sekuat apapun ia berusaha ia tetap tidak mampu bangun dari tidurnya, hanya ketika hatinya menjadi semakin resah, samar - samar ia melihat sesosok bayangan yang awalnya redup menjadi semakin jelas

Dan saat sosok itu menjadi semakin nyata, seakan serangan jantung, detak jantung adi berhenti, karena sosok itu kini telah menjelma menjadi sosok pocong yang memunggunginya

Pocong itu berdiri membelakanginya dan adi yang menatap punggung itu seolah sesak nafas dan tidak mampu bernafas dengan lancar, karena di cengkram rasa takut, dan gelisa, adi berusaha sekuat tenaga untuk memalingkan wajahnya dari sosok pocong itu

Tapi tak pelak dia tidak mampu, dan hanya terus menatap sosok itu, saat keputus asaan semakin menyelimutinya, ia teringat doa, dan sekejap dia coba melantunkan doa tersebut, tetapi anehnya bibirnya terkatup dengan rapat, dan tidak bisa berbicara hanya suara geraman yang keluar dari dalam mulutnya

Ketika ia tahu mulutnya tidak bisa berbicara, ia mencoba berdoa lewat batin nya dan setelah beberapa kali membaca doa di batin nya, perlahan sosok pocong itu hilang dari pandangan nya

Dan diluar mimpi adi, sosok pocong yang tepat ada di atasnya, berteriak mengeram seperti tersisksa oleh sesuatu, dan tak lama seberkas cahaya yang terang keluar dari dalam tubuh adi dan menembak tepat ke arah pocong tersebut

Dan seketika cahaya itu berubah menjadi api, yang panas dan terang membakar pocong tersebut, dan seakan tidak kuat menahan nyala api yang membakarnya, pocong itu perlahan berubah kembali menjadi asap dan bergegas keluar dari dalam rumah

Dan saat dirinya ada di atas rumah, sambil menahan sakit, tampak wajahnya seakan tidak rela, untuk pergi akan tetapi menghadapi api yang semakin membakar dirinya, sosok pocong itu terbang menjauh pergi ke atas bukit di belakang rumah pak de Sugi

Dan adi yang telah kembali sadar dari mimpi buruknya perlahan membuka matanya, dan menyadari tubuhnya penuh dengan keringat dingin, yang membasahi pakaiannya, hingga ia berulang kali bernafas panjang untuk menstabilkan emosinya adi menghela nafas syukur

Merasa mimpi yang baru saja ia alami adalah mimpi yang sangat nyata, adi menjadi ragu, ini mimpi atau kenyataan, dengan berbagai keraguan yang menganjal di hatinya adi duduk dan bersandar pada dinding

Sambil tampak sedikit termenung dan merasa agak takut, setelah kejadian tersebut, adi melihat sekeliling dan tampak ruang tamu yang agak gelap, hanya samar-samar diterangi oleh pantulan lampu yang ada, dari teras luar dan dapur yang tetap menyala

Sehingga memberi sedikit cahaya di ruang tamu yang gelap, melihat lagi ke kiri dan kanannya, kemudian melihat ekspresi pulas dari sepupu dan bapaknya yang sedang tertidur, rasa takut muncul kembali di dalam hatinya, dan melirik jam yang ada di atas bipet.

Siguiente capítulo