webnovel

Dimensi Cincin V

"Tenang sayang, dimensi aku sama kamu berbeda 1 hari di dunia kamu, sama dengan 7 hari di dunia aku, jadi kamu ga usah kawatir, kamu cuma ilang paling 3 atau 4 jam""

"Huuuuu... syukur deh aku kira aku ilang berhari - hari sayang"

"Yaudah sekarang kamu mandi sana, siap-siap biar nanti aku siapin sarapan dulu sebelum kamu pulang ok"

"Mandi, ayo sama kamu, aku pengen ngerasain di mandiin sama istri aku, hehehe"

"ihhhhhh kamu ga puasa apa, masih agak sakit tahu di bawah" berkata sambil mencubit pinggang adi

""aduhhhhh, sakit sayanggggg, udah ayo kita ga punya banyak waktu hehehehe" bergegas mengendong Pitaloka menuju kamar mandi, sambil di iringi oleh penolakan malu-malu dari Pitaloka

Setelah beberapa saat terdengar suara simfoni merdu dari kamar mandi beserta di iringi dengan suara yang berulang dan konstan

Hampir satu jam kemudian, Adi dan Pitaloka yang telah mandi kini sibuk masing-masing, adi sedang berbaring dengan nyaman, di atas kursi tamu yang empuk terlihat tersenyum dengan puas, sedangkan untuk Pitaloka sedang sibuk di dapur memasak

Kini keduanya sedang makan dengan harmonis di meja makan, tampak perbedaan yang jelas saat keduanya makan saat pertama kali dan kini setelah malam pertama

Akan selalu ada seperti aura romantis, yang mengelilingi keduanya, layaknya pengantin baru yang sedang di mabuk asmara, meskipun perkenalan mereka sangat singkat

Tetapi itu tidak menutupi kasih sayang keduanya, setelah mereka bersatu, kini keduanya sudah menjadi pria dan wanita dewasa yang sepenuhnya

Hanya menunggu waktu, untuk kasih sayang dan pengertian diantara keduanya semakin lama dipupuk dengan baik, dan menjadikan keduanya sebagai pasangan yang saling mengerti dan memahami

Setelah menyelesaikan sarapan romantisnya dengan Pitaloka, kini saatnya adi untuk berpisah, ada rasa sangat enggan untuk meninggalkan Pitaloka karena kini ia telah resmi menjadi suaminya

Melihat tampang adi yang tertekan, Pitaloka tidak bisa menahan tawa, dan adi yang melihat itu menjadi bingung, kenapa Pitaloka menjadi senang bahkan tertawa disaat perpisahan mereka

Tidak adakah rasa kasih sayang setelah acara sakral keduanya, atau ini mungkin karena rasa yang masih sangat dangkal, dan masih sangat tipis dikarenakan pertemuan meraka yang terlalu singkat

Saat adi sedih memikirkan kemungkinan itu, tiba-tiba suara merdu Pitaloka membangunkannya, "jangan berpikir yang tidak-tidak sayang, aku lupa memberi tahu dirimu, bahwa rumah kita ini, ada di dalam cincin perkawinan kamu. Atau lebih tepatnya rumah yang kita tinggali saat ini, ada di dalam dimensi cincin pernikahan kamu, jadi kalo kamu kangen aku kamu bisa tinggal masuk kan heheheh""

Adi yang mendengar penjelasan dari Pitaloka menjadi senang, seperti perasaan yang terbangun dari kesedihan dia berpikir bahwa dia akan susah menemui istrinya, tetapi ternyata kekawatirannya tidaklah perlu

Hal ini terjadi karena dia kini sadar, bahwa rumah yang ia lihat sekarang ada di dalam cincin pernikahannya, ya cincin yang ada di jari manis nya, "Kamu ini bikin aku kaget aja sayang, aku takut tahu ga bisa ngeliat kamu" berkata sambil memeluk Pitaloka dengan erat

"Kamu ga usah kawatir sayang, janjiku itu kekal aku akan selalu ada disisimu" tersenyum dan membalas memeluk adi dengan tidak kalah erat, setelah melepaskan rasa depresi yang ada di antara keduanya adi dan Pitaloka berpisah

"Kamu sekarang pejamkan matamu sayang, dan biarkan kekuatan yang menarik mu membawamu keluar dari dimensi ini, jangan di lawan yah, dan ketika aku bilang kamu boleh membuka mata baru buka ok"

"Baiklah tuan putri" jawab adi sambil mendekat dan mencium kening Pitaloka

Pitaloka yang dicium keningya tiba-tiba oleh adi tersenyum malu namun bahagia

Saat adi menutup matanya tiba-tiba seperti ada kekuatan yang membungkusnya, dan tak lama ia merasa seperti melayang hingga kemudian dia merasa seperti menembus sesuatu dan setelah itu dia merasa dia sedang duduk di dalam pos ronda

Saat adi masih memejamkan matanya ia mendengar suara halus Pitaloka yang datang dari dalam cincin "Sayang kamu bisa membuka matamu sekarang"

Saat adi membuka matanya dia melihat di depan matanya adalah ruangan pos ronda, yang semula ia tertidur, dan melihat keluar dari pos ronda ia bisa merasakan sinar matahari kini telah redup, dan dia sadar bahwa ini telah sore.

Siguiente capítulo