webnovel

Dimensi Cincin II

"Oh ternyata ada yang laparrrrr yah, tenang untuk suamiku akan aku buatkan makanan yang enak, kamu tunggu sebentar ya sayang aku akan masak dulu di dapur" bergegas ke dapur sambil tidak lupa mencium pipi adi

Adi yang di tinggal Pitaloka memasak, tidak bisa tersenyum bodoh saat mengelus tempat di pipinya bekas ciuman Pitaloka, setelah beberapa saat, dia kembali sadar ke dalam pikirannya adi merennung tentang apa yang dia alami sekarang

Dunia ini tampak jauh lebih luas dan jauh lebih tidak bisa dibayangkan dari semua yang pernah dia pikirkan, pikiran tentang semua yang ia pelajari terasa kurang uptodate setelah merasakan sendiri pengalaman yang tak terbayangkan yang dia alami sekarang

Tampak seolah olah ini semua hanya mimpi dan ia tidak sabar untuk bergegas bangun dari mimpi ini, tapi kenyataannya mimpi ini benar-benar nyata dan dia mencoba bangun tetapi tidak bisa

Hanya dengan menghela nafas, perasaan yang tak bisa dia lukiskan dan ungkapkan, bisa sedikit berkurang karena shok yang telah ia rasakan selama rangkaian peristiwa ini

Saat dia sedang merenung dengan apa yang ia pikirkan, terdengar suara panggilan Pitaloka dari ruang makan memanggilnya,

"Sayang kemari, masakannya sudah matang mari makan bersama" terdengar suara riang panggilan dari Pitaloka

"Ok aku akan kesana sayang" menjawab dan bergegas berjalan ke arah ruang makan, dengan membuang pikiran yang ada hanya ingin menikmati semau hal yang indah yang dia rasakan saat ini

Saat adi tiba di ruang makan, dia tersenyum dengan gembira melihat banyak makanan yang tertata rapi di meja makan, melihat kembali kepada Pitaloka dia tidak bisa merasa bersyukur lagi karena memiliki istri yang cantik dan pandai memasak

"Kamu masak semua ini sayang?" bertanya dengan lembut kepada Pitaloka

"Ya kalo bukan aku siapa sayang, setan? Sambil menjawab"

"Ehhh bukan kamu satu ras ya sama mereka? " tanya adi penasaran

"Ya memang satu ras sama-sama di ciptakan dari api tapi memiliki kegunaan dan fungsi yang berbeda"

"uhhhhhh!!!!! oh begitu, yaudah aku cobain ya msakannya aku udah laper nih"

"" Ok kalo begitu, sini aku ambilin nasi sama lauk anya buat kamu"

"Wahhhhhhhh pasti enak nih masakan kamu, dari baunya aja udah menggugah selera sayang" memuji Pitaloka dengan manis

""Bisa aja kamu sayang, dicobain aja belom, tapi tenang aku udah belajar banyak kok sama ibu aku""

Menyerahkan piring berisi nasi dan lauk an kepada adi

"Ok mari kita makan, ayo sayang kamu juga makan bareng"

"Ya, aku juga makan ko sayang, kamu duluan aja kan udah laper dari tadi"

"Baiklah kalo begitu aku duluan""

Setelah setengah jam kemudaian, adi yang bersandar dengan malas di kursi makan, dengan muka penuh kepuasan mengelus perutnya yang tampak sedikit buncit

"Ga yangka yah, masakan kamu enak banget sayang, ga nyesel aku nikah sama kamu" berkata kepada Pitaloka dengan mata yang penuh bintang kecil

Pitaloka yang sedang mencuci piring tersenyum berbalik menengok adi sambil berkata "Makannya itu kamu beruntung sayang dapet istri kaya aku kan, udah cantik, berbakti, sayang suami, pinter masak lagi, plus seorang putri kerajaan heheheh" menutup mulut kecilnya dengan tangan ramping tertawa sangat bangga

Adi yang melihat hal itu sangat senang sekaligus tak berdaya, melihat polah tingkah Pitaloka yang seperti anak kecil, tetapi begitu dia berpikir bahwa menurut umur rasnya dia memang tidak terlalu dewasa jadi dia memakluminya

Tetapi adi hampir lupa bahwa diapun lebih muda dari Pitaloka, dan justru sebaliknya bersikap dewasa dengan umur yang muda tampak sangat lucu jika dipirkan

Adi memang muda untuk usianya tetapi, cara berpikirnya mungkin sudah setara orang dewasa yang berumur pertengahan dua puluhan, hal itu di tunjang dari bentuk fisiknya yang tinggi untuk anak seusianya tingginya mencapai 173 cm dengan berat yang berkisar 50msamapai 60 an Kg tampak seperti seorang yang dewasa minus karena wajahya yang masih terlihat polos dan lugu, tetapi tidak bisa menutupi tampilan matanya yang tajam dan penuh pesona

Setelah itu keduanya tampak semakin akrab membahas masing-masing kepribadian mereka, mencoba saling memahami dan mencari tahu apa yang disukai oleh pasanganya, dan mencari tahu apa yang boleh dan tidak boleh mereka lakukan

Meski pernikahan mereka terkesan mendadak, dan tidak bisa dijelaskan menurut akal sehat, terlebih setatus Pitaloka sebagai puti sebuah kerajaan, yang menikah hanya dengan kedua saksi dan di sebuah pos, hal itu semua tampak menggelikan dan terasa sangat tidak masuk akal.

Siguiente capítulo