Kim Sohyun menghirup udara sebanyak-banyaknya. Menikmati momen yang sudah lama tak dirasakannya.
Benar, seperti ini... Sensasi berada di atas mound. Sejenak hatinya merasa trenyuh sekaligus tercubit.
*Mound, gundukan tempat pitcher melempar.
"Kami sudah siap!" Suara cempreng Jimin membuyarkan lamunan Sohyun. Membuat gadis itu kembali ke realitasnya. Lalu meminta sedikit waktu untuk membenahi mound. Sedikit mengurangi tinggi gundukan tanah di depan karet dengan sepatu putihnya. Mencari posisi ternyaman untuk melempar.
Kim Taehyung telah berdiri di batter box. Bersiap untuk memukul lemparan Sohyun. Mengorbankan dirinya--pemukul terlemah-- untuk yang pertama memukul karena belum tahu seperti apa lemparan Sohyun. Sementara Jungkook bersiap di dalam on-deck circle pemukul sebelah kanan untuk menunggu giliran memukul sekaligus berlatih mengayun. Dan Jimin berada di belakang plate, menjadi wasit.
"Lempar saja dan aku akan menjadi wasit." Jimin berujar.
Sohyun berdesis dalam posisi siap melempar. "Mau kau jadi wasit atau tidak, kalian tak akan bisa memukul lemparanku!"
Wushh!
Bola melaju dengan sangat cepat namun keluar dari zona strike. Melintas tepat di pipi kanan Jimin yang berjaga tanpa menggunakan penutup kepala. Lalu terdengar bunyi keras, dimana bola baru saja menubruk pagar lapangan lalu memantul. Untungnya tak menghantam tubuh Jimin.
Tiga orang itu melongo. Taehyung belum sempat mengayunkan tongkatnya. Jimin yang rasanya baru saja lolos dari kematian. Dan Jungkook yang baru sempat berkedip atas kejadian barusan.
Kim Sohyun berteriak kesal, "Yak! Park Jimin! Minggir saja kau, daripada mengganggu konsentrasiku."
Jimin tentu saja tak terima jika disebut pengganggu. Maka dengan semangat penuh, dia menawarkan diri untuk menjadi catcher. Ya walaupun akan sedikit merugikan tim, tapi dia tak terima jika harga dirinya dilukai.
"Yakin ingin menangkap lemparanku?" Sohyun memastikan. Atau lebih tepatnya meremehkan.
Jimin menepuk dadanya dengan bangga. "Dua ratus persen. Kau anggap apa aku ini?"
"Baiklah. Tapi jangan menangis kalau nanti sakit."
Wushhh!
Sohyun kembali melemparkan fastball. Kali ini lebih cepat dari sebelumnya. Membuat Jimin yang belum siap sepenuhnya, dengan hanya mengandalkan insting--mencoba menangkap lemparan dari Sohyun.
Taehyung mengayun tongkatnya, tapi bola tepat mengarah ke mit Jimin, menimpulkan bunyi keras. Taehyung gagal memukul bola. Namun sepersekian detik kemudian, bola jatuh dari mit Jimin.
"Taehyung-i hyung, lari!" Teriak Jungkook ketika menyadari situasi yang terjadi.
"Yak! Park Jimin! Kau bisa menangkap bolaku tidak sih," semprot Sohyun pada Jimin. Langsung saja Sohyun berlari ke depan--menyongsong bola. Sementara Jimin kehilangan fokus karena merasakan sedikit linu di telapak tangannya.
Lemparan gadis itu kuat sekali.
Sohyun berhasil mengambil bola, namun membiarkan Taehyung lolos ke base satu.
"Minggir, kau!" Mendorong dan mengusir Jimin dari posisinya.
Jimin berteriak kesal sambil melemparkan mitnya, "Siapa juga yang mau menangkap lemparanmu, cih!"
"Dasar bodoh! Kaunya saja yang terlalu lemah." Sohyun bersitatap dengan Jimin.
"Sudahlah, hyung." Jungkook datang menengahi. Menepuk bahu Jimin, pria yang lebih tua beberapa bulan dan sudah dianggapnya kakak itu. "Lemparan dia memang bagus. Tapi jangan khawatir, bukan berarti aku tak bisa menghentikannya."
Sohyun mendengus geli mendengarnya.
"Ku serahkan padamu, Jeon!" Jimin mundur ke belakang. Masuk ke on-desk circle untuk giliran terakhir memukul.
Jeon Jungkook. Pria jakung dengan wajah yang lumayan lebih tampan daripada ke-enam anggota bangtan lainnya itu, kini berhadapan langsung dengan Sohyun. Memegang erat-erat tongkat pemukul. Sudah tak sabar ingin merasakan sendiri sensasi menghadapi lemparan gadis di depannya itu. Sekilas memang terlihat cepat dan mematikan. Tapi belum tentu jika dihadapi langsung.
Kim Sohyun melempar.
Strike one.
Jimin memukul keningnya pelan. Bahkan seorang Jeon Jungkook, pemukul terhebat dalam tim mereka juga tak berkutik dengan lemparan gadis itu. Dia menyugar rambutnya frustasi. Mungkinkah mereka harus menyatakan kalah sekarang?
Namun berbeda dengan Taehyung. Tidak, Jungkook! Kau belum bisa menyerah sekarang, batinnya berteriak memberi semangat.
Sohyun kembali melempar.
Strike two!
Sohyun tersenyum simpul
Jungkook juga diam-diam tersenyum. Oke, dia sudah selesai mengamati. Maka sekarang...
Sohyun melempar untuk yang ketiga kalinya dan Jungkook mengayunkan tongkatnya.
Taakkk!
Bunyi tubrukan antara bola dan tongkat milik Jungkook. Dan ternyata...
Foul. Bola pukulan Jungkook keluar dari foul line. Garis yang ditarik dari home plate melalui base 1 dan base 3 sampai ke pagar lapangan dan tegak lurus ke atas.
Ternyata tepat sesuai dugaan Jungkook. Lemparan ketiga Sohyun mengarah pada sudut luar zona strike. Jungkook telah menganalisis lemparan Sohyun sebelumnya. Gadis itu telah melempar ke sudut dalam untuk dua strike sebelumnya. Karena tak ada catcher, gadis itu tak mungkin mengambil resiko besar untuk melempar ke arah yang sama apalagi ke arah tengah. Selain lemparan yang cepat, ternyata kontrol gadis itu juga bagus.
Tapi bukan Jungkook namanya jika dia menyerah begitu saja. Selama ini dia selalu melatih kemampuan memukulnya di batting center. Jadi dia telah terbiasa memukul lemparan fastball. Bahkan sejauh ini dia bisa memukul lemparan dengan kecepatan 100km/jam. Cukup bagus untuk ukuran anak smp.
Sejenak pandangan Sohyun dan Jungkook beradu.
Dua strike dan satu foul. Oke. Maka kali ini Sohyun akan melempar ball.
Tapi Jungkook tak mengayunkan tongkatnya.
Sohyun tersenyum remeh. "Eh, lumayan juga anak ini," batinnya. Yah daripada kedua temannya yang terlihat payah, terutama si pitcher--yang hanya tahu cara melempar bola dengan cepat. Tanpa kontrol. Bodoh sekali!
"Time out!" Teriak Jungkook.
"Yak, Taehyung hyung! Apa kau mau berdiri saja di situ? Lakukanlah base steal dan kembali ke home," perintah Jungkook.
"Eoh? Eoh," jawab Taehyung canggung. Baru sadar kalau sejak tadi hanya diam--menonton-- seperti orang bodoh.
"Sialan. Ku pikir kau sudah melakukannya sejak tadi," ledek Sohyun. Karena jujur saja, dia tak peduli pada pemain lain kecuali batter yang sedang dihadapinya. Yah, terserah saja mau melakukan base steal atau bahkan home steal. Itupun kalau mereka bisa.
Baiklah. Mari akhiri sampai di sini! Sohyun telah memantapkan hatinya.
Maka Sohyun kembali melempar bolanya.
Di depan sana ada Jungkook yang menanti. Menatap penuh ke depan, ke arah bola, lalu dituntut untuk membuat keputusan hanya dalam waktu beberapa detik setelah bola dilemparkan sang pitcher.
Masuk ke zona strike. Jungkook mengayunkan tongkatnya tanpa kerugaan sedikit pun. Sementara di base tiga, Taehyung sudah berlari-- melakukan home steal sementara Jungkook pasti akan memukul bolanya.
Dan ternyata...
Bola menukik tepat sebelum mengenai tongkat Jungkook. Melesat cepat dan memantul ke tanah setelah melewati zona strike bagian bawah.
Jeon Jungkook, strike out!
Lemparan apa itu tadi?
Bahkan Taehyung yang sudah berada di tengah jalan menghentikan laju kakinya.
"Breaking ball!" Teriak mereka bertiga hampir bersamaan.
*Breaking ball, lemparan yang berubah arah ketika menuju tongkat pemukul
Kim Sohyun-- gadis itu tidak hanya bisa melempar fastball dengan cepat dan kontrol yang bagus, tapi juga breaking ball?
"That's right! It's my curve ball," ucap Sohyun membanggakan diri.
*curve ball, salah satu lemparan breaking ball, jenis lemparan yang dilemparkan dengan cengkeraman khas dan gerakan tangan yang memberikan putaran ke depan pada bola, menyebabkan bola menukik saat mendekati pelat.
"Haa???" Ucap Jungkook, Jimin, dan Taehyung bersamaan.
"Daebak!" Bahkan Jimin pun melongo. Namun sepersekian detik kemudian membuatnya berteriak dengan semangat. "Kalau begitu biar aku yang memukul lemparanmu!"
Sohyun merosikan matanya dengan malas. Mereka ini! Lalu teringat dengan sesuatu.
"Oh my god! Jam berapa ini?" Teriaknya panik.
"Jam empat lebih lima belas menit," jawab seseorang. Datang empat orang yang tak Sohyun kenal.
"Ah, sialan! Aku telat." Lalu mengeluarkan ponsel dari saku roknya.
"Pak Park! Dimana mobil jemputannya?!"
"Anda yang ada dimana, nona? Tadi kami sudah--"
"Datang ke parkiran lapangan out door! Dalam dua menit! Cepatt!" Perintah Sohyun. Lalu memutuskan panggilan sepihak. Setelahnya mengambil tas dan bersiap pergi.
"Yak, mau kemana kau? Duel belum selesai." Jimin mencegah kepergian Sohyun. Diikuti Taehyung.
"Terserah! Aku sibuk."
Taehyung dan Jimin ingin berlari mengejar namun di cegah Namjoon. "Biarkan dia pergi! Mungkin dia memang ada urusan yang lebih penting. Lagi pula kalian sudah kalah."
"Ahhh, hyung..." Ucapan Namjoon membuat keduanya, Jimin dan Taehyung merengek seperti bayi. Sementara Jungkook, pandangannya terus mengikuti kemana gadis itu pergi hingga tak lagi bisa dijangkaunya.
"Ku rasa dia bukan gadis biasa." Suga memberi komentar.
"Bukankah sudah jelas," ucap Hoseok yang diangguki Namjoon dan Seokjin. Sebenarnya para hyung-line ini sudah menyaksikan pertandingan para magnae-line dengan gadis itu sejak Sohyun mencetak home run. Waktu itu mereka sedang berjalan menuju lapangan, berbincang mengenai rencana selanjutnya. Lalu melihat bola memantul dari arah lapangan. Seseorang baru saja menyetak home run kah?
Dan pemandangan tak biasa terlihat di lapangan. Duel tiga lawan satu antara magnae line dan gadis yang mereka ketahui sebagai ace dari jurusan seni. Pianis hebat yang baru beberapa bulan ini pindah ke sekolah mereka.
Hall City, Grand Theatre
Kaki kurus Sohyun berlari kecil menaiki anak tangga menuju sebuah teater yang letaknya tak jauh dari sekolah. Sedikit terkesiap saat sampai di anak tangga teratas-- melihat sekelompak orang yang berdiri di depan pintu teater-- menatap dirinya dengan pandangan yang berbeda-beda. Terutama wanita dewasa yang berdiri di tengah, di kelilingi siswa-siswi lain-- tengah menatap tajam dirinya.
Sohyun merapikan ujung rambut dan bersikap se santai mungkin-- mendekat pada mereka.
"Ada urusan apa anda datang ke sini, mrs Kim?" Sindir Irene. "Kompetisinya sudah selesai."
Sohyun menggigit bibir bawahnya. Membungkuk sambil meminta maaf.
"Tak ada gunanya," ketus Irene. "Kau dikeluarkan dari tim!" Putusnya sepihak tanpa mau mendengar alasan keterlambatan Sohyun. Apapun itu. Dia sungguh marah pada Sohyun yang bisa-bisanya tak datang ke kompetisi piano siang ini. Iya sih, ini hanya kompetisi antar wilayah. Tapi sikap meremehkannya Sohyun ini sudah tak bisa diteloransi. Beruntung ada Eunha yang di detik-detik terakhir menggantikan posisi Sohyun sehingga BigHit tak harus menanggung malu karena harus didiskualifikasi.
Sohyun tak berkilah juga menerima keputusan Irene. Bagaimanapun ini salahnya. Dia tidak sedih, hanya saja merasa sedikit bersalah pada pria yang kini mengintilinya sambil terus mengomel.
"Sebenarnya kau dari mana sih? Ponselmu aktif tapi sama sekali tak diangkat atau membaca pesanku. Tadi aku telepon pak Park juga, malah katanya kau hilang. Kau kemana tadi, Kim Sohyun?"
Sohyun tetap bungkam. Terus berjalan menuju mobil jemputan.
"Kim Sohyun!" Laki-laki itu, Shin Jaeha menutup kembali pintu mobil yang baru saja di buka Sohyun.
"Apa sih? Bukan urusanmu." Sohyun menyingkirkan tangan Jaeha.
Jaeha hanya bisa mengehela napasnya. Pecuma saja mengkhawatirkan gadis seperti Sohyun ini. Buang-buang energi saja.
"Mau pulang tidak? Kalau iya, naik, dan jangan bicara apapun! Kalau tidak ya sudah sana pulang!"
Kim Sohyun, Kim Sohyun... Sebenarnya dia teman yang baik. Hanya saja perilakunya memang begitu.