webnovel

Rencana Dimulai!

Saat mendengar ucapan Ande, Pak Hasan melihat ke sekeliling kelas. Benar saja, sebagian besar siswa di kelas masih sibuk mengerjakan tes mereka. Bahkan ada beberapa siswa yang sering mendapat nilai bagus di barisan depan, dan kecepatan menulis mereka juga bisa dianggap cepat, tapi sepertinya kali ini mereka kalah cepat dengan Andre.

Sebelum siswa lain mampu menyelesaikan ujian mereka, Andre mampu menyelesaikan ujiannya terlbih dahulu. Terlebih, sebagian besar jawaban yang dia berikan ternyata benar setelah diperiksa. Itulah kenyataannya.

Pak Hasan tiba-tiba merasa bahwa dunia ini lebih misterius daripada dugaannya.

Dia berdiri dengan rasa tidak percaya dan berkeliling kelas. Kemudian dia mulai melihat-lihat bagaimana kinerja para siswa terbaik yang sedang mengerjakan ujiannya.

Dia benar-benar tercengang ketika mengetahui bahwa murid terbaiknya, Sheila, baru saja mulai mengerjakan pertanyaan kedua dari ujian yang dia berikan.

Setelah berkeliling kelas, Pak Hasan bermaksud untuk menginterogasi Andre sekali lagi. Tapi ketika dia menoleh ke arah pintu kelas, dia menyadari bahwa Andre yang tadinya masih berdiri di depan pintu kelas telah menghilang.

Apakah anak itu telah kabur!?

Pak Hasan memegang kertas Andre di tangannya sambil menatap ke arah pintu kelas. Dia hanya bisa mendecakkan lidah dan mengerucutkan bibirnya..

——

Andre menyelinap keluar secara diam-diam di saat Pak Hasan sedang memeriksa hasil kerjaan siswa-siswa lain di kelas. Setelah keluar dari gerbang sekolahnya, dia segera berlari menuju taman kanak-kanak Nayla.

Ketika dia memasuki area depan taman kanak-kanak, dia melihat bahwa kelas TK besar baru saja pulang, dan orang tua dari anak-anak kelas TK besar langsung pulang begitu saja setelah menjemput anak-anak mereka.

Andre mengecek jam dinding di dekat kelas TK besar. Masih ada waktu lima menit yang tersisa sebelum kelas TK kecil menyelesaikan pelajaran mereka.

Dia melihat sekeliling dan menemukan sebuah pohon besar di dekat gerbang taman kanak-kanak. Andre memutuskan untuk beristirahat sambil menyandarkan diri ke pohon tersebut dan menunggu dengan tenang sampai kelas TK kecil menyelesaikan pelajaran mereka.

Lima menit kemudian, anak-anak dari kelas TK kecil berteriak "satu dua satu" dengan keras sambil saling memegang bahu teman di depannya dan berbaris membentuk kereta dari dalam kelas mereka.

Ketika dia melihat ke arah mereka, Andre bisa melihat bahwa Nayla berada di posisi kedua dari depan, dan dia sedang melihat-lihat keluar.

"Baiklah, para orang tua silakan datang dan panggil anak-anak Anda. Jangan lupa untuk berhati-hati di jalan dalam perjalanan pulang!" Bu Ratna, guru kelas TK kecil mereka, berdiri di depan barisan kereta dan mulai memanggil nama anak-anak satu per satu.

"Anton." Bu Ratna memanggil nama anak yang berdiri paling depan di barisan kereta tersebut, dan seorang nenek tua berjalan keluar dari kerumunan orang-orang tua. Dia segera membawa anak itu pergi sambil melambaikan tangannya.

"Nayla." Setelah Bu Ratna memulangkan anak pertama, dia segera memanggil nama Nayla.

Meskipun begitu, Andre hanya berdiri diam di samping pohon besar tanpa melangkah maju.

"Nayla!"

"Nayla!"

Setelah Bu Ratna memanggil nama Nayla tiga kali, dia menyadari bahwa tidak ada yang datang untuk menjemputnya saat ini, dan dia pun menarik Nayla keluar dari barisan kereta tersebut. Setelah itu Bu Ratna membiarkan Nayla berdiri di belakangnya, dan memanggil nama anak berikutnya.

Awalnya gerbang taman kanak-kanak dipenuhi orang, tapi sekitar sepuluh menit kemudian hampir semua anak-anak kelas TK kecil telah dijemput, sehingga sekarang suasananya terlihat sepi.

"Baiklah, kalian pergi ke kantor satpam dan tunggu jemputan orang tua kalian." Bu Ratna menoleh ke arah lima anak yang tersisa dan tersenyum ramah pada mereka. Kemudian dia menyerahkan mereka kepada satpam penjaga.

"Masuklah, anak-anak." Pak satpam penjaga yang berdiri di depan kantor satpam berkata sambil tersenyum kepada anak-anak.

Nayla menggigit bibirnya saat mendengar ajakan pak satpam penjaga. Matanya yang besar dan hitam melirik ke luar taman kanak-kanak, mencari-cari sosok kakaknya.

Andre yang sedang berdiri di bawah bayang-bayang pohon besar segera melambai padanya ketika dia melihat Nayla sedang mencari-cari sosoknya.

Kakak sudah datang!

Nayla merasa lega bukan main saat dia melihat sosok kakaknya.

"Cepat masuk, di luar dingin." Pak satpam penjaga yang berdiri di ambang pintu kantor satpam mendesak ke arah Nayla sambil tersenyum lebar.

Nayla mengangguk dan berjalan ke dalam kantor tanpa suara.

Pak satpam menutup pintu kantor satpam dan terus berdiri di depan pintu gerbang taman kanak-kanak, menunggu semua siswa kelas TK kecil meninggalkan sekolah.

Selang beberapa saat, ketika semua anak TK itu telah dijemput oleh orang tuanya, pintu masuk taman kanak-kanak yang tadinya terlihat ramai berangsur-angsur menjadi sepi.

Langit berangsur-angsur menjadi gelap, dan hembusan angin malam bertiup. Andre merasa sedikit kedinginan.

Dia kembali melirik ke arah jam dinding di dekat kelas TK besar. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah empat. Semua anak di taman kanak-kanak sudah pulang. Hanya ada beberapa anak-anak yang orangtuanya datang menjemput, dimana mereka menetap di kantor satpam untuk saat ini.

Terakhir kali Andre datang menjemput Nayla, saat itu sudah hampir jam 5 sore. Seingat Andre, sepertinya tidak ada anak lagi di kantor satpam pada saat itu.

Andre menarik kerah jaket bawahnya dan memasukkan tangannya ke dalam saku celana. Dia terus menunggu di belakang pohon besar.

Sekitar pukul lima, beberapa orang tua berturut-turut datang untuk menjemput anak-anaknya yang masih menunggu di kantor satpam.

Menurut perhitungan Andre, sekarang seharusnya masih tersisa tiga anak, termasuk Nayla, dalam kantor satpam.

Sudah hampir waktunya untuk beraksi.

Andre berjalan keluar dari balik pohon besar dan berlari ke pintu satpam. Kemudian dia mengulurkan tangan dan mengetuk pintu.

"Siapa?" ​​Suara nyaring pak satpam terdengar dari dalam.

"Ini saya, kakak Nayla. Saya datang untuk menjemput Nayla." Ucap Andre sambil berdiri di luar pintu kantor satpam dan berteriak ke dalam.

"Oh, ini dia." Seiringan dengan suara pak satpam, Andre mendengar suara klik dan pintu pos satpam pun terbuka dari dalam.

"Permisi, Pak." Andre berdiri di depan pintu dan menyapa pak satpam dengan sangat sopan.

"Halo, halo, masuk." Pak satpam mengangguk ke arah Andre sambil tersenyum, dan membawanya ke ruang belakang.

Begitu dia masuk, Andre melihat Nayla duduk di sebelah pemanas listrik.

Bagaimana keadaanmu?

Andre bertanya pada Nayla dengan pandangannya.

Nayla mengatupkan mulutnya dan mengangguk dengan lembut.

Andre merasa lega saat dia melihat reaksi Nayla. Kemudian dia memberi isyarat kepada Nayla, "Nayla, ayo kita pulang."

"Ya." Nayla mengangguk dan memungut tas sekolahnya. Kemudian dia melompat berdiri dari kursi di sebelah pemanas listrik, dan bergegas menuju Andre.

"Selamat tinggal, Pak!" Andre meraih tangan kecil Nayla yang lembut dan berkata kepada pak satpam. Kemudian dia berjalan pergi sambil menggandeng tangan Nayla.

"Selamat tinggal, hati-hati di jalan." Satpam itu tersenyum dan berseru ke arah mereka.

Setelah Andre membawa Nayla keluar dari kantor, dia mendengar pintu di belakangnya terkunci lagi.

"Saudaraku, aku merekam ..." Nayla mengeluarkan perekam suara dari saku jaketnya dan menyerahkannya kepada Andre dengan suara pelan.

"Ssst ..." Andre mengambil perekam suara di tangan Nayla dan memberikan isyarat diam ke arahnya. Kemudian dia menyeret Nayla ke belakang dinding taman kanak-kanak.

"Kakak?" Nayla menatapnya dengan heran dan merendahkan suaranya, "Apa yang kau lakukan…"

Siguiente capítulo