"Tidakkah anak-anak lain menolak pak satpam untuk memeriksa tubuh mereka sepertimu?" Andre mengerutkan keningnya dan bertanya pada Nayla setelah dia mendengar kata-katanya.
"Tidak." Nayla menggelengkan kepalanya dan menjelaskan, "Setiap kali pak satpam memeriksa anak-anak lain, dia akan memberi mereka lolipop agar mereka tidak menolaknya."
Nayla berhenti berbicara, dan kemudian melanjutkan ucapannya, "Tapi ketika dia mencoba merayuku dengan memberiku permen lolipop, aku menolaknya. Kakak pernah bilang padaku untuk tidak menerima dan memakan pemberian orang lain, terutama mereka yang tidak aku kenal."
"Baiklah, bagus." Andre menghela nafas lega dan mengusap kepala Nayla dengan lembut.
"Tapi kemudian pak satpam berkata bahwa dia tidak akan mengizinkanku untuk memberi tahu orang lain tentang hal ini. Dia berkawa bahwa dia memiliki banyak teman yang bekerja sebagai polisi. Jika aku berani memberi tahu Kakak dan Ibu tentang hal ini, maka pak satpam berkata bahwa dia akan menghubungi teman-teman polisinya agar mereka datang dan membawa kalian berdua pergi." Setelah berkata begitu, Nayla kembali memeluk Andre dengan erat, dan kepalanya tennggelam dalam pelukan kakaknya lagi.
"Dasar orang mesum sialan!!" Andre mengertakkan gigi dan mengutuk pak satpam penjaga. Tapi kemudian dia terpikir akan sesuatu dan bertanya secara tiba-tiba pada Nayla, "Jadi ketika tadi aku menjemputmu dari taman kanak-kanak, kau memberiku bahwa salah satu teman sekelasmu yang bernama Dita masih di dalam kantor satpam. Apakah pak satpam juga sering memeriksa tubuh Dita? "
"Ya." Nayla mengangguk, "Ketika aku masih di kelas, aku memberi tahu Dita bahwa tidak seharusnya dia membiarkan pak satpam untuk memeriksa tubuhnya. Tetapi Dita berkata bahwa dia sudah terbiasa dengan paman satpam yang sering memeriksa tubuhnya bahkan sejak sebelum aku masuk di TK itu. Sepertinya dia merasa senang karena terus mendapat permen dari satpam penjaga dan tidak merasa ada yang salah dengan perbuatannya. "
"..."
Setelah mendengar kata-kata ini, Andre menghela napas secara dalam-dalam.
Selain merasa marah, dia sebenarnya juga merasa takut.
Ketika Nayla pertama kali datang ke sini, dia langsung meminta Andre untuk mandi bersamanya di malam hari. Meskipun pada saat itu Andre merasa keberatan, kalau bukan karena acara mandi bersama yang mereka lalui secara tidak sengaja, mungkin dia tidak akan memberitahu Nayla bahwa ada bagian tubuhnya yang tidak boleh disentuh oleh orang lain selain anggota keluarga dekatnya. Jika pada saat itu Andre tidak memberitahu Nayla tentang hal tersebut, mungkin dia juga akan membiarkan tubuhnya diperiksa oleh si satpam penjaga kurang ajar tersebut!
Kepala Nayla terbenam dalam pelukan Andre. Setelah beberapa saat dia mengangkat kepalanya dan menatap Andre dengan ragu sebelum bertanya, "Kakak, mengapa kau diam saja?"
"Tidak apa-apa." Andre segera memeluk Nayla tanpa berbicara lebih jauh. Kemudian dia menundukkan kepalanya dan mencium kepala Nayla dengan lembut sembari berkata, "Aku hanya sedang memikirkan sesuatu. Lebih baik kau tidur dulu, Nayla."
"Bukankah Kakak mau tidur denganku?" Nayla bertanya dengan bingung.
"Tadinya begitu, tapi aku tiba-tiba ingat bahwa masih ada sedikit pekerjaan rumah yang harus aku selesaikan." Andre tersenyum pada Nayla untuk menenangkannya. Kemudian dia mengulurkan tangan dan mencubit pipinya dengan lembut, "Pokoknya, kau pergi tidur dulu, dan setelah aku menyelesaikan pekerjaan rumahku, aku akan ikut tidur bersamamu, oke?"
"Um ... baik." Nayla berpikir sejenak sebelum mengangguk dengan patuh.
"Bagus," Andre menepuk pipinya dengan lembut dan menyelimuti tubuh Nayla. Kemudian dia berbalik dan turun dari tempat tidur.
Nayla berbaring di selimut sambil memeluk bonekanya. Dia memperhatikan Andre yang sedang duduk di sisi tempat tidur dan mengenakan sandal dari belakang. Setelah menatapnya selama beberapa saat, Nayla bertanya pada Andre, "Kakak ...Kakak tidak berbohong, kan? Apakah Kakak yakin bahwa Kakak tidak akan dibawa pergi oleh teman polisi dari satpam penjaga itu? "
Andre berbalik. Matanya yang gelap berkilau samar di bawah sinar bulan, dan dia mencoba menghibur Nayla dengan suara rendah: "Tidak, aku tidak berbohong, tenang saja. Orang yang harus ditangkap oleh paman polisi adalah satpam penjaga itu, bukan aku atau Ibu. "
"Hmm!" Nayla mengangguk dengan penuh semangat sambil memegang bonekanya.
"Nah, sekarang tidurlah."
Setelah Andre berkata begitu, dia berdiri dari tempat tidurnya dan melangkah keluar dari kamar.
Setelah menutup pintu kamar tidurnya, Andre segera berlari ke kamar tidur ibunya.
"Bagaimana?" Saat ibunya melihat Andre masuk, dia buru-buru duduk di tempat tidur dan menatap putranya dengan penuh harap.
Andre berjalan ke tempat tidur ibunya dan menceritakan apa yang telah dia dengar dari Nayla.
"Astaga, aku tidak menyangka bahwa ternyata satpam penjaga itu adalah orang yang seperti ini!!" Ibu Andre berkata dengan kesal setelah mendengarkan kata-kata Andre.
"Benar-benar orang yang sangat menyimpang!" Andre mengepalkan tangannya dan berkata, "Orang seperti ini harus diberi pelajaran! Kita harus menghajarnya agar dia jera!"
"Jangan berpikir untuk menyelesaikan semua masalah dengan berkelahi." Ibu Andre menatap Andre dengan galak dan mengerutkan keningnya, "Apakah menurutmu perkelahian bisa menyelesaikan segalanya?"
"Lalu apa yang harus kita lakukan?" Andre menatap ibunya dan bertanya, "Haruskah kita memanggil polisi?"
"Jika kita mau menghubungi polisi untuk menangkap satpam itu, kita perlu bukti." Ibu Andre merenung sejenak, lalu berkata kepada Andre: "Apakah Nayla berkata bahwa satpam penjaga itu sering memeriksa tubuh Dita?"
"Ya." Andre mengangguk.
"Kalau begitu saat aku pergi ke sekolah besok, aku akan menemui orang tua Dita untuk mencari tahu apakah mereka menemukan sesuatu yang tidak biasa pada anak itu." Ibu Andre memutar matanya dan melanjutkan ucapannya. "Ngomong-ngomong, kita juga harus mengecek rekaman kamera pengawas. Jika kamera pengawas dapat menangkap adegan satpam penjaga yang berbuat tidak senonoh pada seorang anak kecil, maka rekaman itu bisa langsung kita gunakan sebagai bukti. "
Andre terdiam beberapa saat setelah mendengarkan perkataan ibunya, lalu dia menjawab, "Tidak ada kamera pengawas di kantor satpam."
"Hah?" Ibu Andre menoleh dan menatapnya dengan heran.
"Tidak ada kamera pengawas di kantor satpam." Ulang Andre dengan yakin kepada ibunya: "Setiap ruang kelas dan koridor di taman kanak-kanak memiliki kamera pengawas, dan di depan kantor satpam juga terpasang satu kamera pengawas, tetapi tidak ada kamera pengawas di dalam kantor satpam. Ruangan kantor di dalam adalah tempat istirahat pak satpam. Jadi tidak ada yang memantaunya."
"Ini agak merepotkan ..." Ibu Andre mengerutkan kening dan berkata: "Jika tidak ada yang memantau satpam itu, kita tidak akan bisa mendapatkan bukti fisik. Kecuali jika orang tua Dita bersedia untuk menjadikan Dita sebagai saksi. Kalau tidak, sulit bagi kita untuk menangkap satpam itu..."
"..."
Andre menatap ibunya. Setelah beberapa saat, dia tiba-tiba berkata, "Aku punya ide."
"Ide apa?" Ibu Andre menatapnya dengan ragu.
Mata Andre berkedip. dan dia mencondongkan tubuh ke depan. Dia menjelaskan metode yang baru saja dia pikirkan pada ibunya.
Setelah mendengar apa yang Andre katakan, ibu Andre ragu sejenak dan memikirkannya. Pada akhirnya mengangguk dan berkata: "Sepertinya hanya itu yang bisa kita lakukan."
"Serahkan saja padaku!" Andre berkedip, menepuk dadanya dan berkata dengan yakin.
Keesokan paginya, Andre membangunkan Nayla dengan lebih awal.
Nayla, yang masih tertidur, mengulurkan tangannya dan mengusap matanya. Dia menguap dan berkata, "Ada apa, Kak? Ini masih terlalu pagi."
"Nayla, Kakak ingin memberitahumu sesuatu." Andre duduk di tempat tidur dan menatap Nayla dengan ekspresi serius.
"Ada apa?" Nayla menatapnya dengan bingung dan bertanya dengan rasa ingin tahu.