"Ada apa?" Ibu Andre menoleh dan menatap Nayla yang sedang duduk di sofa. Dia bertanya sambil tersenyum. "Apa ada yang ingin kau katakan padaku, sayang?"
"Aku ..." Nayla membuka mulutnya, dan melirik Andre dengan ragu. Sebelum dia bisa berkata apa-apa, tiba-tiba air mata mengalir dari sudut matanya.
Saat Ibu Andre melihat Nayla yang tiba-tiba menangis, dia bergegas mendatangi putrinya meskipun baru memakai satu sandal. Dia segera mengulurkan tangannya dan memeluk Nayla sembari menepuk punggungnya dan bertanya dengan lembut. "Astaga, ada apa, Nayla? Kenapa kamu menangis, sayang? Berbicaralah pada Ibu, kau tidak perlu takut. "
"Uuuu ..." Nayla dipeluk oleh ibu Andre, dan akhirnya tangisannya terpecah.
Suara tangisnya terdengar sangat lemah, seolah-olah dia berusaha keras untuk menahannya dengan putus asa. Tetapi pada akhirnya dia tidak bisa menahan tangisnya.
Pemandangan itu menggores hati Andre.
"Ada apa? Ada apa? Oh, tidak." Ibu Andre segera mengulurkan tangannya dengan panik dan mengeluarkan beberapa potong tisu dari tempat tisu di dekatnya. Sambil membantu Nayla menyeka air matanya, dia bertanya dengan lembut. "Apakah kakakmu mengganggumu? Jangan takut, Nayla. Kau bisa memberitahu Ibu, dan Ibu akan memberinya pelajaran agar dia tidak mengganggumu lagi. "
Saat Andre yang berdiri di samping mereka mendengar perkataan ibunya, ia merasa sangat bingung. Kenapa Ibu Andre malah mencurigainya?
"Bukan. Kakak tidak menggangguku..." Nayla menggelengkan kepalanya dengan keras, tetapi air mata masih mengalir dari matanya dengan deras.
"Lalu ada apa? Apa yang membuatmu menangis?" Ibu Andre menyeka air mata dari wajah Nayla dengan susah payah sebelum bertanya dengan suara yang lebih lembut: "Katakan pada Ibu, oke?"
"Aku ..." Nayla membuka mulut kecilnya yang kemerahan. Setelah beberapa saat, dia mencoba menghentikan tangisnya dan berkata, "Bu ... Aku tidak ingin pergi ke taman kanak-kanak lagi..."
Begitu dia mendengar perkataan Nayla, ibu Andre tercengang.
Andre memandang ibunya. Dia merasa bersimpati pada Nayla di dalam hatinya.
Andre teringat bahwa ketika dia pertama kali masuk ke kelas satu sekolah dasar, dia pernah mengatakan hal yang sama kepada ibunya.
Lalu apa yang terjadi?
Sepertinya setelah Ibu Andre mendengar kata-kata, dia langsung berbalik dan berjalan ke dapur tanpa berkata apa-apa. Tapi kemudian Andre menjadi panik saat melihat ibunya mengambil sapu dan bergegas ke arahnya ...
Dia merasa bulu kuduknya berdiri saat mengingat hal tersebut ...
"Kenapa?" Ibu Andre kembali tersadar dan menatap Nayla, yang mata dan hidungnya terlihat merah karena menangis. Dia mengulurkan tangannya dan membelai rambut Nayla yang tersangkut di telinganya. Kemudian dia bertanya dengan suara yang lembut, "Nayla, apakah kamu tidak suka pergi ke taman kanak-kanak? "
"Tidak..." Nayla menggelengkan kepalanya dan membuang ingusnya dengan keras. Mulut kecilnya yang kemerahan bergerak-gerak sedikit, tetapi pada akhirnya dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.
"Um…" Ibu Andre memandang putrinya yang menangis dengan sedih. Dia berpikir sejenak selama beberapa saat sebelum mengangguk dan berkata: "Baiklah, jika Nayla tidak ingin pergi ke taman kanak-kanak, maka ibu akan datang ke TK dan memberitahu gurumu besok. Aku akan meminta izin padanya untuk memberimu beberapa hari libur, oke? "
"Benarkah?" Setelah mendengar kata-kata ibunya, mata Nayla berbinar-binar.
"Iya. Sungguh." Ibu Andre tersenyum dan mengusap kepalanya. Lalu dia mencium pipinya yang lembut.
...
Andre yang masih berdiri di samping menatap mereka dengan ekspresi terkejut. Dia tidak menyangka bahwa ibunya akan mengabulkan permintaan Nayla untuk tidak bersekolah dengan ramah. Rasa iri membuat Andre mengerucutkan bibirnya dan berkata dengan kesal, "Dulu aku pernah bilang pada Ibu bahwa aku tidak ingin pergi ke sekola. Tapi dulu Ibu malah menghajarku karena berkata begitu... "
Ibu Andre menoleh ke arahnya dan menatapnya dengan datar.
Tatapan ibunya mmebuat Andre segera menutup mulut dan berhenti berbicara.
"Malam sudah larut, jadi lebih baik kau mandi dulu, oke?" Ibu Andre kembali menoleh ke arah Nayla dan berkata dengan lembut "Setelah mandi, ganti pakaianmu dengan piyama dan langsung pergi tidur, oke? Mungkin setelah itu perasaanmu akan membaik. Aku akan menyusulmu setelah beberapa saat. Dan besok ibu akan pergi ke taman kanak-kanak dan meminta cuti untukmu. "
"Oke." Nayla mengangguk dengan patuh. Lalu dia mengulurkan tangannya untuk menyeka air mata dari wajahnya sebelum berbalik dan berlari ke atas.
Setelah melihat sosok Nayla yang menghilang di balik tangga, Ibu Andre mengerutkan keningnya dan berdiri.
Andre menatap ibunya dan menghela nafas dengan pasrah. Tapi ketika dia akan naik ke atas untuk melanjutkan pekerjaan rumahnya, tiba-tiba ibunya memanggil.
"Andre, kemarilah." Ibu Andre duduk di sofa di ruang tamu dan melambai kepada Andre, menyuruhnya untuk mendekat.
"Hmm? Ada apa?" Andre terkejut dan berbalik. Dia berjalan ke sisi ibunya dan menatapnya dengan bingung.
"Selama kau menjemput Nayla ke taman kanak-kanak dua hari terakhir ini, apakah ada suatu kejadian tidak menyenangkan yang terjadi?" Ibu Andre mengerutkan kening dan memandang Andre dengan curiga.
"Aku tidak tahu." Andre menggelengkan kepalanya dengan putus asa. "Ketika aku menjemputnya sepulang sekolah sore ini, dia bilang dia tidak ingin pergi ke taman kanak-kanak lagi. Aku bertanya apakah ada yang mengganggunya di taman kanak-kanak, tapi dia tidak mengatakan apa-apa."
"..."
Ibu Andre mengerutkan keningnya dengan bingung saat dia mendengarkan kata-kata Andre.
"Tapi aku rasa seharusnya Nayla bukanlah tipe anak yang tidak suka pergi ke sekolah ..."
"Apa maksud Ibu?" Andre tidak bisa menahan untuk tidak mengangkat alisnya dengan heran setelah mendengar kata-kata ibunya dan bertanya, "Apakah itu artinya Ibu menganggapku sebagai tipe anak yang tidak suka bersekolah?"
"Apakah kamu suka sekolah atau tidak, kau sendiri yang tahu jawabannya dalam hati." Ibu Andre menatapnya dengan datar sebelum kembali mengerutkan keningnya. "Pasti sesuatu terjadi di taman kanak-kanak, tapi Nayla tidak berani memberitahuku.. "
"Oh ..." Andre berdiri dan mendengarkan analisis ibunya sebelum mengangguk.
Sesaat di ruang tamu hanya ada keheningan.
"Andre." Ibu Andre tiba-tiba memanggilnya.
"Hah?" Andre menatap ibunya dengan ragu.
"Ibu akan memberimu tugas." Ibu Andre menatap putranya dengan serius.
"Tugas apa?"
"Beberapa saat lagi, setelah Nayla selesai mandi, kau juga harus cepat mandi dan tidur lebih awal untuk menemani Nayla."
"Hah?" Andre menatap ibunya dengan ekspresi bingung.
"Kamu dapat berbicara dengan Nayla lagi dan mencari tahu apa yang terjadi padanya di taman kanak-kanak." Ibu Andre berkata dengan wajah yang lelah, "Jika kamu tidak bisa mencari tahu apa yang terjadi padanya, jangan berharap untuk mendapat pakaian atau mainan baru saat tahun baru nanti. "
"Tidak, Bu, mengapa kau tidak bertanya pada Nayla sendiri? Kenapa Ibu harus menyuruhku untuk bertanya padanya?" Ketika Andre mendengar ancaman ibunya untuk mencari tahu tentang apa yang terjadi pada Layla, dia merasa sangat tertekan.
"Ibu tahu kalau Nayla lebih dekat denganmu." Ibu Andre menghela nafas dengan sedih dan berkata, "Aku juga salah karena sering pergi dalam perjalanan bisnisku dan tidak bisa sering menemanimu dan Nayla. Saat ini Ibu merasa bahwa dia tidak akan memberitahu Ibu tentang apa yang benar-benar terjadi, jadi aku hanya bisa mengandalkanmu. "
"..."
Saat mendengar kata-kata ibunya, Andre bisa merasakan rasa percaya yang besar dari Ibunya yang tidak bisa dia jelaskan.