webnovel

Tidur sendiri bangun berdua!

Marco bertolak pinggang dan menggelengkan kepala. Dia hanya bersarung handuk yang melilit di pinggang. Punggung dan rambutnya masih menurunkan bulir bulir air. Dia baru selesai mandi.

Pria itu menatap wajah tenang Chi yang tertidur di depan layar laptop nya yang masih menyala. Pria itu menurunkan tubuh dan menurunkan kedua tangan Chi yang masih dalam posisi mengetik. Kepalanya yang bersandar pada lengan, jelas posisi itu sangat tidak nyaman.

"Bisa bisanya dia tertidur dalam posisi seperti ini.." bisik Marco tak percaya. Dia segera meriah tubuh Chi denhan perlahan. Dia menggendong Chi di lengannya yang kekar. Pria itu menurunkan tubuh Chi yang ramping ke ranjangnya. Dia merapikan pakaian Chi yang sedikit tersingkat.

Tidak bisa bohong. Chi sudah banyak berubah dari bocah kecil manja dulu. Meski sifat manjanya masih sama tapi keadaan sudah jelas berbeda.

Kalau dulu pakaian sederhana dengan rambut kusut yang keramas tanpa sampo. Kini, Marco bisa mencium wangi segra rambut panjang Chi yang hitam, lembut terjatuh menyentuh kulit lengan Marco.

Bibir merah mudah yang merekah dan terlihat kenyal seperti permen jeli. Hidung tak terlalu mancung tak juga dikatakan pesek. Sangat proporsional dengan wajahnya yang mungil. Pada bagian dagunya terlihat sedikit menonjol membuat bayangan bibirnya tampak jelas. Saat menutup mata seperti ini, bisa terlihat kalau bulu mata Chi pun ikut tumbuh dengan baik. Bulu mata panjang dan lebat. Merekah bak taman bunga yang sedang mekar sempurna.

Marco tak bisa beranjak dari posisinya yang jongkok di tepi ranjang. Dia menatap lekat lekat wajah chi dengan jarak sejengkal.

"Kau cantik sekali.." lirih Marco tanpa suara. Dia begitu mengagumi pertumbuhan baik Chi. Adiknya.

"Kau adalah adik terbaik yang aku punya. Aku akan selalu melindungimu kapanpun. Sampai kapanpun.." Marco berjanji pada diri sendiri. Dia membelai lembut rambut Chi yang tertidur pulas.

"Kaka.." Chi mengigau. Membuat bibir Marco tertawa kecil dan merona merah. Pemuda itu menutup setengah wajahnya dengan telapak tangan. Dia menyembunyikan wajah merahnya.

"Kau memimpikan apa denganku.." bisik Marco malu sendiri dengan pikirannya. "Jangan bermimpi macam macam ya!" Ujar Marco kembali menatap wajah chi. Tak berselang lama dia bangkit dan baru menyadari kalau dia belum berpakaian. Pria itu menggeleng dengan tingkahnya.

"Untung dia tertidur.. gawat kalau dia melihatku seperti ini. Bisa bisa dia benar benar mimpi mesum.." Marco bergumam sendiri. Dia segera membuka lemari dan mencari pakaian. Sekali lagi dia menoleh pada wajah tenang Chi.

"Dia benaran sudah tidur kan?" Tanya Marco curiga.

"Mmm.." suara Chi mengigau lagi. Gadis itu membalik arah tidurnya. Dia membelakangi Marco. Chi menautkan alis. Wajahnya merah padam. Dia ternyata tidak tidur selelap itu. Gadis itu menyimpan ekspresinya yang mengandung banyak arti. Dia menggigit bibir meringis tak jelas.

***

Chi mengerutkan dahi. Dia merasa sesuatu mendekap pinggangnya. Dengan wajah terkejut dan mata membulat. Chi memutar badan dan dia mendapati Marco yang tertidur pulas.

Oh my God! Batin Chi terkejut. Dadanya berdebar hebat.

Pantas saja pinggangnya terasa berat ada lengan Marco yang memeluknya. Dan sekarang saat Chi memutar badan wajahnya hampir saja menyentuh wajah Marco, mereka berhadapan begitu dekat. Chi sampai harus sedikit memundurkan kepala agar hidungnya tak menyentuh kulit wajah Marco.

Ya ampun. Mereka tidur bersama malam ini. Menyadari hal ini wajah chi terasa panas. Enam belas tahun dan ini kali pertama dia begitu nyaman dan dekat dengan laki laki. Laki laki yang tidak lain dan tidak bukan, teman kecilnya di panti.

Dulu.. saat malam tiba. Chi akan kabur dari ranjangnya, dia menyusup di balik selimut Marco. Itu hal biasa saja, karena Chi masih kecil dan bisa di maklumi oleh teman temannya. Lagipula Marco begitu menjaga Chi. Mereka seperti kakak adik kandung.

Apalagi panti tak memiliki cukup kamar. Mereka tidur bersama dalam satu kamar dengan jumlah anak hampir sepuluh orang. Posisi tidur seperti ikan asin yang sedang di jemur.

"Berapa tahun kau tidak memelukku.. rasanya ini seperti mimpi.." lirih Chi. Dia mengangkat tangannya. Ragu ragu hendak mengelus pipi Marco.

Setelah beberapa kali tarik ulur akhirnya Chi mendaratkan jarinya di pipi Marco. Dia mengelus lembut dan menikmati kulit Marco. Ah, mereka tumbuh dengan sangat baik. Tak bisa terbayangkan kalau mereka harus besar di panti dengan keadaan yang terbatas. Apa ini artinya baik? Marco bisa tumbuh menjadi pria tampan dan Chi jadi remaja yang memukau.

"Eeumm.." gerakan Marco membuat chi terperanjat. Apalagi tangan kekar Marco menarik pinggang Chi kian dekat dengan posisinya. Dia memeluk erat Chi dan mengangkat tubuh itu di atas badannya.

"Aahh.. kakak sudah bangun ya!" Chi berontak. Marco hanya menarik garis bibir. Dia tersenyum sementara matanya masih tertutup.

"Kakak.. lepaskan aku.." tapi Marco malah mempererat pelukannya. Membuat tubuh Chi berontak di atas badannya.

"Sshh.. jangan bergerak terus!" Pinta Marco setengah berbisik.

"Kenapa?" Tanya Chi bingung. Dia langsung menuruti ucapan Marco yang terdengar serius. Pria itu melebarkan lagi senyumannya dan membuka mata.

"Kalau kau terus bergerak seperti tadi. Nanti ada yang bangun.." bisiknya dengan wajah menggoda.

"Siapa?" Tanya Chi bingung. Dia menatap sekeliling ruangan. Dan tak ada siapapun selain mereka di sini.

"Siapa kak? Tidak ada orang lain selain kita di kamar ini?" Tanya Chi dengan polos.

"Kau yakin?" Goda Marco dengan senyum sumringah. Dia memamerkan deretan giginya yang putih dan bagian taring yang terlihat tajam. Senyumnya sungguh mematikan. Chi menyukai senyuman khas ini. Marco memiliki senyum yang manis yang terlihat sempurna di ujung hidungnya yang lancip.

Tanpa sadar Chi menatap wajah Marco dengan seksama.

"Kenapa?" Tanya Marco. Chi segera tersadar. Dia menggeleng.

"Kakak lepaskan aku.. aku harus ke kamar mandi.." paksa Chi dia kembali menggerakkan badannya. Marco lagi lagi sengaja mempererat pelukannya.

Kedua kaki Chi lurus sejajar diantar kaki Marco yang terbuka.

"Kakak ih.." Chi sudah tak bisa terus menatap wajah Marco. Dia menghentakkan ujung kaki ke kasur berkali kali meminta Marco melepaskan pelukan. Gerakan kaki Chi memancing naluriah Marco sebagai seorang pria muda yang sehat dan sangat sehat.

Sesuatu bangun dan bergerak di bawah sana.

Chi membulatkan mata. "Apa itu?" Tanya nya terkejut saat sesuatu yang mengeras mulai mendorong pangkal pahanya.

"Sudah aku bilang nanti dia bangun. Kau nakal sih.." Marco menyalahkan Chi. Gerakan di bawah sana semakin aktif.

"Akkkhh!!! Kakak!!" Chi mendorong dada Marco dan melompat turun dari atas tubuh Marco. Dia menghentak geli dan panik. Wajahnya merah padam. Dia menutupi wajahnya dan terus saja menggerakkan tubuh geli.

"Kakak mesum!!" Chi setengah berteriak dan menyembunyikan wajahnya.

Marco mengangkat punggung, bersandar. Dia tertawa melihat tingkah Chi yang panik sendiri.

"Hahah.. kau ini! Itu biasa untuk pria dewasa Chi!" Ujar Marco dengan wajah tenang.

"Apaan yang biasa! Issh.. kakak benar benar deh!" Chi masih tak bisa membuka tutup wajahnya. Dia malu dan geli sendiri.

"Kalau pria itu tidur sendiri bangunnya berdua. Itu normal kok!" Marco berusaha menjelaskan.

"Ah, ga tau ah. Aku mau pulang dulu!" Chi memilih kabur.

"Nanti sarapan di sini ya!" Teriak Marco melihat chi segera berlari menuju pintu.

"Tau ah!!" Balas Chi tak jelas. Marco tertawa geli melihat adik nya itu salah tingkah.

Kakak keterlaluan! Ya ampun! Dia mengambil keperawanan pahaku! Batin Chi jengkel juga malu. Dia memukul kepala sendiri sebelum menghilang di balik pintu kamarnya.

Siguiente capítulo