Entah kenapa Didan tidak bisa berhenti memikirkan ucapan dari sahabatnya tersebut sehingga membuatnya kini benar-benar tak bisa mengalihkan pikirannya dari seorang gadis yang bernama Sheila.
Bahkan, laki-laki itu saat ini sedang berbaring di tempat tidur dengan guling yang berada dalam pelukannya tersebut.
Sebenarnya sejak beberapa hari yang lalu Sheila selalu mencoba untuk menyapanya di kampus dan mengiriminya sebuah pesan chat kepadanya, akan tetapi selalu Didan abaikan karena ia yang merasa tak pantas untuk gadis baik seperti dirinya.
Kembali terdengar suara notifikasi dari ponselnya membuat Didan langsung menghela nafas. Laki-laki itu menolehkan kepelanya ke arah samping dimana benda tipis tersebut berada.
"Itu pasti Sheila," ujarnya dalam hati. "Maafin gue, Sye."
Di sisi lain saat ini seorang gadis sedang berdiam diri di balkon kamarnya sembari memandang langit malam yang dingin ini.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com