"Uwak mau ngomong dong, sama pacarnya Raya."
JDEGEER!!
Seperti ada suara petir tiba-tiba di kepalaku, ngapain uwak mau ngomong di telepon sama Bimo? Aish! Ingin ku tolak tapi ... Aarrggh! Bodo ah!
"Be-bentar ya Wak, Raya tanya dulu," ujarku berusaha menekan emosi bergejolak dalam dada ini.
"Bim, uwak katanya mau ngomong sama kamu."
"Hmm? Ya udah sini kasih teleponnya?"
Aku tidak salah dengar kan? Kenapa dia santai sekali?
"Gak pa-pa Bim kamu ngobrol sama uwak?" tanyaku memastikan, barangkali dia terpaksa.
"Gak pa-pa, aku panggilnya apa? Uwak juga?" tanyanya masih dengan santai.
"Iya, terserah, uwak juga gak pa-pa, ini aku kasih telponnya ke uwak ya."
Ku serahkan telepon genggamku pada uwak yang kini sudah ikut duduk di kasur. Aku duduk bersila menghadap beliau sambil ketar-ketir kalau uwak akan bicara aneh-aneh pada Bimo. Hei! Kau tidak bisa menebak apa yang akan dilakukan orang tua! Hanya dia dan Tuhan yang tau pergerakannya.
"Halo, Assalamualaikum."
"....."
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com