"Heheheheh"
"Heheheheheheheh"
"Heheheheheheheheheh"
'Aaaaakhhhh.. Apaa siih? kenapa aku jadi kayak orang gila gini....!!"
Pekikku dalam bekapan bantal di kamarku. Aku baru saja pulang dari rumah Bimo dan sudah mandi, sekarang sedang mencoba tidur tapi tidak bisa. Bayangan ciuman Bimo tadi siang terngiang-ngiang terus di kepalaku, itu first kiss ku, tapi aku senang melakukannya dengan Bimo. Heheheheh..
Tuhkan! ketawa sendiri lagi...
Ku usap kasar wajahku dengan tangan seolah ingin menyadarkan hatiku yang masih berdegup kencang jika ingat itu, apa Bimo juga merasa begini ya? Ah! dia sepertinya sudah biasa sih, aku tak tau berapa cewek yang sudah pernah dia cium sebelumnya, dan tidak mau tau juga karena bikin aku gerah setiap memikirkan itu.
Aku coba untuk memejamkan mataku sambil menghitung domba agar segera ngantuk, sampai aku tidak sadar kapan tertidur dan baru sadar saat terbangun senin pagi yang masih gelap, aku mimpi apa ya? gak ingat.
--@@@--
"Raya!"
Aku berbalik sebab namaku di sebut oleh seseorang, dia adalah Rangga anak kelas 2 IPS 1, ketua OSIS sekolahku. Dia hampiri aku yang sedang jalan menuju lapangan upacara bersama beberapa orang teman sekelasku.
"Ada apa ngga?" tanyaku atas keperluannya.
"Enggak, aku mau mastiin siapa yang pergi mewakili eksjur buat lomba mading Bunkasai di UGM besok Ray, kata Rina kamu ikut?"
"Ooh..iya, kemaren sabtu Rina ngasih tau aku sama Nisa besok ikut sama dia ke Bunkasai buat lomba madingnya."
Kami ngobrol sambil tetap jalan menuju lapangan upacara.
"Oke, terus buat cosplay siapa?"
"Aduh, aku gak tau kalau itu ngga. Coba tanya sama anak Tari deh, kalau gak salah mereka yang mau jadi cosplayernya"
"Hmm..yaudah nanti aku tanya sama anak Tari. Oh! besok pergi sama siapa Ray ke UGM nya?"
"Belum tau sih, ntar aku tanya Nisa dulu kalau dia bawa motor, aku bareng dia"
"Ooh..yaudah kalau gak ada tumpangan sama aku aja besok, aku juga kesana buat koordinir temen-temen perwakilan sekolah kita"
"Oke ngga"
Setelah itu kami berpisah arah ke barisan kelas masing-masing, jadi ngomong-ngomong Bunkasai, besok adalah hari diadakannya festival budaya Jejepangan di UGM, Bunkasai adalah festival budaya Jepang yang biasanya rutin diadakan setahun sekali, kami ikut kategori yang diperuntukkan untuk anak-anak setingkat SMA oleh kakak-kakak HIMAJE, dan salah satu lomba yang diadakan adalah lomba mading siswa bertema jepang yang sudah pasti eksjur di sekolahku lah yang akan berpartisipasi.
Kami sudah menyiapkan semua hal yang akan di perlombakan, juga mading portable yang sudah kami hias sedemikian rupa agar nampak bagus dan tertata, lalu tak lupa ornamen khas Jepang yang sudah kami tempel di sana-sini, sekedar pamer padamu kalau sekolahku sudah sering menjuarai lomba mading Jepang di Bunkasai ini, sudah 3 tahun berturut-turut sekolah kami yang menang, dan tahun ini kami berusaha semaksimal mungkin agar bisa tetap mempertahankan gelar juara bertahan.
Rina menunjuk aku dan Nisa untuk mendampingi dia mewakili sekolah dalam lomba mading, karena tidak mungkin semua anak eksjur yang bejibun itu ikut semua menjadi peserta lomba, jadi hanya beberapa orang saja yang biasanya di tunjuk dan tahun ini aku kebagian giliran jadi peserta, Dwi tidak ikut kali ini karena kemarin dia menolak di libatkan jadi peserta lomba, alasannya repot dan capek jadi dia bilang akan jadi pendukung kami saja besok.
Sebagai kelonggaran atas pertisipasi kami di Bunkasai esok hari, sekolah memberi izin tidak wajib hadir di kelas untuk semua siswa yang terlibat dalam lomba maupun semua siswa anggota ekskul yang akan kesana memberi dukungan, maka dari itu besok aku tidak ke sekolah dulu melainkan langsung menuju UGM dari rumah.
Kamu tanya apa Bimo sudah tau? Ya sudah pasti tau karena aku bilang padanya kemarin. Reaksinya? Biasa saja, tapi dia bilang tidak akan mendukung kesana karena tak mengerti jejepangan + tidak suka hal seperti itu = tak akan menemani aku disana besok.
Upacara berjalan lancar dan cepat sebab bukan pak Sumitro yang jadi pembina, Bimo juga ada disana, di barisan paling belakang kelasnya. Ia masih menepati ucapannya dulu kalau tak akan lagi nakal dan bikin aku jadi khawatir karena dia kena masalah.
"Besok jadi lomba?" Bimo tanya padaku saat kami di warung mbah Rimbi makan gudeg komplit khas beliau.
"Jadi, tapi mungkin aku pergi dengan Rangga ketua OSIS Bim, soalnya Nisa besok diantar mas-nya kesana. Rangga kemaren nawarin karena dia harus hadir di sana juga untuk koordinir" jawabku disela-sela kunyahan makananku.
"Ooh..aku bisa antar kalau kamu minta"
"Jangan! sekolah, gak boleh bolos!" ujarku tegas.
"Hiss...dasar kejam!" komplainnya.
"Bodo"
Mbah Rimbi hanya geleng-geleng kepala lihat kami berdebat seperti itu, ternyata Bimo juga sering makan disini sejak pindah ke sekolahku dan sudah akrab dengan mbah Rimbi. Teman-temannya yang lain juga begitu, suka pakai warung mbah Rimbi jadi tempat nongkrong kedua mereka selain kantin belakang jadinya mereka pun lama-lama dekat dengan para mahasiswa yang juga langganan mbah Rimbi.
"Disana jangan nakal" ujar Bimo mewanti-wanti
"Nakal ah" jahilku pada Bimo yang berbuah batuk karena Bimo tersedak saat minum gara-gara dengar omonganku.
"Hahahahahah...gitu aja keselek" kuteruskan menganggu nya karena biasanya dia yang selalu ganggu aku.
"Coba aja nakal, nanti aku obrak-abrik isi UGM itu" katanya berseloroh.
"Hahahahah...emang bisa?" kataku sok menantangnya.
"Apa yang gak bisa? Gampang itu sih" ujarnya sok menyepelekan.
"Heleh...ngarang hahahah"
Bimo tertawa. Bayu, Akbar, dan beberapa kawan Bimo yang lain juga ikut tertawa.
"Ati-ati Bim, cewek biasanya gampang kepincut sama mahasiswa"
"Curhat kamu Gus?" balas Bimo dan sukses bikin kawannya yang lain tertawa.
"Sialan! Aku ngasih tau biar kita gak senasib"
"Hahahah... Kalau aku gak akan maksa, misalnya Raya mau dengan orang lain karena gak suka akau lagi, ya ku lepas. Cewek banyak"
Kata Bimo pada Agus yang baru aku tahu kalau pacarnya memilih untuk putus dari dia karena ada mahasiswa yang mendekati, jadi mantannya Agus pilih mahasiswa itu dibanding dirinya dan itu bikin Agus galau 3 hari 3 malam kata teman-temannya.
"Ngomong aja gampang kamu Bim, kalau udah kejadian baru galau" balas Agus.
"Emangnya kamu, galau minum susu beruang 3 krat! Wkwkwkwkwk"
Timpal Bimo yang berhasil bikin wajah Agus memerah malu dan suara tawa teman-teman lain serta orang-orang yang juga sedang makan disini terdengar sampai keluar warung.
Aku juga tertawa karena baru tau tingkah Agus, tapi tidak dibagian Bimo yang bilang kalau tak akan memepertahankan aku jika aku berpaling dan dia akan milih cari cewek lagi. Entah kenapa aku jadi agak sebal, enteng sekali dia bilang begitu setelah cium aku kemarin. Katanya sayang banget. huh!
"Berarti kamu gak apa-apa kalau misalnya aku bilang aku suka sama orang lain? Mau langsung cari cewek lain buat gantiin aku?" Tanyaku lebih berbisik ke Bimo agar hanya kami yang bisa dengar.
Dia tersenyum kecil dengar tanya ku.
"Kamu ada suka sama orang lain selain aku?"
"Ish enggak, ku bilang kalau misalnya"
"Hehe, aku sih gak mau kamu begitu. Tapi kalau kamu sudah pindah hati, aku bisa apa? gak mungkin ku paksa kamu mau denganku lagi. Dengan kamu yang hidup nyaman di duniamu saja aku sudah senang." ujarnya.
"Ya tapi masa gak diperjuangkan dulu sih?"
"Kalau di perjuangkan ya pasti, tapi aku bukan orang yang egois untuk memikirkan kesenanganku sendiri sedangkan kamu gak nyaman."
"Hmm..jadi langsung cari cewek lain?"
"Haha..enggak segampang itu markonah" ujarnya sambil mengacak rambutku seperti biasanya, aku hanya berdecak sebal.
"Kalau kamu yang pindah hati?" tanyaku kemudian.
Bimo diam sejenak lalu bilang
"Aku bisa jamin baru akan pindah hati setelah urusanku denganmu selesai, kalau kamu masih bersamaku, aku hanya akan lihat ke arahmu meskipun ada Selena Gomes di sebelahmu. Aku gak akan tertarik."
"Hahahaha...ada-ada aja"
"Heheh...jangan cemburu, nanti kamu capek"
"Iyaaa..."
Entah sejak kapan perasaanku berkembang makin besar pada Bimo, seingatku dulu sebelum pacaran dengannya aku hanya merasa yaman dan cocok saja saat ngobrol dengan dia dan tidak berpikir akan berakhir sejauh ini kami bisa menjalin perasaan, dia bahkan bilang kalau dia pun kaget dengan perasaannya sendiri padaku yang ku tebak berkembang sama besarnya dengan rasaku untuknya.
Ku harap semua akan baik-baik saja sampai entah kapan waktunya tiba untuk kami berjalan di jalan masing-masing atau berjalan bersandingan dibawah selendang putih, kami tidak tau apa yang menanti di depan, toh kami masih muda, masih sekolah. Aku tak mau berpikir terlalu banyak, terlalu jauh. Seperti kata Bimo, itu akan bikin aku capek.
Bimo? Bimo itu manja kayak kucing yang suka dielus kepalanya
-Kata Raya-
maaf pendek chapternya, besok dipanjangin deh hehe