webnovel

Kenalan!

Senin pagi upacara seperti biasa, seluruh siswa dan guru hadir dilapangan upacara untuk serentak hormat kepada bendera kebanggaan Indonesia, tapi satu hal yang gak biasa adalah aku melihat si anak baru berdiri di barisan paling belakang di kelasnya dan sudah pakai atribut lengkap yang diwajibkan dipakai saat upacara senin pagi.

Hah?! Apa aku masih ngantuk? Kok dia ada disitu? Tumben!

Kalau bisa dibilang ini sebuah keajaiban mungkin bukan hal yang berlebihan, karena semenjak dia pindah ke sekolah ku belum pernah aku lihat dia ikut upacara sekalipun.

Dan hari ini? Oke, mungkin dia habis kejedot pintu atau salah minum obat??

Dia melihat ke arahku yang tanpa sadar jadi terus-terusan memandangi pemandangan tak biasa itu, dia senyum dan meletakkan tangan kanannya di dada sebelah kiri, dan mulai sedikit menundukkan kepalanya mengisyaratkan kalau dia adalah anak yang baik, tanpa sadar aku jadi ketawa karena tingkahnya, dia juga ketawa.

Selesai upacara semua belajar seperti biasa, kelasku juga begitu, kebetulan guru matematika yang seharusnya mengajar kelasku hari ini tidak hadir, jadi guru piket hanya memberikan soal latihan pada kami agar dikerjakan sampai waktu pelajaran habis, dan Arif sebagai ketua kelas di tugaskan untuk mengumpulkan tugasnya untuk nanti diperiksa oleh guru matematika.

Aku dan teman sebangku ku 'Dwi' ditambah Sari dan Galih yang duduk di depan kami mengerjakan soal latihannya bersama-sama, tapi bisa dibilang mereka lebih ke nyontek padaku.

Arif mulai lagi dengan aksinya, bertanya padaku apa ada soal yang tidak ku mengerti supaya dia bisa membantu, tapi ku bilang soalnya tidak terlalu susah dan aku bisa mengerjakan sendiri.

Dwi, Galih, dan Sari terkekeh melihat wajah kecewa Arif. Mereka tau Arif yang pengen ke aku, tapi selalu ku tolak.

Bisa dibilang mereka bertiga adalah teman yang paling dekat denganku di kelas, mereka juga sering bilang Arif terlalu memaksakan perasaannya ke aku tanpa mau mikir apakah aku nyaman atau tidak.

Dan itu benar!

Bel istirahat sudah berbunyi, tugas matematikapun sudah kami kumpulkan.

Aku, Dwi, Sari, dan Galih sepakat untuk segera mengisi perut di kantin sekolah karena kami sudah sangat lapar, dan jadi lama kalau harus makan di warung Mbah Rimbi karena mahasiswa-mahasiswa yang biasanya makan disana pasti sudah mengantre, dan kami pasti kebagian urutan terakhir karena memang warung Mbah Rimbi selalu ramai. Kata orang jam-jam segini adalah Golden Hour di warung Mbah Rimbi. Hehehe....

"Ray, makan dikantin kan? Nanti aku nyusul ya abis nganter buku ke ruang guru"

Kata Arif padaku.

"Hah? i-iya makan dikantin bareng yang lain".

"Oke, nanti aku susul"

"Iya deh"

Duh! Harus cepat-cepat selesai makan nih!

Sampai dikantin kami langsung memesan 4 mangkok bakso dan 4 gelas es teh, hari ini entah kenapa rasanya sangat lapar, mungkin karena pembina upacara pagi tadi adalah Pak Sumitro, kalau sudah beliau yang memberi sambutan saat upacara, sudah dipastikan akan bikin kuping kita lumutan saking lamanya.

Jadi, sepiring batagor gak bakal mempan buat mendiamkan cacing-cacing yang sudah dangdutan diperut kami.

"Si Arif mau nyusul katanya Ray?" Galih bertanya padaku.

"Iya, kamu nanti temenin dia ya Lih, aku mau cepet-cepet abisin makanan soalnya"

"Hahahaha...moh aku (gakmau aku)"

"Yaah Galiiih, bantuin temen sendiri dong"

"Hahahaha...males, kamu pikir aku cowok apaan"

"Wkwkwkwk"

Kami bertiga spontan ngakak waktu galih ngomong seperti itu dengan suara yang dibuat sengau, seolah-olah dia kemayu.

"Wih ngetawain apaan nih? Seru banget kayaknya"

Arif sudah datang dan langsung duduk di kursi kosong di sebelah kananku

"Ngetawain tahi lalatnya Galih, wkwkwk" kata Sari menjawab pertanyaan Arif tadi.

"Emang kenapa sama tahi lalatku? Kan ganteng to?" Protes Galih

"Ganteng mbahmu jebot Lih..Lih.." Dwi menimpali

"Ahahahahah" Spontan kami ketawa serempak dengar cibiran Dwi.

Kami ngobrol sambil makan bakso yang sudah datang dari tadi, Galih selalu bikin banyolan yang membuat kami semua sakit perut ketawa.

Galih memang anak yang ceplas-ceplos dan suka ngelawak.

"Ray, doain aku besok lolos seleksi untuk peserta lomba cerdas cermat ya, kalo lolos kan bisa mewakili sekolah buat lomba ke Jakarta" kata Arif tiba-tiba ke aku.

"Oh iya Rif, mudah-mudahan kelas kita lolos seleksi, kamu sama Yuni sama Mona kan?"

"Iya Ray, dukung ya, kalo kamu yang dukung, aku jadi semangat! Hehe"

"Ekhem...cuma Raya aja nih? gak minta dukungan kami juga Rif?" Kata Dwi protes.

"Yaah...kalian jugalah, kan kita sekelas biar kelas kita menang trus lolos seleksi ke Jakarta"

"Heleh modus" ceplos Galih.

Yang lain ketawa, Arif cuma bisa salah tingkah sendiri karena diledekin.

Besok adalah hari seleksi untuk peserta lomba cerdas cermat yg diadakan oleh salah satu stasiun TV swasta di Jakarta, setiap kelas harus mengirimkan 3 orang peserta untuk ikut seleksinya, mereka harus saling bertanding untuk bisa menjawab soal-soal yang diberikan guru, dan yang paling banyak bisa menjawab akan menjadi wakil sekolah mengikuti lomba cerdas cermat ke Jakarta.

Dan Arif sudah meracau soal minta ku dukung berulang kali sampe kupingku mau meledak rasanya.

"Boleh gabung? Kursi kantin lain udah penuh soalnya"

Tiba-tiba si anak baru muncul dan langsung duduk di bangku kosong bagian sudut di sebelah kiriku. Tentu saja dengan Bayu yang langsung duduk di dekat dwi.

"Boleeeh...gabung ajaa" kata Sari semangat.

"Oke..hehe"

Aku diam saja sambil makan sisa bakso ku yang tinggal setengah.

Sekali lagi, dia wangi sekali dan gak tercium bau rokok sama sekali.

"Aku udah gak nakal, gak bolos upacara lagi" katanya tiba-tiba.

"Hah?!"

"Kan kamu bilang jangan nakal, biar gak kena masalah"

"Ooh..hehe iya, bagus dong"

Aduh! Aku gak bisa menatap ke wajah sari, kamu pasti ngerti kalau diposisiku.

"Kamu kenal sama dia Ray?" Kata Arif

"Iya, memang kenapa?"

"Oh..gak kenapa-napa, aku gak tau kamu kenal sama dia"

"Iya, kadang ngobrol"

"Mau kenalan juga? Kalo gitu kenalin, Bimo anak kelas 2 IPA 3 nomer absen 4, calon pacarnya Raya"

Kata Bimo ke Arif sambil menyodorkan tangannya untuk bisa salaman sama Arif, tapi Arif yang kaget tak terlihat akan menerima tangan si anak baru yang udah terlanjur terjulur.

"Phhffttt....."

Semua orang hampir ketawa karna pernyataan yang percaya diri dan tiba-tiba itu kecuali aku dan Arif.

Mungkin buat Arif itu gak lucu karena dia suka padaku, dan aku tidak peduli soal Arif akan berfikir bagaimana, yang aku pikirkan adalah gimana perasaan Sari, karna aku tau Sari suka Bimo.

"Apaan sih....."

Kataku sambil menurunkan tangan si Bimo yang terjulur di depan wajahku dan gak bersambut oleh Arif.

Lalu aku lirik ke arah Sari yang sedang bisik-bisik dengan Galih dan aku tidak tau mereka ngomong apa.

"Udah ah, jangan ngomong aneh-aneh"

Protesku ke si anak baru, dia diam sebentar untuk kemudian bilang :

"Kamu punya pacar?"

Hah?! Kesimpulan darimana itu?

"Gak punya!"

"Oke, kalo gitu aku duluan" Katanya sambil beranjak dari kursi di sebelahku.

Apa?! Kenapa?! Apa Dia marah?? Tapi marah kenapa? Apa aku salah ngomong??

Aaakh...gak ngerti, rasanya mau ngilang aja....

Siguiente capítulo