webnovel

Bab. 1  Prolog 

Di perusahaan terbesar dan terkuat di dunia seorang pria duduk diatas kursi kebesarannya menatap keluar jendela melihat pemandangan kota tersebut. Mengingat dan melamunkan sesuatu yang telah berlalu begitu lama,  lamunan itu tiba-tiba lenyap karena mendengar suara handphone yang berdering 

drt drt drt drt drt

"Halo" kata pria itu

"Halo,  tuan. Tugas yang tuan perintahkan sudah saya selesaikan" orang kepercayaan pria itu, bisa dibilang tangan kanannya. 

"Hmmmm,  Bagus kalau begitu" kata pria itu. 

Pria itu mematikan sambungan telponnya dan kembali fokus untuk mengecek semua dokumen-dokumen yang meminta persetujuan penandatanganannya. 

Langit sudah mulai senja tetapi pria itu masih asyik dengan tumpukan dokumen dan mengabaikan waktu seperti biasanya. Suara ketukan pintu pun tak dia hiraukan. 

Tok tok tok tok tok

Pintu dibuka dari luar begitu saja,  walaupun pemilik ruangan tak memerintahkan untuk masuk kedalam. 

"Tuan,  sudah pkl. 19.00. Tuan mau pulang sekarang atau menginap di kantor? " kata orang kepercayaan pria itu. 

"Kita pulang sekarang" kata pria itu. 

Mereka berjalan menyusuri lorong menuju lift yang mengantar langsung ke basement khusus. Di dalam lift pun tak ada sedikitpun perbincangan antara mereka. 

Pria itu masuk kedalam mobil setelah dibukakan pintu mobilnya oleh orang kepercayaannya. Setelah tuannya masuk mobil langsung melaju kencang membelah jalanan ibukota yang mulai senggang. 

Mereka tiba di mansion yang terbilang melebihi istana. Para pelayan sudah berjejer rapi menyambut tuan muda mereka pulang. 

"Selamat datang kembali tuan muda.  Tuan mau makan atau bersih-bersih dulu" kata kepala pelayan,  yang biasa dipanggil pak San. 

"Saya bersih-bersih dulu,  pak San" jawab pria tersebut. 

"Tuan Roy,  ingin dibuatkan seperti biasa atau yang lainnya" kata pak San bertanya pada orang kepercayaan tuan mudanya. 

"Seperti biasa pak San,  jika tuan menanyakan saya nanti bilang saya ada di tempat biasa" jawab Roy. 

"Baik tuan Roy, nanti saya akan sampaikan ke tuan"kata pak San

Roy melangkahkan kakinya menuju ruang kerja tuannya. 

Roycen Bima Putra yang biasa dipanggil Roy oleh siapapun. Orang kedua yang ditakuti setelah tuan muda. Sifat mereka tak jauh berbeda. 

"Roy,  ada yang ingin kau laporkan kepadaku selain yang tadi di telepon" tanya pria itu. 

"Tuan perusahan Semesta. Corp mengajukan proposal kerjasama"

"Perusahaan itu ternyata  masih punya nyali dan muka menawarkan kerjasama ke kita" kata pria itu. 

"Apa pemimpinnya lupa kalau mereka masih punya utang ke kita" lanjut ucapan pria itu 

"Pemimpinnya ingat, tuan dan tuan Raksa pun ingin menjodohkan anak bungsunya ke tuan" jawab Roy

"Bukankah dia hanya punya anak dua saja laki-laki  dan perempuan…. Anak perempuannya tak pernah lepas dari produk make-up dari wajahnya,  sombong dan tidak tau sopan santun" kata pria itu

" Aku tidak mau dengan wanita seperti itu,  Roy. Kau tau sendiri tentang seleraku" lanjut ucapan pria itu

"Tuan, yang aku dengar dari penuturan tuan Raksa bahwa dia punya anak 3 orang. Satu  orang laki-laki dan 2 orang perempuan,  yang akan dijodohkan ke tuan itu masih kuliah dan baru akan berumur 19 tahun nanti di bulan Oktober" jawab Roy

"Apa pria tua itu tak berpikir logis,  mau menjodohkan diriku dengan anak kemarin sore. Apa dia pikir diriku  mau dengan anaknya masih bocah itu. Apa dia tega mengorbankan masa depan anaknya yang masih bocah menikah muda dengan diriku…...hahahahahaha" kata si pria itu

"Tuan,  menurutku kalau ada maksud lain seharusnya anak keduanya yang dijodohkan ke tuan.  Secara umur anak keduanya dengan tuan tidak terlalu jauh." jawab Roy

"Roy,  awasin kegiatan pria tua itu serta keluarganya. Beri aku informasi yang detail tentang anak bungsu pria tua itu" kata pria itu. 

"Baik tuan,  akan saya laksanakan semua perintahnya" jawab Roy

"Masih ada perintah lainnya tuan Elang" lanjut ucapan Roy

"Tidak ada, Roy" jawaban pria itu

Elang Sastra Pratama CEO pemilik perusahaan Pratama.Corp. Dia adalah pria nomor satu di dunia, diincar setiap wanita seorang CEO yang sukses di usia ke 30 tahun. Suka menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan semua ambisinya. Terkenal tampan tapi kejam serta dingin oleh semua rival bisnisnya. 

 ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Di kediaman keluarga tuan Raksa

Pkl. 19.00 tepat semua anggota keluarga Prayuda sedang menikmati makan malam. Tak ada satu orangpun yang berbicara hanya terdengar dentingan sendok. Tuan Raksa sudah selesai dengan makan malamnya. 

"Via,  setelah selesai kau makan temui papa di ruang kerja" kata tuan Raksa

"Baik,  pa" jawab Via

Oktavia Prayuda yang biasa dipanggil Via oleh keluarga dan teman-temannya. Wanita yang cantik alami tanpa polesan, periang, pintar, mudah senyum dan selalu menurut kepada orang tua. Tapi sayang dibalik sifat periang dan senyumnya tersimpan luka dan kesedihan. 

Via melangkahkan kakinya ke ruang kerja papanya setelah merapikan meja makan dan dapur serta piring-piring yang kotor. Via lakukan itu semua agar dapat perhatian dan kasih sayang dari mama dan papanya. 

"Papa,  memanggil Via  kesini ada apa? " kata Via 

"Via, kamu akan papa jodohkan sama tuan Elang" jawab tuan Raksa

Airmata lolos begitu saja saat Via mendengar ucapan yang terlontar dari mulut papanya. Semua pertanyaan dan perasaannya berkecamuk di pikirannya. 

Setelah Via bisa mengontrol emosinya,  dia coba bertanya ke papanya 

"Pa,  kenapa bukan kak Tia saja yang dijodohkan,  kenapa harus Via? " kata Via

"Via,  sudah menurut dan patuh sama papa dan mama serta ga banyak menuntut banyak ke papa dan mama" lanjut ucapan Via,  air mata pun sudah beranak di tepi matanya. 

"Via,..........

"Via,  kamu harus mau dijodohkan dengan tuan Elang. Aku tak ingin anakku Tia dijodohkan dengan manusia kejam dan dingin seprri itu. Tia tak akan bahagia,  lagi pula kaupun tau kalau Tia itu sudah punya pacar.  Apa kamu mengerti,  Via" kata Sandra memotong ucapan tuan Raksa suaminya tadi. 

"Mama,  Via masih ingin selesaikan kuliah.  Mengejar cita-cita Via menjadi dokter spesialis" kata Via

"Sudah saatnya kamu itu balas Budi sama keluarga ini. Jika bukan karena keluarga ini kamu mungkin sudah jadi gembel atau wanita malam" kata Sandra

"Tapi,  ma…. 

"Sudah cukup,  jangan ada perdebatan lagi. Untuk kamu Via,  suka tidak suka kamu harus menerima perjodohan ini.  Kamu boleh kembali ke kamarmu,  Via" kata tuan Raksa

"Baik,  pa" jawab Via

"Kenapa bukan kak Tia yang di jodohkan dengan tuan Elang?  Kenapa harus aku?  Kenapa ini tak adil untukku?  Apa aku masih bisa lanjut kuliah setelah menikah dengan tuan Elang? .....bla bla bla bla" berbagai pertanyaan diucapkan oleh Via walau hanya ada dlam pikiran dan batinnya. 

Selama Via jalan menuju kamarnya yang terletak di lorong paling ujung. Dia hanya menunduk dan menahan air matanya agar tidak lolos  ke pipinya.

Tiba di dalam kamar Via langsung menghempaskan tubuhnya di tempat tidur dan menyembunyikan wajahnya diantara tumpukan bantal. Dia menangisi nasibnya yang malang,  harus menerima perjodohan dengan pria yang tidak dia kenal sama sekali. 

Di kamar anak kedua  tuan Raksa, Septia Prayuda yang biasa dipanggil Tia. Seorang wanita yang cantik karena polesan make-up yang tebal, sombong,  angkuh, licik,  tak tau sopan santun. 

"Sayang,  akhirnya si Via akan angkat kaki dari rumah ini" kata Sandra ke anaknya Tia. 

"Bagaimana bisa,  ma?  Bukankah kita  pernah coba berbagai macam cara  untuk mengusir anak sialan itu dari rumah ini tapi tak ada satupun yang berhasil" jawab Tia atas ucapan mamanya Sandra. 

Akhirnya Sandra menceritakan semuanya ke Tia kejadiaan beberapa menit yang lalu setelah selesai makan malam. 

Flash back on

Setelah tuan Raksa pergi meninggalkan ruang makan tidak lama kemudian nyonya Sandra,  Tia dan Axel pun pergi dari ruang makan. Mereka kembali ke kamar masing-masing. Via yang sudah selesai merapikan meja makan dan dapur langsung menuju ruang kerja papanya. 

Disaat tuan Raksa akan menjelaskan dan memberi pengertian  kepada Via langsung di potong ucapannya oleh Sandra.  Sandra yang kebetulan melewati ruangan itu yang sebenarnya mau ke kamar anak kesayangannya Tia  untuk mengambil handphonenya yang ketinggalan tadi sebelum dipanggil untuk makan malam.

Flash back off

Siguiente capítulo