"...Ya!" ucap Alana.
"Sudah ibu cerita padamu tentang impian ibu kan? Tapi jika dulu ada pilihan, ibu juga ingin menyelesaikan kuliah. Bagaimana denganmu?"
Hidung Alana masih merah dan terasa agak sakit. Lalu dia mengangguk dan menjawab dengan suara yang kecil, "... Yah."
"Oke, jangan sedih, sudah larut malam, pergilah tidur."
"... Ibu tidurlah lebih cepat juga."
Setelah menutup telepon, Alana menatap telepon dengan mata merah, dan merasa sedikit tidak nyaman.
Dia ingin kuliah atau tidak kuliah hanyalah pertanyaan yang sederhana, namun dapat melanjutkan pendidikan sampai ketitik ini di kehidupannya telah menjadi titik yang dapat mengubah kehidupannya.
Setelah Alana bertelepon dengan ibunya, tiba-tiba pintu kamar terbuka. Sebenarnya Angga mendengarkan percakapan Alana dari luar. Dia tidak mendengar suara Destri dengan jelas. Tetapi melalui jawaban Alana, Angga bisa menebak apa yang dikatakan.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com