Author Point of View
Seoul, 13 Februari 2019
"Selamat pagi, detektif Park!" sapa seorang pria tampan dengan jaket kulit dan berambut berantakan pada wanita yang baru saja menjejakkan kakinya ke sebuah ruangan yang sangat jauh dari kata tertata rapi. Berkas bertebaran di atas meja, kotak bekas makanan dan gelas kosong berserak menyisakan aroma tidak sedap.
"Kau belum mandi lagi, Kim Taehyung?" tanya Jiyeon sambil memukul kepala pria yang tadi menyapanya.
"Jangan memukul kepalaku seperti itu, detektif Park!" katanya merengut tidak terima.
"Memangnya kenapa? Bukannya itu juga tidak ada isinya? Aku sengaja memukulnya agar sedikit bekerja," kata Jiyeon dengan sadis.
Park Jiyeon atau yang lebih dikenal dengan detektif Park adalah satu-satunya profiler wanita di kepolisian Seoul. Jika tidak bicara mungkin hampir seluruh detektif pria di kantor akan menyukainya tapi mulutnya yang pedas kapan saja mampu membakar hati para pria. Berkat kelancangan mulutnya dia mendapat julukan si Snake Ji oleh rekan-rekannya. Sebenarnya Snake girl tapi dijadikan pelesetan oleh makhluk-makhluk kreatif itu.
"Yak! Apa yang kalian lakukan di sini? Ck, pantas saja kalian sepi kasus," kata seorang pria tinggi di tengah pintu ruangan Jiyeon dan kawan-kawan.
"Kau tidak mandi lagi? Kenapa tingkahmu seperti orang yang sedang menangani banyak kasus?" kembali Minho, pria yang tadi menghina tim Jiyeon.
"Hyung, mulutmu itu! Kami memang hanya memiliki satu kasus tapi kasus ini sangat rumit dan juga ...."
"Jangan menghabiskan banyak energimu hanya untuk menanggapi si mulut besar itu," kata Jiyeon dari mejanya menatap malas pada Minho.
"Kalian bersiap-siaplah! Ketua Kim memerintahkan kita untuk ke ruang rapat,"
Setelah menyampaikan informasi tadi Minho lekas pergi ke ruang rapat disusul oleh Jiyeon, Taehyung, Dong Yoon dan Baekhyun. Taehyung tidak berhenti bertingkah aneh selama perjalanan bersama Baekhyun. Dua pria tampan yang terlihat mirip karena selalu bersama itu memang sudah terkenal aneh. Hanya Jiyeon dan Dong Yoon yang bisa serius di tim ini.
Di Ruang Rapat
Ketua Kim memimpin rapat dengan duduk di kursi tunggal, sementara tim Dong Yoon dan Minho duduk saling berhadapan. Mereka menatap monitor memperhatikan presentasi kasus pembullyan yang nyaris menewaskan seorang siswi di sekolah Hamlin.
"Kalian sudah lihat, kan? Masalahnya sekarang adalah pelakunya tidak diketahui. Semua rekaman CCTV sudah hilang tanpa jejak, menurut kalian bagaimana caranya kita bisa menemukan para bajingan kecil itu?" tanya ketua Kim.
Mereka saling pandang karena belum terpikirkan caranya. Minho membolak-balik print out yang tadi sempat dibagikan. Mereka semua merasa bingung karena tidak ada bukti seolah semuanya sudah dilakukan oleh tangan-tangan profesional. Tersusun rapi, tapi bagaimana bisa siswa SMA melakukan kejahatan serapi ini? Pertanyaan itu menjadi berkeliling di masing-masing kepala mereka.
"Hanya ada satu cara," kata Dong Yoon.
Semua menatapnya karena dia yang pertama memecah kesunyian selama setengah jam itu. Dia menatap ketua Kim dengan serius.
"Kita harus masuk dan memeriksanya sendiri, bukankah korban adalah siswi yang pendiam dan kutu buku? Sasaran empuk bagi para pembully," jelas Dong Yoon.
"Jadi, maksudmu kita harus melakukan penyamaran jadi siswa Hamlin dan...."
"Menyodorkan diri sebagai korban bully selanjutnya?" potong Jiyeon dengan wajah kurang sukanya. Siapa yang merasa senang jika harus menyerahkan nyawa seperti itu?
"Idemu bagus detektif Jang! Jadi, siapa yang bersedia menjalankan tugas ini?"
Semuanya sibuk membolak-balik kertas dan Jiyeon menatap kesal pada Dong Yoon. Dong Yoon yang merasa bersalah hanya bisa tersenyum janggung. Dia tidak menyangka jika perkataannya malah membuat malapetaka untuk mereka.
"Sepertinya kalian semua sangat ingin menjalankan misi ini sampai lama sekali untuk memutuskan. Kalau begitu aku yang akan memilih! Karena ide ini darimu, jadi detektif Jang aku mengutusmu. Wajahmu itu masih cocok untuk memakai seragam SMA," Dong Yoon hanya menerima dengan pasrah.
"Dan satu lagi Park Jiyeon! Kalian harus berdandan cupu agar para bajingan tengik itu bisa terpancing keluar," perintah ketua Kim.
"Kalau begitu aku juga ikut!" tawar Minho. Dia mengangkat tangannya setelah mendengar bahwa Jiyeon juga turut andil dalam misi rahasia ini.
"Tidak perlu, detektif Choi. Kurasa dua orang saja sudah cukup!" kata ketua Kim.
"Tapi, bukankah akan lebih cepat menemukan jika ada satu yang menyamar menjadi murid berandal? Aku akan mengambil peran itu, jika mereka murid cupu aku akan melindungi mereka diam-diam karena bisa mengetahui rencana para pembully itu," jelas Minho panjang lebar.
Ketua Kim berpikir sejenak dan mengangguk-anggukkan kepalanya mencoba mengerti. Tidak ada ruginya juga Minho ikut bergabung karena Minho detektif yang bisa diandalkan.
"Baiklah, saran diterima. Jadi, mulai besok kalian bisa memulai misinya. Hari ini aku akan mengurus segala surat-surat yang diperlukan,"
"Lalu kami?" tanya Baekhyun memberanikan diri.
Ketua Kim memandang lima orang detektif lainnya yang juga bergabung di ruang rapat. Menggaruk keningnya bingung haruskah juga melibatkan mereka. Wajah Taehyung sudah menebar senyum sedari tadi berharap hal baik.
"Kalian_ bergabung saja sementara mereka bertiga menjalankan misi. Tugas kalian memantau dari jauh, jika saja mereka membutuhkan bantuan mendadak. Ehem,"
Setelah mengatakannya ketua Kim langsung keluar ruangan, delapan kepala lainnya menatap dengan pandangan takjub. Tidak lama Taehyung memukul bahu Baekhyun dan ketawa kegirangan.
"Kita bebas, hyeong! Ini artinya kita tidak perlu begadang menangani kasus, kita hanya perlu memantau mereka. Akhirnya," girang Taehyung.
"Begitukah?" tanya Baekhyun yang masih bingung.
"Enak saja, kalian juga harus bekerja. Kasus kita juga harus terselesaikan walaupun aku dan Dong Yoon sibuk di sekolah nantinya. Jangan pernah membuang satu kasus pun, mereka membutuhkan kita untuk diselesaikan."
Jiyeon memukul kepala orang bodoh yang wajahnya kembali lesu setelah kegirangan tidak jelas. Minho dan timnya hanya menggeleng tidak mengerti mengapa mereka bisa lolos tes dan menjadi detektif di kantor pusat.
"Tapi, mengapa ketua Kim sepertinya sangat berambisi menyelesaikan kasus ini?" bingung Jiyeon.
"Kau tidak tahu? Kudengar korban adalah anak dari teman lama ketua Kim yang tidak lain adalah pemilik d-cube city. Menurutmu apa lagi yang membuat ketua Kim bergerak cepat seperti itu?" tanya Minho sekaligus menjawab pertanyaan Jiyeon.
"Wah~ apakah anak seperti itu juga bisa mengalami bully? Dia dari keluarga chaebol(3) mengapa bisa jadi korban? Aku yakin dia bukan tipe siswa cupu, kan?" kata Key teman satu tim Minho.
"Itulah yang harus kita cari penyebabnya,"
Minho mengajak teman satu timnya untuk kembali ke ruangan mereka. Masih banyak tumpukan kasus yang harus mereka pecahkan.
"Choi Minho, kau begitu khawatir padaku sampai rela bergabung dengan timku dalam kasus ini?"
"Park Jiyeon, jangan terlalu percaya diri. Aku hanya tidak ingin citra kepolisian tercoreng karena kasus ini kalian ambil,"
Minho kembali melanjutkan langkahnya. Senyum di bibirnya terukir sepanjang koridor mampu melelehkan petugas wanita yang melihatnya. Jiyeon dan timnya juga kembali ke ruangan mereka. Sama seperti Minho, Jiyeon juga mengembangan senyumnya karena dia tahu maksud Minho yang sebenarnya. Mereka sudah bersama sejak SMA, jadi sudah saling mengetahui satu sama lain. Hanya mulut yang saling berucap pedas tapi hati mereka saling mengkhawatirkan.
"Cih, kenapa tidak berkencan saja?" tanya Baekhyun setelah mereka duduk di bangku masing-masing sambil menatap Jiyeon.
"Siapa? Aku?" tanya Jiyeon balik.
"Siapa lagi tentu saja kau dan Minho!" jawab Baekhyun geram.
"Ei, kami tidak sedekat itu!"
"Kalian kan satu SMA, mana mungkin tidak sedekat itu," kata Baekhyun lagi.
"Jangan berkencan dengannya, neonna(4)! Mulutnya itu sangat jahat, jika kalian bersama akan jadi apa kantor ini?" ujar Taehyung.
"Plak"
Sebuah pukulan berhasil mendarat mulus di kepala Taehyung, buah tangan dari Dong Yoon.
"Kau tidak punya hak mengatur hidup orang, Tae!" kata Dong Yoon.
"Jiyeon-ah, besok kau ingin kujemput atau pergi sendiri?" tanya Dong Jun menghampiri Jiyeon.
"Berdua saja, oppa. Kata ketua kita akan berperan menjadi saudara, jadi akan lucu jika berangkat terpisah," jawab Jiyeon dengan senyumnya.
"Kau banyak tersenyum hari ini," kata Baekhyun pada Jiyeon.
"Sepertinya jiwa detektifmu sedang membara, Byun. Kemarilah!" panggil Jiyeon dan Baekhyun mengikuti perintah itu serta menghampiri Jiyeon.
"Ambil berkas ini dan identifikasi, aku yakin kau bisa! Fighting!"
Jiyeon menyerahkan setumpuk berkas pada Baekhyun, Taehyung tidak sanggup menahan tawanya karena muka lemas Baekhyun korban si snake Ji.
"Kau jangan harap bisa makan siang jika tidak membantuku!" ancam Baekhyun pada Taehyung.