webnovel

PAIN

"Permisi! Apa ada orang di dalam?! Permisi!!!"

Pagi-pagi buta begini sudah ada orang aneh yang mengganggu pagiku, apa dia tidak bisa diam?! ini sudah 5 menit sejak dia berteriak di depan pintu.

"Kak, apa tidak kau buka saja pintunya? Kasihan dia sudah dari tadi di depan pintu."

Aku benar-benar tidak ingin membukanya, karena aku sudah tau siapa yang ada dibalik pintu itu. Lebih baik aku menikmati pagi indah ini dengan adikku yang manis.

"PERMISI!!! APA ADA ORANG DI DALAM!!! PERMISI!!!"

Kali ini teriakannya jadi lebih keras, aku akan memukulnya nanti!

"Kalau kakak tidak mau membukanya, biar aku saja yang buka."

Gawat! Kalau sampai Lilith sampai membukanya...

"Baiklah, biar kakak saja yang buka. Kamu lanjut sarapan saja ya."

Ah... sial, aku sama sekali tidak ingin membukanya. Tapi aku lebih tidak mau kalau Lilith yang membukanya, apa boleh buat.

"Oh, akhirnya kau buka pintunya Snow. Aku mau me..."

"Mau kemana kau?"

"Eh, aku mau masuk kedalam. Aku dengar dari Tree kalau kau memiliki adik yang sangat cantik, jadi aku mau..."

Karena kesal dengan sifatnya yang tiba-tiba berubah aku memukul wajahnya dengan sangat keras, dia langsung tumbang di depan pintu apartemen kami.

"Kakak, suara apa tadi?"

"Kau jahat Snow! Padahal aku cuma mau..."

"Ah maaf, tanganku terpeleset."

"Ya ampun, kamu tidak apa-apa? Maafkan kakakku ya, dia jarang sekali bersikap seperti ini."

"Ya, aku tidak apa-apa."

"Mari masuk, aku akan mengobati lukamu."

Dia tiba-tiba menjadi sangat sopan dan sangat ramah dihadapan adikku, dasar sampah.

"Em... permisi Snow, aku mau lewat."

"Cepat enyah dari hadapanku sampah!"

"Kakak!!"

***

Pagiku, pagi indah bersama adikku yang manis sekarang sedang diganggu oleh sampah ini! Kalau bukan karena Lilith, aku sudah memukulnya berkali-kali tadi.

"Jadi ada perlu apa kau kemari sampah?"

"Kak! Kau tidak boleh berkata seperti itu!"

"Tidak apa-apa. Jadi begini, aku diminta Tree membawamu ke kantor, dia bilang ada hal penting yang mau dibicarakan."

Aku punya firasat buruk dengan perintah Tree ini.

"Tunggu sebentar, bagaimana kamu bisa tau Tree?"

"Maafkan aku karena belum memperkenalkan diriku padamu nona Lilith, namaku adalah Shin dan mulai hari ini aku adalah partner kerja kakakmu."

"Hah?! Siapa yang bilang kalau aku menerimamu sebagai partner kerja, dasar Sampah!"

"Kakak! Jangan kasar dengan tamu. Kalau kakak masih begitu aku akan mengacuhkanmu seharian!"

Diacuhkan oleh Lilith?! Tidak, aku tidak mau itu!

"Baiklah."

"Nona Lilith, anda tidak perlu bersikap seperti itu kepada kakakmu."

Sial! Dia memang licik, memanfaatkan kepolosan Lilith untuk menipu kesan adikku terhadapnya.

"Hei sampah! Berhenti menyentuh tangan adikku! Ayo sekarang kita pergi."

"Kalau begitu kami duluan ya, nona Lilith."

Tepat diahadapanku dia tiba-tiba mencium tangan adikku! Karena sudah tidak tahan lagi dengan sifatnya yang menjijikkan ini, aku mengambil pisau dapur dan menguncinya dari belakang.

"Woi sampah! Apa kau ingin mati sekarang?!"

"Kakak!"

***

Saat ini kami sedang dalam perjalan menuju kantor, hanya saja sepanjang perjalanan telingaku terasa sangat sakit mendengar suara tertawa yang begitu keras dari orang disampingku ini. Sedari tadi dia tidak mau diam.

"Pfft... hahaha!"

"Apa yang kau tertawakan sampah?"

"Pipimu! Pipimu! Bekas tamparan itu! Hahaha!"

"Woi sampah, bukannya kau juga ditampar adikku tadi."

"Hahaha! Kau benar! Hanya saja aku tidak menyangka kalau nona Lilith juga akan memukulmu!"

Sepertinya perjalanan ini, akan terasa lebih lama dari biasanya.

***

Tepat di depan kami sekarang adalah pintu ruangannya Night, entah kenapa aku merasakan banyak sekali energi negatif keluar dari pintu ini. Sekujur tubuhku sampai merinding, perasaanku benar-benar tidak enak.

"Ke... kenapa Snow? A... apa kau gemetaran?"

"Sebelum mulai menghina orang, lebih baik berkacalah dulu sampah."

"Hah?! A... aku ti... tidak gemetaran."

"Terserah kau saja, ayo masuk."

Benar sekali, perasaanku tidak pernah salah. Didepan kami sudah ada Night yang menatap tajam kearah kami, dan Tree yang sedang duduk di depan mejanya Night sambil menghisap rokok, dia berdiri dan mengarahkan asap rokoknya ke wajah kami. Mereka terlihat seperti kelompok mafia.

"Anu... permisi Night, ada per..."

"Tutup mulutmu dan segera duduk!"

Dia benar-benar marah, aku tidak tau apa yang sudah kuperbuat sehingga membuatnya sangat marah.

"Bisa kalian jelaskan ini?"

Dia melemparkan sesuatu, ini adalah koran unity. Koran ini adalah koran yang paling banyak dibaca di District C ini karena beritanya sangat segar dan kritis.

"Coba kalian lihat halaman utamanya."

Di judul halaman utama koran itu tertulis "Dua Orang Dengan Kekuatan Super Saling Berkelahi Dan Menyebabkan Beberapa Fasilitas Umum Rusak, Kawan Atau Lawan?"

"Bisa kalian jelaskan?"

Kami hanya terdiam karena kami tau 2 orang di foto ini adalah kami, meskipun fotonya tidak jelas karena pertarungan kami kemarin sangat cepat, tapi setelan bajunya si sampah dan kalungku terlihat jelas.

"Aku akan bertanya sekali lagi, bisa kalian jelaskan apa yang terjadi?!"

"Sebelumnya kami minta maaf Night, kami menyebabkan kekacauan. Kami benar-benar menyesal."

"Tidak Night, akulah yang salah."

"Shin? Jadi semua ini salahmu?"

"Benar, aku yang pertama menantang dan menyerang Snow. Jadi hukumlah aku."

Sampah ini, aku tidak menyangka kalau dia mengaku begitu saja. Sebenarnya ada apa dengan kepribadiannya sebelumnya, apa ada yang tidak beres dengan kepalanya?

"Baiklah, aku hanya akan menasehati kalian sesuatu, perlu kalian ketahui kalau infinite memang lembaga resmi dari pemerintah, tapi semua masyarakat di district C ini tidak bisa menerima makhluk aneh seperti kita ini. Meskipun begitu tidak satupun dari mereka mengira kalau yang membuat kekacauan seperti pada koran itu adalah anggota dari infinite."

"Kenapa mereka tidak tau kalau itu adalah kami?"

"Mereka hanya mengetahui kita sebagai lembaga penyelidikan dan lembaga pertahanan, tidak lebih. Meskipun mereka sangat membenci pengguna Gen-X tapi mereka sangat menghormati kita sebagai anggota infinite, itulah sebabnya setiap melakukan misi yang harus menggunakan Gen-X kami selalu memakai topeng. Karena kalian masih baru disini topeng kalian masih belum siap, dan itulah kenapa aku hanya memberimu misi mengawasi Netral, Snow."

Sekarang aku paham, kenapa aku hanya diberi misi untuk mengawasi Jasmine. Night, ternyata dia benar-benar peduli dengan kami. Aku bersyukur berada di pihak yang benar, tapi apakah benar masyarakat di district ini membenci manusia seperti kami ini?

"Pembicaraan utama sudah selesai, selanjutnya kalian akan berurusan dengan Tree. Laila memintaku segera pulang, aku tidak mau membuat dia menunggu."

***

"Baiklah, sekarang kalian berurusan denganku. Untuk permulaan, Shin keluarkan satu portalmu!"

"Baik!"

Apa yang sedang Tree rencanakan?

"Apa kau sudah mempelajari semua buku yang kuberikan waktu itu Snow?"

"Tentu saja aku sudah membacanya, tapi tetap saja aku masih sangat susah untuk melakukannya."

"Baiklah sekarang, akan kuberitahu alasan kenapa kau masih tidak bisa menggunakan portal. Tapi sebelum itu aku ingin bertanya, apa akhir-akhir ini kau sering mendengar suara aneh di kepalamu?"

"Iya, kau benar! Aku sering sekali mendengarnya."

"Suara yang ada dikepalamu itu disebut soul, mereka semacam roh yang bersemayam di dalam tubuh manusia sejak kita dilahirkan, tapi soul hanya akan tertidur dan tidak pernah bangkit, satu-satunya cara agar soul terbangun adalah dengan disuntikkan dengan serum-X. Mereka hanya akan keluar pada situasi genting saja, biasanya mereka akan menawarkan kekuatan yang besar kepada kita, dan dengan menyutujuinya maka kontrak akan dibuat."

Kontrak? Apa maksudnya?

"Aku yakin kau sangat bingung dengan perkataanku barusan, akan aku beri garis besarnya saja. Kau tidak akan pernah bisa membuka portal kalau belum membuat kontrak dengan soul dan menyebutkan namanya. Bagaimana, apa kau paham?"

"Garis besarnya aku paham, tapi bagaimana aku bisa tau namanya?"

"Kau harus bertarung dulu dengannya, baru namanya lama-kelamaan akan terlintas di kepalamu. Sekarang aku ingin kau mulai bermeditasi, cari dia dan kalahkan dia, jangan buat dia menguasai tubuh dan pikiranmu tapi buat dia mematuhi perintahmu. Kalau terjadi apa-apa kami akan menjagamu disini."

"Baiklah, aku akan mulai!"

***

Hei bisakah kau mendengarku?

"Kau tidak perlu bicara lagi, aku sudah mendengar semua perkataan kalian tadi. Datanglah ke goa dibawah pegunungan es itu."

Apa maksudmu? Disini sangat gelap, bagaimana aku kesana?

"Kau banyak bicara ya, putar tubuhmu kebalakang!"

Kebelakang?

"Kau bisa melihatnya kan?"

Ya aku bisa melihatnya, aku datang siapapun kau!

"Aku tidak yakin kau bisa mengalahkanku."

***

"Bagaimana kondisinya Tree?"

"Untuk sementara masih stabil, ini berarti Snow masih belum bertemu dengan soul itu. Shin, kalau Snow kalah dengan soul itu, aku ingin kau melakukannya."

"Tunggu! Apa kau yakin?"

"Ya, hanya itu satu-satunya cara."

"Baik Tree!"

***

Tempat ini begitu indah, banyak kristal es yang menyala dalam gelap. Suhu dalam goa ini sangat dingin dan udaranya sangat tipis, tapi ini justru menguntungkanku, karena semakin dingin suhunya semakin kuat Gen-X milikku.

"Jangan pikir ini akan sangat mudah Snow."

Kau ada dimana? Aku ingin segera menyelesaikan ini!

"Majulah sedikit lagi dan kau akan melihatku."

***

Aku masih tidak percaya dengan apa yang kulihat ini, ternyata soul yang selama ini bicara denganku adalah seorang raksasa.

Dia sangatlah besar, tangan dan kaki kanannya di penuhi simbol bercahaya, dan matanya berwarna biru bersinar, ditambah dengan tubuhnya yang di ikat dengan rantai es, dan ada beberapa rantai yang menembus tubuhnya.

"Sekarang kau bisa melihatku Snow, bagaimana wujudku?"

"Wujudmu sangat luar biasa, awalnya aku berfikir kalau kau adalah hantu atau apalah itu."

"Kau memang anak yang menarik Snow."

"Aku diminta Tree untuk bertarung melawanmu, tapi bagaimana bisa aku melawanmu kalau tubuhmu dirantai."

"Kau benar, aku juga menginginkan pertarungan yang adil. Maka dari itu snow teteskan darahmu di rantai ini, itu akan membuat rantai ini hancur."

Aku tidak tau ini benar atau tidak, tapi tidak ada pilihan lain jika ingin bertarung dengannya secara adil. Pertama aku akan melukai lenganku dengan Y-MIRai, tunggu sebentar!

"Eee... aku sebenarnya ingin melepas rantai ini, tapi aku tidak membawa senjaku."

"Gunakan spear biasa yang ada disana."

Spear ini, dia berbentuk seperti Y-MIRai tapi warnanya hitam pekat. Yah tidak apa-apa, daripada tidak ada senjata sama sekali.

Saat aku mulai menggores tanganku dengan spear hitam ini, aku merasa kalau tangan kananku terasa sangat sakit. Sial! Ini sangat sakit! Aku tidak pernah merasa sesakit ini!

Disisi lain, rantai yang mengikat dan menembus tubuhnya itu perlahan menghilang.

"Terima kasih darahnya Snow, sekarang aku sudah terbebas. Hem... mungkin aku akan memakai wujud manusiaku saja agar pertarungan ini adil."

Tubuhnya mengecil, dia berubah menjadi manusia! Tapi wujudnya sangat mirip denganku, ini tidak mungkin!

"Apa kau terkejut? Ini adalah wujud keduaku, bagaimana mirip kan denganmu?"

"Argh! Sialan kau! Itu sama sekali tidak mirip denganku."

Dia tiba-tiba menghilang dari pandanganku, tanpa kusadari dia sudah berada di depan wajahku. Dia tiba-tiba memukul wajahku, pukulannya sangatlah kuat sehingga membuatku terlempar sangat jauh. Wajahnya yang terlihat sangat polos tadi sekarang terlihat sangat menyeramkan, senyumannya terlihat sangat sadis. Tanpa bicara lagi dia menusuk-nusuk tangan kananku dengan spear hitam itu.

Sakit! Sakit! Sakit! Sakit! Sakit! Sakit! Sakit! Sakit! Sakit! Sakit! Sakit! Sakit! Sakit!

Aku tidak bisa berhenti berteriak kesakitan, ini benar-benar sakit. Rasa sakitnya mulai menyebar ke kaki dan mata kananku, aku tidak sanggup menahan semua rasa sakit ini. Sakit!!

"Argh!!! Sakit!!!"

"HAHAHA! AYO! AYO! LEBIH KERAS!!! BERTERIAK DAN MENANGISLAH LEBIH KERAS LAGI!!!"

"Kurang ajar kau! Aku tidak akan pernah memaafkanmu! Argh!!!"

Sial dia merobek lenganku, sakit!

"Woi Manusia!! Siapa yang menyuruhmu berbicara, yang boleh kau lakukan hanya berteriak kesakitan. Ah! Betapa indahnya! Bagaimana rasanya disiksa oleh dirimu sendiri?! Pasti sangat menjijikkan kan! Aku benar kan?! Hahaha! Ayo lebih keras! Buatlah tempat ini penuh dengan gema teriakanmu!!"

Tidak, kau bukanlah aku! Kulitmu yang pucat seperti mayat, rambut berwarna perak, mata biru bercahaya, telinga panjang, dan tubuh bagian kanan yang dipenuhi simbol aneh, semua itu bukanlah aku!

"Hei-hei, lihat tangan dan kaki kananmu sudah mulai mengeluarkan mark sepertiku! Bukankah bentuknya indah?! Sekarang kita bisa melanjutkan ketahap selanjutnya Snow."

Tahap selanjutnya? Aku tidak tau apa itu, tubuhku sudah semakin lemas, dan mata kananku sudah mulai kabur. Aku sudah tidak peduli lagi, aku sudah lelah berteriak kesakitan, aku sudah lelah menangis, aku sudah lelah berfikir, aku... sudah lelah hidup.

"Ah sial, apa aku sudah berlebihan? Baru sebentar tapi dia sudah tenggelam, membosankan sekali kau ini. Padahal aku berharap kita bisa bersenang-senang lebih lama lagi. Tapi ya sudahlah, aku akan segera menyelesaikan ini. Aku akan menusukmu lagi."

"HAHAHA! HAHAHA! SEMUA RASA SAKIT INI SANGAT HEBAT! HAHAHA! LAGI! LAGI! LAGI! LAGI! TUSUK AKU! ROBEK AKU! BUNUH AKU!"

"Menjijikkan, kau sudah sepenuhnhya tenggelam. Itu berarti tidak ada yang lagi hal yang kau sesali, sekarang mungkin sudah waktunya."

Dia sedang merapalkan sesuatu, aku tidak terlalu mengerti apa yang dia ucapkan.

"With my blood, I will take this body, replace this soul, take all the power in it, and kill all that bothers me. Im the Aurgelmir, the ancestor of the ice giant, will kill this drowned human."

Setelah selesai merapal, dia mulai mengangkat Spear hitam itu dan meletakkannya tepat di atas mata kananku.

"Sekarang aku akan menancapkannya di matamu, tapi sebelum itu aku punya pertanyaan terakhir. Apa kau benar-benar tidak memiliki penyesalan lagi?"

Dia mau menancapkannya di mataku ya, hehehe aku... tidak bisa berfikir lagi, aku tidak peduli lagi dengan apa yang akan dia lakukan padaku. Aku hanya bisa tersenyum lebar dan tertawa lepas sambil meneteskan air mata.

"HAHAHA! HAHAHA! CEPAT LAKUKAN!"

"Tawamu itu sangat menjijikkan, sungguh hinanya dirimu ini. Baiklah aku anggap kau tidak punya penyesalan lagi, kalau begitu sampai jumpa, Snow!!"

"SIALAN KAU!"

***

"Bagus, tombakku menembus kepalanya. Dengan ini berakhir sudah, selamat tinggal Snow."

***

"Senang bisa mengenalmu, Snow."

Siguiente capítulo