Selamat membaca
{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{
Di jalan dengan banyak kendaraan lalu lalang, terlihat satu mobil mewah dengan jenis limited edition, di dalamnya ada seorang laki-laki yang mengendarainya dengan kecepatan pelan, mengingat jika di belakang juga depannya jalanan padat merayap.
Decihan sebal terkadang keluar dari bibir berwarna merah alaminya, bibir yang jarang di miliki oleh laki-laki karena sangat ia menghindari yang nama lintingan kertas untuk di hisap. Sesekali bibirnya juga akan di gigit, saat merasa tidak sabar uttuk sampai di tempat tujuannya.
Ia ada waktu satu jam lebih lima belas menit dan ternyata lima belas menitnya semakin berkurang, karena kemacetan lalu lintas yang sedang di alaminya saat ini.
"Sialan, ini sama saja bohong. Aku tetap hanya memiliki satu jam untuk bertemu dan mengganggunya. Padahal sudah membuat pertemuan tadi lebih singkat, tapi tetap saja macet membuat waktukku habis," gerutu Gavriel dengan rometan panjang, mirip seperti sang Mommy jika sedang kesal.
Tapi untunglah saat ini ia sedang sendiri, jadi ia tidak perlu khawatir ada orang yang tahu jika ia mengoceh layaknya ibu-ibu menawar belanjaan di pasar sana.
Tidak lama setelah petugas lalu lintas memberlakukan one way, akhirnya mobil yang di kendarai Gavriel pun terbebas dari jebakan macet. Ia dengan segera memacu kendaraannya di kecepatan paling cepat, berharap jika
ia cepat sampai di butik dan gedung foto studio milik sahabatnya, yang masih saja marah dengannya hingga saat ini.
Ok, ia tahu ia salah, tapi ia harap setelah Queeneira tahu apa yang sebenarnya terjadi, Queeneira mau memaafkan dan menerima kehadirannya lagi.
Gavriel akhirnya sampai di halaman parkir butik sahabatnya, ia pun melepas lebih dulu anting yang di pakainya lalu melepas headset bluetooth juga, baru kemudian keluar dari mobil dan berjalan memasuki butik dengan segera.
Masuk ke dalam butik yang di kelola sahabatnya, Gavriel berdecak kagum dengan pencapaian sahabatnya saat ini. Seperti yang diharapkannya pada seorang Queeneira, tentu saja jika itu sahabatnya pasti bisa.
Gavriel menoleh ke arah sampingnya, saat sapaan ramah terdengar olehnya. Di sampingnya berdiri seorang wanita dengan pakaian seragam, tersenyum malu dan ramah bercampur saat melihat, jika ternyata yang masuk ke
dalam butiknya adalah seorang Wijaya muda.
"Selamat siang, kami sudah terima janji untuk pengukuran jasnya. Silakan lewat sini, Tuan Wijaya," sapa dan tuntun seseorang itu, saat tahu jika pelanggan yang datang adalah tamu VIP dengan janji fitting jas jauh-jauh hari.
"Hn."
Gavriel hanya bergumam dan berjalan di belakang si petugas butik, sambil melihat sekitar mencari sesuatu tepatnya seseorang, siapa tahu matanya bertemu yang indah-indah.
"Dimana dia, kenapa tidak ada, laporan bilang sebelum jam istirahat siang dia selalu mengecek butiknya," batin Gavriel sedikit kecewa.
"Silakan duduk, Tuan. Kami akan ambilkan beberapa jas rancangan butik kami, untuk di pilih," ujar si pegawai menghadap ke arah Gavriel, yang segera menoleh saat tadi wajahnya menoleh ke segala arah.
"Hn. Dimana Nona Queeneira, bukankah biasanya dia ada disini?" tanya Gavriel datar, duduk dengan nyaman di sofa dan menatap si pegawai dengan datar.
"Emh … Nona kami sedang sibuk dengan studio Tuan," jawab si pegawai dengan ramah.
"Panggilkan," perintah Gavriel dengan nada bossy, tangannya ikut menyandar di pegangan sofa, serta kaki yang bersilang. Membuat si pegawai menatapnya dengan terpesona, saat melihat pose santai keren seorang pebisnis sukses keturunan Wijaya di depannya.
"Tapi Nona sudah bilang, jika hanya ada darurat saja yang di tangani langsung oleh Nona," tolak si pegawai dengan nada ramah, berharap Tuan muda di depannya tidak tersinggung.
"Hn, panggilkan. Bilang, jika aku hanya mau dilayani oleh pemiliknya langsung, bukan bawahannya. Sekarang," timpal Gavriel masih dengan nada bossy, bahkan ia menatap tidak peduli ke arah si pegawai, yang saat ini memasang wajah serba salah.
"Bagaimana ini, tapi kan katanya darurat dan Tuan wijaya kan tamu VIP, berarti termasuk darurat kan," batin si pegawai dilemma, bertanya dengan dirinya sendiri saat ia bingung harus memilih menuruti yang mana.
"Kenapa diam saja? Kamu mau saya batalkan pesanan dan butik ini kehilangan pelanggan setelahnya?" tegur Gavriel dengan nada sombong andalannya, membuat si pegawai ini sadar dan mengangguk dengan segera.
"Baik. Tuan. Saya akan hubungi Nona, silakan tunggu sebentar," putus si pegawai gugup dan takut, tapi Gavriel tidak peduli menjawab dengan anggukan kepala pelan.
Si pegawai ini jalan ke arah gedung sebelah sambil berdoa dalam hati, agar saat ia melapor dan meminta Nonanya ke butik, sang Nona tidak marah karena ia mengganggunya.
Ia tidak ingin di anggap tidak becus menangani masalah oleh Nonanya, karena jujur saja, jika itu bukan tamu dengan nama Wijaya di belakangnya, ia juga masih bisa menanganinya.
"Ah! Kenapa meskipun sombong, dia tetap tampan dan mempesona," batinnya dilemma.
Sambil menunggu kedatangan Queeneira, yang saat ini sedang di panggil oleh karyawan butik, Gavriel membuka handphone dan melihat jika waktunya hanya tersisa beberapa puluh menit, membuatnya diam-diam mengumpat dan segera mengirim Aksa pesan untuk mengirim alamat pertemuan agar ia bisa berangkat segera setelah selesai dengan urusannya disini.
"Kenapa waktu cepat sekali berlalu, jika aku sedang ingin bersamamu." pikir Gavriel sebal.
Ruangan Queeneira
Di ruangannya, Queeneira yang sedang menerima telepon dari perusahaan property yang kemarin sempat batal kerja sama sedang merasakan perasaan heran sekaligus senang.
Dalam hatinya bertanya, bagaiaman bisa perusahaan milik pak Ferdy tiba-tiba bisa beroprasi lagi, sedangkan kemarin berita collapsnya baru saja terdengar.
Queeneira mendengarkan dengan jantung berdetak cepat, curiga. Saat ia merasa jika ada sesuatu yang terjadi dengan perusahaan property milik Ferdy dan ini berhubungan dengan sahabatnya.
Tapi apa lagi? Apa tiba-tiba Gavriel menawarkan bantuan atau lebih dari itu.
Ia tidak bisa bertanya jika itu di sambungan telepon, lagian akan sangat tidak sopan jika bertanya tanpa bertatap muka dan juga waktunya sedang tidak tepat.
"Baik. Kami akan membuat jadwal pertemuan untuk kita, pak Ferdy. Terima kasih atas informasinya, iya, selamat siang."
Tut!
Bersamaan dengan gagang teelepon yang di letak kembali pada tempatnya, pintu ruangan Queeneira juga diketuk dengan Queene yang menyahuti segera,
Tok! Tok! Tok!
"Masuk!"
Ceklek!
Pintu terbuka, menampilkan salah satu pegawai butik yang dipercaya olehnya.
"Selamat siang, Nona, maaf menggangu," ujar si pegawai dengan nada takut, membuat Queeneira mengernyit bingung dan penasaran.
"Iya, Siska. Ada apa?" tanya Queeneira kepada si pegawai yang baru kita tahu ternyata bernama Siska.
"Maaf Nona, di butik ada tamu VIP yang ingin di layani oleh Nona langsung, dia tidak ingin kami yang melayani untuk pemilihan dan pengukuran jas yang dia pesan."
"Tamu VIP? Bukan kah kamu sudah biasa melayani tamu VIP? Kenapa sekarang kamu tidak bisa membujuknya?" tanya Queeneira heran, mengernyit saat ia merasa curiga dengan tamu VIP yang disebut oleh pegawai lamanya.
"Iya Nona, saya sudah katakan jika Nona sibuk dan hanya darurat saja, tapi dia mengancam akan membatalkan dan juga bilang tidak akan berlangganan lagi," jawab Siska, menjelaskan apa yang didengarnya dan itu membuat Queeneira semakin curiga.
"Siapa, siapa tamu yang kamu maksud, Siska?" tanya Queeneira dengan hati meminta, jika apa yang dipikirkannya tidaklah benar terjadi.
"Tuan muda Wijaya, Nona."
"Hell!! Pergi saja kau ke neraka, Gavriel," geram Queeneira dalam hati.
Tangan Queeneira mengepal erat, kesal setengah hidup dengan kelakuan seenaknya dari laki-laki yang dari dulu selalu membuat lelah hati dan pikirannya.
"Huft … Sabar, Queene. Jangan termakan emosi, kasian kulit cantikmu," batin Queeneira mencoba sabar.
Menghela napasnya mencoba untuk tetap sabar, Queeneira kembali membuka laporannya dan berusaha tidak memperdulikan apa yang akan dilakukan Gavriel di butiknya sana.
"Bilang, jika saya sangat sibuk dan tidak bisa diganggu. Jika dia ingin membatalkan pesanan silakan, atau juga ingin berhenti berlangganan yoo monggo. Yang jelas, saya tidak akan melayaninya, titik. Kamu paham kan apa maksud saya, Siska?" jelas Queeneira panjang-lebar, sambil menahan kesal yang sudah naik diubun-ubunnya.
"Sialan, emang dia kira pelanggan butik hanya dia saja apa, sombong," lanjutnya dalam hati.
"Tapi Nona-
"Sampaikan saja ucapanku apa adanya, kamu itu saya yang gaji, jadi kamu harus menuruti apa yang saya mau," sela Queeneira dengan nada kesal, membuat Siska menghela napas pasrah dan kemudian mengangguk pelan.
"Baik Nona, permisi," pamit Siska yang diangguki kepala oleh Queeneira.
Blam!
Sepeninggalnya Siska dari ruangannya, Queeneira masih saja menggerutu kesal di dalam hati, Queeneira dibuat pusing dengan apa yang diinginkan Gavriel. Tidak kah Gavriel mengerti, jika ia butuh waktu untuk menerima kedatangan dia setelah lama tidak bertemu, juga tanpa kabar selama dia ada di sana.
Ia sedang menata hatinya, saat dulu sempat kecewa di perlakukan dingin dan tidak adil. Ia di perlakukan beda dengan sahabatnya, yang masih bisa dapat mendengar suara atau pun membaca pesan singkat saat dia ada di
luar negeri sana, sedangkan dirinya tidak sama sekali.
"Gavriel kamvret, seenaknya saja," gerutu Queeneira kesal.
Dengan gerakan bar-bar dan juga anarkis, Queeneira mengetik keyboard laptopnya hendak memasukan sandi untuk file pekerjaannya, tapi ia dibuat lebih kesal saat merasakan getaran dari handphone yang ia letakkan di sebelah laptopnya.
"Astaga! Siapa lag- ah! Mama."
Jeritan frustasinya berubah menjadi desahan senang, saat melihat nama sang Mama di layar handphonena sebagai pemanggil.
Dengan memasang senyum cerah, Queeneira menerima panggilan dengan menekan tombol accept di layarnya dan seketika senyumnya memudar saat mendengar perintah, dari sang Mama di seberang panggilan sana.
(Que-que, kenapa Gavriel menunggu sendiri di butik? Cepat
temani sayang, Mama juga ada di butik nih.)
"Huweee … Tidakkah ada yang mengerti, jika aku sangat tidak ingin bertemu dengan dia," batin Queeneira nalangsa.
Dia siapa sih?
Jangan banyak tanya! Jangan sok pura-pura tidak tahu, Author kamvret.
Nah, Queene, selamat bertemu dengan Gavriel.
Huweee ….
Bersambung.