webnovel

Bagian 16

Jantung ku berdegup mendengar perkataan Mira.

"Jadi kamu sudah tau Mir?"

"Iya Tia kami sudah tau sebelum nya,..."

"Kami? siapa maksud mu dengan kami?" nada ucapanku sedikit meninggi.

"Aku dan Bagas Tia, yang lain nya sama seperti kamu, mereka tidak tahu apa-apa."

{ 1 minggu sebelum keberangkatan}

"Gas, minggu depan kamu sibuk ngk?"

"Enggak sih, memang nya ada apa?"

"Begini Gas, aku dan Tia ada rencana liburan, tapi kami masih bingung mau liburan kemana, apa kamu punya rekomend tempat-tempat wisata atau pulau-pulau yang indah gitu buat dikunjungi?"

"Kalau tempat wisata sih banyak, yang pernah kita kunjungi waktu itu juga ada."

"Kalau itu sih aku juga tau Gas, cari yang alami lah Gas, biar seru."

  Emmm..., sejenak Bagas berfikir.

"Ada sih Mir, di pulau ******,"

  "Pulau ******? dimana itu Gas?"

"Ada di daerah selatan, aku juga belum pernah kesana, tapi aku pernah melewati waktu perjalanan wisata bersama keluarga ku tahun kemaren. Pulau nya memang masih alami tapi tidak berpenghuni sama sekali."

  "Nahh oke sudah kalau begitu Gas, kita kepulau itu saja, bisa puas kita liburan nya kalau cuma kita-kita aja yang disana."

"Tapi Mir...,!"

"Tapi kenapa?"

"Kata orang-orang kalau yang pergi ke pulau itu tidak akan pernah kembali lagi, kata mereka pulau nya angker, sudah beberapa tahun yang lalu sih aku dengar, kata nya ada yang hilang disana."

"Ahh paling juga itu cuma mitos Gas dari mulut orang orang. Memang nya kamu percaya sama hal yang begitu an guas di jaman begini?"

  "Mmmm, ya enggak sih."

"Nah yaitu, jadi in aja ini pengalaman baru kita, kan udah lama kita nggak berpetualang seperti dulu."

"Tapi apa teman-teman yang lain setuju sama ide mu?"

  "Yang lain nggak perlu tau lah Gas, kan itu cuma mitos yang belum tentu benar."

"Yawdah lah kalau begitu, nanti aku yang siapin speed nya buat kita berangkat, kamu kabarin aja waktu keberangkatan kita nanti."

"Oke Gas."

****

Aku marah!!? Ya, aku sangat marah mendengar semua penjelasan Mira, wajah ku mulai merah padam menahan semua amarah ku. aku tidak mengerti dengan jalan pikiran teman ku yang satu ini.

   'Kalian tau apa yang kalian lakukan haahh?!! ucapku dengan suara yang tinggi, Kalian pikir semua ini hanya main main? Mempermain kan nyawa orang lain dan nyawa kalian sendiri? ucapku?, jawab?! Kenapa kalian diam?!"

"Ma..., maaf kan aku Tiara, kupikir itu hanya mitos dan tidak nyata."

"Mau mitos atau fakta, semua pasti ada alasan nya.:nggak mungkin orang-orang berkata seperti itu kalau mereka tidak mendengar dari orang lain. setiap mitos dan fakta pasti ada asal usul nya dari siapa," ucapku Masih dengan nada marah.

  "Aku awalnya hanya berpikir ini akan jadi petualangan buat kita," sahut Mira.

"Petualangan kamu bilang? sampai mengorbankan nyawa-nyawa teman kita? itu kamu bilang petualangan? dimana hati kalian?! Kamu juga Gas? Sambil ku menunjuk arah Bagas, Kenapa bisa kamu menyarankan sesuatu yang membuat dirimu sendiri berada dekat dengan maut?!"

Bagas hanya diam dan tertunduk.

  "Aku benar-benar kecewa dengan kalian."

Bagas pun mulai bicara perlahan

  "Gimana kalau kita pulang dan mencari bantuan untuk mencari teman kita, atau kita pulang dan melupakan semuanya."

"Apaaa?!! ucap ku berteriak, kamu gila? Picik sekali ya Gas pikiran mu? Kamu pikir teman kita itu binatang, mau ditinggal begitu saja, mereka manusia Gas sama seperti kita, mereka punya keluarga, bagai mana kalau keluarganya bertanya? bagaimana perasaan orang tua mereka yang kehilangan anaknya dan berada entah dimana, coba kamu pikir itu terjadi sama kamu? Dan semua ini karna ulah mu! Ulah kalian berdua!!."

Aku sudah tak bisa mengontrol emosi ku yang meledak ledak, rasa ingin aku keluarkan amarah ku. 

   "Otakku sudah buntu Tia dan tidak bisa berfikir apa-apa lagi," Sahut Bagas menunduk tak berani menatap ku.

"Sudah... sudah, Kalian pikir dengan ribut begini bisa menyelesaikan masalah?!" bentak Miko kepada kami. pemikiran Miko memang selalu tenang dan selalu bersikap dewasa dalam menyikapi segala masalah.

  "Maaf Mik, aku hanya tak habis pikir sama DUA orang ini, yang menganggap nyawa adalah mainan."

Mira hanya duduk menunduk sambil menangis. Miko pun hanya terdiam, Terserah lah apa yang ada dalam pikiran mereka, yang jelas aku sangat kecewa dengan sikap mereka.