webnovel

Ajakan

"Astaga!! Pak Randi senyum ke aku" batin Tasya kegirangan. Hingga tanpa sadar, Tasyapun tersenyum tipis. Tapi sayangnya senyumannya itu terlihat oleh Randi dan membuat Randi semakin melebarkan senyumannya.

"Yaudah yuk!" ajak Randi.

"Yuk kemana pak?" tanya Tasya bingung karena tiba-tiba gurunya ini mengajaknya pergi.

"Ayok, ikut kemobil saya lah. Saya antar kamu pulang, emang kamu masih mau disini aja?" tanya pak Rendi.

" Eh" reflek Tasya speechless mendengar ajakan sang guru.

"Udah jangan kebanyakan eh-eh dah!" gemas pak Rendi akan mencubit pipi Tasya, tapi sayangnya hal itu ia urungkan karena ia tak mau jika nanti Tasya akan menjadi salah paham dengannya dan mengira ia bukanlah orang yang baik. Karena bagimanapun ia adalah seorang guru didimana Tasya bersekolah.

Tasya bingung dengan ajakan gurunya ini, disatu sisi ia merasa sangat bersyukur karena akhirnya ia bisa pulang kerumah tepat waktu tapi disisi lain ia takut jika menerima ajakan pak Rendi akan membuat masalah baru dihidupnya kemudian hari.

Pletak...

"Auhhh" ringis Tasya sembari mengelus-elus dahinya karena pak Rendi tiba-tiba menyentilnya. Ia secara refleks langsung menoleh kearah pak Rendi.

"Ngapain kamu liat-liat saya?" tanya pak Rendi membuat Tasya semakin bingung. Ingin rasanya memarahi guru tampannya ini karena telah menyentil dahinya tanpa memberikan alasan apapun mengapa ia melakukan itu, tapi niat itu Tasya urungkan lagi.

"Ayok!!" ajak pak Rendi kali ini sudah berdiri dan mengulurkan tangannya membantu Tasya untuk berdiri.

Tasyapun hanya bisa pasrah menerima uluran tangan pak Rendi, berharap kalau kejadian ini tidak pernah dilihat oleh siapapun dan tidak akan menyebabkan masalah untuknya.

"Terima kasih pak" ucap Tasya sembari tersenyum setelah ia berdiri dengan sempurna, tapi saat berdiri tiba-tiba Tasya merasakan sakit pada lututnya. Karena tidak mau membuat pak Rendi semakin repot karenanya Tasya hanya bisa menahan rasa sakit itu. Karena bagi Tasya rasa sakit itu tidaklah terlalu parah.

Pak Rendi membawa sepeda Tasya yang kempes itu untuk dimasukkan kedalam mobilnya, setelah ia memasukkan sepeda milik Tasya dan menutup bagasi, pak Rendi merasa gemas kepada Tasya karena ia tak juga langsung masuk kedalam mobilnya malah ia berdiri ditempat yang tadi.

"Tasya!!!" panggil pak Rendi dengan nada yang sedikit keras.

"Eh!!! Iya pak" jawab Tasya sedikit kaget dengan panggilan dari pak Rendi itu, ia takut apakah ia melakukan sebuah kesalahan, oleh karena itu pak Rendi memanggilnya seperti itu atau bagaimana.

"Masuk mobil!!" perintah pak Rendi, tanpa menjawab ucapan pak Rendi, Tasya langsung buru-buru masuk kedalam mobil pak Rendi takut kalau ia disalahkan lagi.

"Memangnya saya sopir kamu!" ucap pak Rendi membuat Tasya kebingungan. Pak Rendi berkata seperti itu karena Tasya bukannya membuka dan masuk dikursi depan tapi malah membuka pintu belakang.

"Duduk didepan!" perintah pak Rendi dan langsung dituruti oleh Tasya.

Selama perjalanan, Tasya lebih banyak diam dan hanya melihat jalan yang dibasahi oleh air hujan. Sementara pak Rendi ia bingung mau memulai pembicaraan dari mana atau mau membahas apa

Sudah sekuat tenaga Tasya menahan dinginnya udara dari AC mobil pak Rendi, sungguh saat ini ia benar-benar tidak tahan. Selain karena baju yang ia pakai sudah basah kuyup karena hujan tadi, lutut yang ia rasa tidak dalam kondisi baik itupun mulai terasa sedikit menyiksa.

"Kamu kenapa?" tanya pak Rendi sedikit khawatir melihat Tasya yang sedikit menggigil seperti itu.

"Enggak apa-apa kok pak" ucap Tasya sembari tersenyum, lagi dan lagi Tasya tidak ingin semakin merepotkan.

Pak Rendi memperhatikan Tasya dengan seksama, ia pun langsung sadar kalau baik bajunya maupun baju Tasya saat ini basah dan AC didalam mobilnya masih menyala. Pak Rendi langsung memberhentikan mobilnya dipinggir jalan.

"Kenapa berhenti pak?" tanya Tasya bingung karena rumahnya masih cukup jauh dan tiba-tiba saja pak Rendi berhenti.

Tanpa sepatah katapun, pak Rendi langsung keluar dari mobilnya. Dan hal itu membuat Tasya takut, apakah ia melakukan kesalahan hingga pak Rendi keluar dari mobil.

"Ayo keluar!" ajak pak Rendi membukakan pintu mobil untuk Tasya.

"Keluar" lirih Tasya bingung dengan semua ini.

Tanpa bertanya apapun Tasya pun keluar sembari membawa tasnya, ia sudah berpikiran kalau pak Rendi tidak jadi mengantarnya pulang. Kecewa pasti, tapi Tasya tidak bisa berbuat banyak mengingat kalau pak Rendi bukanlah siapa-siapanya, ia hanya seorang guru disekolahnya yang kebetulan akan mengantarnya pulang tetapi tidak jadi.

Setelah turun dari mobil, pak Rendi langsung menarik tangannya dan membawanya memasuki sebuah toko baju yang ada diseberang jalan. Tasya ingin bertanya tapi takut kalau itu akan membuat pak Rendi marah kepadanya.

"Selamat sore, selamat datang di toko Aisya" ucap salah satu pegawai toko saat melihat mereka berdua masuk.

"Ada yang bisa saya bantu Pak? Bu?" tanya pegawai toko itu menawarkan bantuan kepada pelanggannya yang datang.

"Bisa tolong carikan baju lengkap untuk gadis disebelah saya ini?" tanya pak Rendi kepada pegawai itu.

"Bisa pak, emm... Mau model yang seperti apa ya kalau boleh tau?" tanya pegawai itu sopan, karena tidak mau sampai salah dalam memberikan baju.

"Casual boleh" ucap Rendi singkat dan langsung berjalan meninggalkan Tasya kepada pegawai itu karena ia ingin duduk.

"Pakk!!" panggil Tasya lirih, tetapi panggilan lirihnya itu masih bisa didengar oleh pak Rendi.

"Sudah. Ikuti dia, jangan bertanya apapun" ucap pak Rendi menatap Tasya dengan tatapan yang tajam dan hal itu membuat nyali Tasya untuk bertanya lebih jauh menciut. Dan Tasyapun hanya bisa mengekor dibelakang pegawai itu saja.

Setelah beberapa menit, akhirnya Tasya sudah berganti pakaian dengan pakaian yang sudah dipilihkan oleh pegawai itu.

"Bagaimana pak?" tanya pegawai itu saat memperlihatkan Tasya kepada pak Rendi.

Pak Rendi yang melihat Tasya keluar sungguh takjub dengan apa yang ada didepannya ini, ia tidak percaya kalau gadis yang ada didepannya ini adalah gadis yang sama dengan gadis yang sering dikucilkan disekolah karena penampilannya itu.

"Bagaimana pak?" ulang pegawai itu menyadarkan pak Rendi.

"Eh!! Cantik kok eh bagus maksudnya" ujar pak Rendi masih ingin mengamati indahnya ciptaan Tuhan ini.

Mendengar pendapat pak Rendi, membuat Tasya tersenyum malu.

"Ini mbak" ujar pak Rendi memberikan kartu kreditnya kepada pegawai itu.

Setelah menerima kartu kredit dan memproses pembayarannya, ia pun mengembalikannya kepada pak Rendi.

"Ini pak, terima kasih" ujar pegawai itu.

"Silahkan datang kembali" tambahnya.

"Ayo" ajak pak Rendi kepada Tasya untuk keluar dari toko itu.

"Iya pak" ucap Tasya.

Tasya mengekor dibelakang pak Rendi, ia ingin berbicara dengan pak Rendi dan bertanya mengapa ia membalikannya pakaian, tapi Tasya takut. Tapi karena tidak mau semakin mempunyai hutang budi kepada gurunya ini, akhirnya Tasya pun bertanya.

"Pak...." panggil Tasya.

Siguiente capítulo