webnovel

Berulang Kali Ingin Muntah

Setelah kejadian itu, Alendra mengikat tubuh Kinar di kasurnya. Ia tidak akan membiarkan gadis itu berkeliaran dimana-dimana hingga berkesempatan untuk membunuh dirinya. Jika Kinar berada di dekatnya ia bisa memastikan bahwa gadis itu tidak dapat menyentuhnya sedikit pun kali ini.

Alendra segera memanggil dokter pribadinya segera mungkin untuk mengurusi luka yang berada di bahunya saat ini. Luka yang telah Kinar buat pada bahunya cukup dalam namun untungnya sasaran Kinar tidak tepat sasaran ketika ingin menancapkan gunting itu keperutnya.

"Tunggu saja kamu, Kinar!" gumam Alendra dalam hatinya sambil menahan rasa amarah di hatinya.

"Tuan Alendra, sebaiknya luka ini jangan sampai terkena air terlebih dahulu sebelum lukanya mengering," ucap Dokter Jason.

"Baiklah, terima kasih, Jason." Alendra dan Jason memanglah dari dulu sudah berteman baik.

"Sekarang, aku ingin segera pulang sekarang mumpung masih belum hujan."

"Kenapa takut dengan hujan? Bukankah kamu memakai mobil juga?"

"Aku tidak memakai mobil, hanya memakai motor hari ini supaya lebih cepat. Jalan di kota sangatlah macet dan satu-satunya cara hanyalah memakai motor," jelas Jason.

"Oh, baiklah. Kalau begitu hati-hati dijalan." Dokter Jason mengangukkan kepalanya, lalu langsung saja keluar.

Sedangkan Alendra ia kembali masuk kedalam kamar dan melihat bagaimana keadaan Kinar saat ini. Tatapan Kinar masih saja sinis terhadapnya dan Alendra sangat menyukai hal itu, jadi ia tidak perlu mengasihani gadis itu lagi.

"Kamu sudah berani melukaiku, Kinar. Baiklah, aku akan membayar rasa sakit ini dengan cara mendengar suara desahan dari mulut mu ini," bisik Alendra.

Alendra membuka kedua kaki Kinar dengan cukup lebar, lalu ia pun mengikat satu-satu kaki Kinar di pinggir rajang, sehingga kedua kaki Kinar terbuka lebar. Sedangkan tangan Kinar ia ikat menjadi satu ke atas kepalanya.

Sekarang Kinar dalam keadaan telanjang dada tanpa sehelai benang pun, Kinar menangis tersedu-sedu memohon ampun supaya ia di lepaskan. Entah kenapa Alendra merasa dirinya sangat kejam terhadap perempuan dan itupun hanya kepada Kinar sendiri. Selama dengan Erlin, Alendra selalu memperlakukannya dengan lembut dan penuh kasih sayang.

Alendra mengambil sesuatu dari dalam laci, ia berpikir untuk membuat Kinar terus mendesaha oleh sentuhan yang ia buat. Senyuman devil terukir dibibir Alendra saat ia menemukan sebuah benda yang ia inginkan.

Alendra mulai mencium puting payudara Alendra dan mengigit kecil, Kinar merasakan itu hanya mengatup kedua mulutnya supaya ia tidak mengeluarkan desahan yang Alendra inginkan.

"Mendesahlah, Sayang." Alendra pun mulai menyentuh tubuh Kinar mengunakan sebuah bulu halus yang terbuat dari bulu angsa, terlihat Kinar mulai sangat gelisah merasakan sentuhan lembut berada di tubuhnya. Apa lagi ketika bulu tersebut menyentuh bagian intimnya, Kinar berulang kali mengeluarkan sesuatu dari intimnya, ia benar-benar tidak tahan merasakan sentuhan yang membuatnya terasa ingin pipis berulang kali itu.

"Alendra, he-hentakan ... aku mohon ... jangan lakukan itu ... pada tubuhku." Terdengar Kinar berbicara dengan terbata-bata, benda itu sungguh sangat menyiksa dirinya.

"Bagaimana? Kau menyukainya, kan?" bisik Alendra, lalu ia pun melemparkan benda tersebut dan ia pun membuka celananya sekaligus mengeluarkan benda yang sudah mengeras dari tadi.

"Aku ingin kamu menikmatinya, Sayang." Alendra duduk berlahan di atas dada Kinar dan mendekatkan miliknya ke wajah gadis itu.

"Buka mulut kamu, sekarang!" bentak Alendra namun Kinar tidak ingin menurutinya.

"Baiklah, apa kau ingin buah-buahan ini masuk kedalam bagian intim, Sayang?" Kalimat itu seketika membuat Kinar menjadi takut.

"Jika kamu berani menyakitinya, bahkan bukan sekedar buah ini saja yang aku masukkan. Botol ini pun akan memuaskan mu!"

Lagi-lagi Alendra mengacam Kinar sehingga gadis itu tidak berdaya dengan ancaman itu, ia hanya bisa menangis dengan sesegukan sambil membuka mulutnya sesuai dengan perintah yang Alendra katakan barusan. Alendra pun dengan perlahan memasukan miliknya kedalam mulut Kinar, ia langsung menutup kedua matanya karena ketika miliknya berada di dalam mulut Kinar terasa begitu mengairahkan.

"Cepatlah sedikit!" Alendra terus mendesah sedangkan Kinar buliran air matanya tidak bisa berhenti, milik Alendra yang berada di dalam mulutnya terasa penuh dan hampir membuatnya berulang kali ingin muntah karena ia benar-benar masih belum terbiasa dengan apa yang Alendra lakukan saat ini.

Setelah merasa cukup puas, Alendra pun akhirnya mengeluarkan miliknya dari mulut Kinar. Gadis itu langsung saja terbatuk-batu ingin muntah, seolah-olah dirinya tercekik sampa mati. Alendra sangat puas melihat Kinar begitu tersiksa karenanya dan menurutnya itu hukuman sangatlah pantas untuk Kinar dapatkan.

Alendra tidak ingin berhenti begitu saja, ia duduk di antara kedua kaki Kinar yang sedang terbuka lebar karena ia ingin menikmati sekali lubang kenikmatan milik Kinar.

"Alendra, jangan lakukan itu lagi," ucap Kinar dengan sangat memohon, namun permohonan Kinar sangatlah tidak berguna karena Alendra tidak akan pernah mendengarkan ucapan gadis itu.

Desahan bercampur suara tangisan terdengar di dalam kamar tamu karena Alendra terus menyentuh tubuh Kinar dan terus bermain dengan penuh gairah. Rasa lelah, tentu saja Kinar lelah dengan semua apa yang Alendra lakukan padanya seharian ini, sehingga ia pun menyerah tanpa berteriak ataupun menangis lagi.

Alendra kini sudah merasa puas, ia pun menghentikan aksinya dan membaringkan tubuhnya di samping Kinar. Gadis itu langsung saja memejamkan matanya karena sudah sangat mengantuk walaupun sebenarnya perutnya sangatlah lapar dan ingin minta diisi sekarang. Tapi, rasa kantuk itu sudah tidak dapar ia lawan lagi hingga akhirnya ia tertidur dengan sangat lelap.

"Kemana kamu sebenarnya, Erlin?" gumam Alendra yang tiba-tiba saja memikirkan kekasihnya itu.

Alendra asik dengan pikirannya yang dari tadi memikirkan Erlin namun tiba-tiba saja ia mendengar suara perut Kinar berbunyi yang menandakan, bahwa gadis itu sudah lapar, Alendra mengukir senyuman tipis di bibirnya dan kemudian mengunkan handuk kimono untuk menutup tubuhnya karena ia ingin pergi kedapur mengambil makanan untuk Kinar.

Tidak memerlukan waktu yang lama, kini Alendra telah kembali ke kamar dengan nampan yang terisi piring makanan serta susu dan air putih untuk Kinar.

"Hei! Bangunlah!" Alendra mengoyang-goyangkan tubuh Kinar supaya gadis itu bisa bangun.

"Emhh!" Kinar hanya mengeliat keenakan, seperti sedang tidak memiliki masalah apa-apa pada hidupnya saat ini.

"Cih! Dasar!" Alendra langsung berdecak melihat Kinar yang masih belum bangun dari tidurnya.

"Dengan kedua kaki diikat serta tangannya, ia malah bisa tidur dengan nyenyak," gumam Alendra dalam hatinya.

"Kinar! Cepatlah bangun! Apa kau ingin aku melemparkan mu dari ranjang ini, hah?!" bentak Alendra kesal dan seketika Kinar terbangun dari tidurnya.

"Sepertinya harus dibentak dulu baru bangun!" sindir Alendra.

"Ada apa?"

"Ini makanlah!" Alendra memberikan napan itu ke hadapan Kinar namun gadis itu kebingungan karena tangannya saat ini sedang terikat. Sedangkan Alendra masih belum menyadari itu semua, ia terus menyodorkan napan itu kearah Kinar.

Siguiente capítulo