webnovel

Pak Hartono Paman Tristan

Cukup lama Tristan menunggu Maya berada di dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya hingga ia merasa sangat bosan untuk menunggu gadis itu dan ia pun memilih membuka pintu kamar mandi tersebut. Ia melihat Maya sedang berusaha untuk keluar dari buth up dengan bersusah payah.

"Cepatlah!" perintah Brian.

Manda terus berusaha untuk melakukan apa yang Tristan katakan. Namun, tubuhnya benar-benar terasa sakit dan perih semua.

"Bisakah Tuan membantu ku keluar dari disini?" tanya Maya yang sudah sangat pasrah Tristan langsung berdecak kesal mendengarnya. Namun, ia juga sangat tidak menyukai terlalu lama menunggu dan akhirnya ia membopong tubuh Maya dengan rasa malas. "Cepatlah ganti pakain mu sekarang juga!" perintah Tristan.

Dengan perlahan-lahan, Maya memakai semua pakainnya hingga semuanya selesai. Maya hanya memakai pakai gaun biru yang terlihat polos dan panjangnya hanya selutut, lalu sedikit make up yang ia poleskan di wajahnya karena wajah Maya memanglah sudah putih dan cantik, sehingga tidak terlalu mengunakan make up yang berlebihan. "Apa sudah?" tanya Tristan. "Hem!" Maya mengangukkan kepalanya.

Lalu Tristan pun membawa Maya turun kebawah dan terlihat beberapa orang sedang berkumpul di bawah sana sambil menikmati makanan yang sudah dihidangkan oleh para pelayan. Semua orang menatap ke arah pangkuan Tristan dan sambil bertanya-tanya siapa gadis yang sedang bersama keponakan mereka saat ini.

Paman Tristan langsung berdiri. "Siapa gadis ini? Apa wanita jalang ini kamu beli?" tanya paman Tristan yang bernama Hartono Sugianto berusia 50 tahun sebagai wakil perusahaan milik Tristan.

"Dia bukan jalang, tapi dia wanitaku!" ucap Tristan, lalu mendudukan Maya di sofa dekat dengannya.

Pak Hartono masih belum percaya apa yang dikatakan Tristan barusan karena selama ini Tristan memanglah selalu membeli wanita jalang untuk memuaskan nafsunya dan tentu saja keponakannya itu akan langsung saja membunuhnya jika nafsunya sudah dipuaskan. "Aku tidak yakin dia wanita mu, kau hanya beralasan supaya Paman mu ini tidak menjodohkan kamu dengan Jeslin, kan?" tanya pak Hartono.

Mengingat nama Jeslin, Tristan mengepalkan tangannya dengan sangat. "Sudah ku katakan! Aku tidak pernah menyentuh wanita jalang itu!" Pak Hartono langsung memberikan sebuah pukulan ke wajah Tristan.

"Dasar lelaki tidak tahu malu! Sudah jelas kamu meniduri anak ku tapi dengan tidak tahu malu kamu tidak ingin mengakuinya!" ucap pak Hartono dengan penuh emosi.

"Ayah, berhentilah! Jangan memarahi Tristan!" ucap Jeslin mulai membuka suaranya.

Melihat kehadiran Jeslin, membuat Tristan semakin malas untuk melihat keluarga itu hadir di rumahnya. Apa lagi ketika mengingat kejadian dimana Jeslin mengaku dirinya hamil karena Tristan, bahkan ketika Tristan ingin mengecek tes DNA kandungan yang berada di dalam rahim Jeslin ia berusaha untuk terus menghindar dengan berbagai macam alasan.

Tristan yakin, bahwa dirinya sedang di manfaatkan oleh keluarga pamannya sendiri, rasa dendam Tristan tidak akan pernah padam dengan mudah begitu saja. Apa lagi ketika mengingat kedua orang tuanya yang katanya meninggal dunia secara tiba-tiba membuat rasa curiga Tristan terhadap keluarga itu semakin yakin, bahwa merekalah dalang dibalik semua ini.

"Jika tidak ada hal yang lain dibicarakan lagi, silahkan Paman dan yang lainnya untuk segera pulang." Tristan sudah secara terang-terangan untuk mengusir pamannya karena ia sudah tidak tahan lagi untuk berlama-lama melihat keluarga itu berada rumahnya saat ini.

"Aku tidak menyangka, ada seorang penghianat disini!" ucap Brian di dalam hatinya.

Selama ini Tristan tidak pernah untuk membuat musuhnya mengetahui tempat kediamannya. Namun, ternyata hari ini pamannya datang ke rumahnya dengan sangat mudah, apa lagi ketika mengingat Alendra serta anak buahnya mengetahui dimana tempat ia tinggal semakin membuat Tristan marah besar. Ia yakin ada seorang penghianat saat ini, hingga membocorkan semuanya kepada orang-orang.

"Dasar keponakan tidak tahu untung! Kami tidak akan pulang hari ini dan kami akan menginap disini!" ucap pak Hartono.

"Aku tidak bisa menerima kalian berada di rumah ini! Pengawal!" teriak Tristan dari dalam rumah dan terlihat semua orang masuk ke dalam rumah dengan membawa senjata api.

"Apa kau ingin kita saling tembak menembak menumpahkan darah di dalam rumah ini?" tanya pak Hartono dan terlihat Tristan mengepalkan kedua tangannya karena merasa sangat geram dengan pamannya. " Kalian! Hadangi para pengawal itu!" lanjut pak Hartono lagi dengan memerintahkan orang-orangnya juga.

Tristan ingin rasanya menembak pamannya saat ini. Namun, ia tidak ingin membuat rumahnya di penuhi dengan darah orang yang sangat ia benci selama ini. Pak Hartono memanglah sering ingin membunuhnya sejak kecil, tapi untungnya semua rencana jahat pak Hartono selalu gagal karena para pengawal ayahnya selalu melindungi dirinya.

"Kalian keluarlah!" Tristan membatalkan niatnya untuk mengancam pamannya karena ia juga berpikir bahwa ada seorang gadis yang berada disampingnya saat ini. Ia melihat Maya terus mengengam ujung bajunya karena sudah merasa sangat takut melihat semua kejadian itu.

"Sebaiknya kita pergi ke kamar saja." Tristan langsung membawa Maya dan meninggalkan pamannya serta yang lainnya dengan menatap penuh kekesalan.

"Aku akan menghabisi mu malam ini juga anak bodoh!" gumam pak Hartono dalam hatinya, lalu ia pun berjalan-jalan melihat sekitar sekeliling rumah itu betapa kagumnya ia dengan design rumah milik Tristan saat ini.

Pak Hartono berharap kelak nanti rumah itu akan menjadi miliknya setelah membunuh keponakannya itu, tanpa pak Hartono sadari ia melihat sebuah gudang yang terlihat menarik di matanya karena pengawal yang berada di depan gudang tersebut sangat ketat menjaganya dan orang-orang itu pun bukanlah orang yang sembarang menjaganya.

Sehingga pak Hartono semakin penasaran sekarang, lalu ia pun melangkah pergi ke gudang tersebut dan kedua pengawal itu tentu saja tahu pak Hartono adalah paman Tristan sendiri. Namun, mereka berdua tidak tahu seperti apa sebenarnya hubungan antara keponakan dan paman itu karena mereka berdua khusus untuk menjaga keamanan sekitar berada di rumah saja.

Kedua pengawal itu mengijinkan pak Hartono untuk masuk kedalam. Ketika berada di dalam gudang, pak Hartono sedikit terkejut melihat seorang laki-laki yang sedang terikat mengunakan sebuah rantai besi saat ini.

"Siapa laki-laki bodoh ini sehingga sampai di kurung di dalam sini?" tanya pak Hartono dalam hati.

Terlihat Alendra menatap pak tua itu dengan sangat heran karena terlihat menatapnya dengan sangat intens layaknya seorang laki-laki menatap wajah cantik wanita seksi.

"Kenapa laki-laki bodoh itu menangkap mu?" tanya pak Hartono dan Alendra berusah memahami maksud pak tua di hadapannya.

"Kau tentu saja tahu."

"Sudah ku duga! Kenapa kamu dikurung? Apa kau musuhnya?"

"Tentu saja aku musuhnya! Jika bukan karena musuhnya, aku tidak akan berada disini layaknya orang bodoh!"

"Laki-laki ini, sepertinya bisa ku manfaatkan," gumam pak Hartono sambil tersenyum licik.

Pak Hartono mendekati Alendra, lalu membisikan sesuatu. "Apa kau ingin bekerja sama denganku? Aku akan melepaskan mu dengan sangat mudah dari sini. " Alendra tentu saja setuju dengan apa yang di katakan pak Hartono sehingga ia pun mengangukkan kepalanya.

Siguiente capítulo