webnovel

Maya Berusaha Untuk Kabur

Setelah melakukan permainan panas itu, Tristan langsung saja membersihkan tubuhnya karena tubuhnya terasa sangat lengket akibat keringatan, sedangkan Rahel dirinya langsung saja memakai pakainnya kembali karena Tristan melarangnya untuk mandi di kamar mandinya.

Sudah setengah jam lamanya Tristan Mandi, kini ia pun sudah keluar memakai handuk dan mata Maya tidak lepas dari dada bidang milik Tristan saat ini.

"Kau! Silahkan keluar!" usir Tristan kepada Rahel dan Rahel pun langsung saja menurutinya dengan senyuman yang penuh mengoda, namun ia tidak tahu bahwa Alex diam-diam mengikutinya dari belakang dengan sebuah pistol berada di tangannya, melihat itu Kinara bergegas menutup seluruh wajah serta telingga karena ia tahu akan terjadi selanjutnya.

Duar... Duar....

Suara tembakan terdengar 2 kali sangat nyaring di dalam rumah tersebut dan tentu saja itu semua karena Tristan menembak kepala Rahel saat Rahel ingin turun tangga untuk segera pulang. Tristan tidak akan membiarkan seorang gadis pun hidup saat dirinya telah bermain panas dengannya, termasuk Rahel sendiri. Namun herannya Tristan tidak membunuh Maya sampai saat ini, entah apa sebenarnya yang ada di pikiran Tristan sehingga Maya masih bernafas.

Tristan melihat tubuh Rahel sudah di penuhi dengan darah karena tembakannya, belum lagi Rahel terjatuh dari lantai atas ke bawah mengenai meja yang ada pot bunga keramik di atasnya, pot bunga tersebut langsung pecah mengenai kepala Rahel dan bahkan pecahan pot bunga tersebut menancap di wajahnya, sehingga terlihat sangat mengerikan.

"Kenapa kamu membunuhnya?" tanya Maya memberanikan diri untuk bertanya, lalu Tristan pun menatap tajam ke arah Maya dan menyodorkan pistolnya ke arah gadis itu. Sehingga Maya melotot tidak percaya melihat itu semua.

"Katakan! Siapa namamu!" tanya Tristan.

"M-a-y-a," ucap Maya terbata-bata sambil menahan bibirnya yang sudah bergertar hebat itu.

"Asal kau tahu! Aku tidak menyukai gadis yang baru saja bermain denganku hidup bebas begitu saja dan tentu saja nasibnya sama dengan nasib gadis yang baru saja aku tembak mati itu!" ucap Tristan.

"L-a-l-u, apakah Tuan akan membunuh ku juga?" tanya Maya.

"Jika kamu bisa memuaskan aku, maka aku akan memikirkannya! Aku akan memberikan kamu waktu 3 hari untuk memulihkan tubuhmu dengan baik, aku harap kamu bisa memuaskan ku!" ucap Tristan dengan devil.

"Aku harus bagaimana? Tidak mungkin aku melayaninya, sebaiknya aku harus berpikir dengan sangat cepat supaya bisa kabur dari sini," gumam Maya dalam hatinya.

"Tuan, saya lapar," ucap Manda dengan serius karena setelah ia makan nanti setidaknya tenaganya bisa pulih dan bisa kabur dengan mudah dari rumah Tristan, namun ia tidak tahu rumah tersebut sangatlah jauh dari perkotaan saat ini.

"Makan? Kau tahu seharusnya sadar diri, bahwa disini bukan tempat mu gadis manis! Jadi, sebaiknya kau sadar diri!" ucap Tristan dengan dingin.

"Tapi aku sangat lapar," ucap Maya.

"Cih!" Tristan langsung saja berdecih namun ia mengambil ponselnya dan menelpon seseorang untuk mengantarkan makanan tersebut ke dalam kamarnya.

Setelah menunggu selama 10 menit lamanya, kini yang mengantarkan makan tersebut sudah datang dan memberikannya kepada Tristan langsung, Maya meneguk ludahnya ketika melihat makanan tersebut sangat nikmat, apa lagi dirinya saat ini benar-benarlah sangat lapar.

"Makanlah!" ucap Tristan.

"Bagaimana aku bisa makan? Bibirku saja sakit," gumam Maya yang barus saja tersadar.

"Kenapa diam saja?" tanya Tristan kesal dengan Maya yang tidak bergerak sama sekali, padahal dirinya sudah membuka gembok yang berada di tangan Maya.

"Bibir ku sakit," ucap Maya dan Tristan pun juga baru menyadarinya, ia melihat sebentar bibir Maya dan ternyata cukup bengkak, bahkan terdapat luka di bibirnya.

"Sebaiknya tidak usah makan saja!" ucap Tristan.

"Tapi Tuan, saya sangat lapar," ucap Maya sambil memohon.

"Kamu dengar baik-baik, jika aku mengatakan tidak ya tidak! Paham!" bentak Tristan.

"Tapi—" ucap Maya terpotong karena tiba-tiba saja Tristan membanting piring makanan itu dengan tiba-tiba sehingga pecah dan berhamburan. Maya hanya bisa hanya bisa menangis saja karena Tristan tidak memberikannya makanan, padahal ia berharap bisa makan dan mengisi perutnya.

"Sudah ku katakan! Jangan sekali-kali untuk membantahku!" bentak Tristan yang langsung saja mendorong kepala Maya sehingga terhampas kedinding tersebut dengan cukup keras.

Maya merasakan kepalanya benjol dan sekaligus berdenyut sakit, laki-laki di hadapannya itu benar-benar sangat keterlaluan terhadapnya. Bahkan hanya karena ia ingin meminta makan saja dirinya harus menerima amukan amarah Tristan dan menyakitinya separah itu, Maya melihat kepergian Tristan dari tempat tidur sambil memegang kepalanya, namun Tristan tidak sadar bahwa ia lupa untuk kembali mengunci tangan Maya.

"Ini kesempatanku untuk kabur," gumam Maya ia melihat sebuah rantai yang hanya diikat seperti tali.itu di pinggir kasur, lalu ia pun dengan cepat melepaskanya.

"Aku harus pergi secepat mungkin, sebelum pria iblis itu datang," gumam Maya dalam hatinya.

Rasanya Maya kembali bersemangat lagi ketika ada peluang untuk dirinya kabur, ia tidak perduli lagi dengan perutnya yang lapar bahkan dengan tubuhnya terluka semuanya tidak Maya perdulikan.

"Akhirnya bisa terlepas juga," gumam Maya, lalu dengan pelan Maya mengambil kunci di atas meja sofa untuk membuka gembok rantai yang berada di kakinya itu, supaya dirinya bisa kabur dengan sangat mudah.

"Kenapa sangat sulit sekali membukanya, Tuhan bantu aku," gumam Maya dengan sangat tergesa-gesa membuka gembok tersebut, bahkan kunci itu sampai terjatuh ke lantai.

"Aku harus tenang, aku harus tenang," gumam Maya lagi berusaha untuk menenangkan dirinya.

"Berhasil!" ucap Maya senang, lalu kemudian ia berlari sambil terpincang-pincang ke arah jendela, berharap disana tempat mudah baginya untuk kabur. Senyuman Maya seketika mengembang ketika yang ia harapkan ternyata terkabulkan sekarang, tinggal dirinya untuk mencari cara turun kebawah saja dan ia kembali teringat dengan drama-drama yang ia tonton biasanya di televisi, sehingga dirinya pun mendapatkan sebuah ide yang sangat berlian.

"Selesai!" gumam Maya, lalu ia pun turun kebawah setelah selimut yang ia ikat tadi sudah selesai.

"Auh!" pekik Maya, ketika merasakan dibagian bawahnya tiba-tiba sakit karena terlalu banyak bergerak.

Perlahan-lahan Maya turun kebawah sambil menoleh kesana kemari melihat apakah ada orang atau tidak dan Maya sangat senang ketika tidak ada siapa-siapa pun yang melihat aksinya saat ini.

"Akhirnya aku bisa turun," gumam Maya, lalu Maya pun berjalan mencari jalan keluarnya dan tanpa sengaja ia melihat ada seseorang yang hampir saja membuat dirinya ketahuan.

"Aku harus berhati-hati," ucap Maya kembali melanjutkan langkahnya dengan sangat pelan dan sangat berwaspada.

"Kenapa banyak sekali orang berjaga disini? Aku harus bagaimana ini?" tanya Maya yang sudah mulai sangat khawatir, lalu Maya mendengar suara teriakan dari dalam kamar tersebut dan tentu saja Maya tahu apa penyebabnya.

Siguiente capítulo